CHAPTER 4

4.5K 305 114
                                    

Happy Reading
.
.
.

Selamat membaca 🤗🤗🤗

--------

Sesampainya didepan rumah milik Adel yang tidak layak pakai jika dilihat dari kondisinya. Regal mematikan mesin motornya, melepas helm kemudian turun sebelum berjalan menuju rumah gadisnya.

"Adel! Sayang, lo didalam 'kan?! Ini gue, yang!" teriak Regal mengetuk pintu yang terbuat dari papan itu.

Tidak ada sahutan. Regal menatap sekitar, sepi. Tidak ada orang. Suara juga tidak terdengar. Kemana Adel? Batin Regal.

Tak menyerah, Regal terus mengetuk pintu. Tapi sia-sia, tidak ada yang membuka pintu membuat Regal semakin cemas dan semakin merasa bersalah.

"Del, lo dimana sih?" Regal menatap sekitarnya yang tidak ada orang sama sekali padahal disekitar rumah Adel ada beberapa rumah dengan tangan kiri berkacak pinggang dan tangan kanannya menyugar rambutnya dengan cemas.

Hape disaku jaket bergetar membuat Regal langsung mengambil hapenya, berpikir bahwa itu pasti Adel. Namun, cowok itu harus menelan ludah kecewa karena nama Anabel-ku yang terpampang dilayar.

Menarik napas pelan berusaha merendam rasa yang campur aduk ia rasakan. Regal menggeser layar hijau sebelum menempelkan benda itu ditelinga kanannya. Sementara tangan kirinya masih berkacak pinggang.

"Halo." Regal berucap datar, kepalanya menatap kesana kemari.

"Kamu dimana?"

"Dirumah cewek gue. Kenapa?"

"Kamu nyari dia? Udah sih, ngapain! Mending sini, balik ke apartement. Aku mau kangen-kangenan sama kamu."

"Tapi gue mau nyari cewek gu-"

"Kamu lebih pentingin dia daripada sahabat kamu ini? Gitu? Oke, fine! Jangan hubungi aku lagi!"

Tut

Regal menatap nanar layar ponselnya. Ia menghembuskan napas dengan mata menatap sekitar berharap melihat sosok gadisnya. Namun, tidak ada siapa-siapa yang dia lihat selain rumah dan pohon-pohon yang rindang. Membuat Regal berjalan menuju motornya kemudian melajukan benda itu menuju apartement.

Bukan Regal tidak mau menunggu sampai malam hingga gadisnya pulang. Tapi ancaman Anabel lebih bahaya daripada Adel tidak pulang sama sekali. Itu yang Regal ucap dalam hati.

Maaf yang... Bukanya gue nggak mau nungguin lu, tapi Anabel lebih penting. Semoga lo baik-baik aja. Batin Regal disepanjang perjalanan sebelum menggegas motornya, menyalip sana-sini gula meluapkan emosinya.

-Adelnia-

Seminggu kemudian...

Adel turun dari angkot setelah benda warna merah itu berhenti didepan halte. Dengan riang gadis itu berjalan menuju gerbang sekolah. Menghiraukan tatapan orang-orang yang mungkin penasaran kemana Adel selama dua minggu. Lalu hari ini masuk dengan wajah yang begitu semangat membara.

Adel berjalan riang dikoridor melewati setiap kelas. Senyumnya terukir kepada siapa saja yang ia lewati meski dibalas oleh mereka dengan tatapan aneh, jijik, dan segala macamnya. Tapi, Adel tak ambil pusing. Itu hak mereka. Adel tak ada hak untuk melarang mereka agar tak menatapnya dengan tatapan yang cukup menghinanya.

Saat Adel melewati sebuah tangga untuk naik ke-lantai dua. Dimana kelas 11 dan 12 berada. Langkah Adel yang tadinya semangat sontak berubah pelan ketika maniknya menatap kekasihnya sedang duduk bersama dengan teman-temannya. Dilihatnya, muka Regal begitu bahagia tanpa beban, setidaknya memikirkan dirinya yang hilang tanpa mengabari dia.

ADELNIAOnde as histórias ganham vida. Descobre agora