4. It Changes

26 0 0
                                    

Nam Jin meneguk segelas air putih yang diberikan oleh Sea. Pria itu terlihat lebih tenang sekarang, walau beberapa kali Sea memergokinya bersikap agak kaku.

Memang benar apa yang Sean ucapkan. Jin bersikap aneh, seperti bukan dirinya yang biasa. Kemana perginya pria cerewet yang selalu menganggu Sea itu?

"Jadi mau ngomong apa?" Sea menempatkan dirinya berhadapan dengan Jin, tangannya terlipat ke depan dada.

"Ini soal kejadian hari itu di Alienus Lab." Jin bersuara.

"Kebetulan banget, aku juga penasaran dan mau nanyain itu. Bukannya menurutmu kejadiannya terlalu janggal?"

Sea menyesap teh hangat yang sempat ia seduh tadi. Pandangan gadis itu tak beralih dari Jin yang tengah duduk dan seolah sedang merangkai kata apa yang tepat untuk diucapkan.

Ia melihat jari-jari Jin saling bertaut dengan gelisah. Keringat juga perlahan mengalir dari pelipisnya. Sea meletakkan cangkir tehnya dengan perlahan, sembari menunggu Jin untuk melanjutkan kalimatnya, tanpa kesan memaksa.

"Kakak ingat pas senter yang kita bawa tiba-tiba mati?" Jin mendongakkan kepala, menatap Sea. "Awalnya aku pikir ga ada sesuatu yang aneh, mungkin aja kita sial dan kehabisan baterai disana. Aku terus manggil-manggil kakak berkali-kali, tapi ga ada jawaban. Bukannya itu sangat aneh? Padahal kakak ada di depan aku pas itu. Sampe beberapa saat berlalu senterku  nyala lagi, aku berusaha nerangin setiap sudut ruangan dan nyari kakak tapi..." Jin menarik napas, "Kakak hilang...."

Sea terkejut mendengar penjelasan Jin. Sangat tidak masuk akal sekali, bahkan dirinya juga tidak mendengar suara Jin memanggil namanya saat itu. Apa mungkin ada kekuatan di luar nalar manusia disana? Seperti ia yang tiba-tiba saja ditarik oleh tangan misterius.

Mungkin 'penghuni' gedung itu marah atas tindakan mereka yang masuk tanpa permisi.

"Aku nyari kakak di segala penjuru, tapi ga berhasil nemuin kakak dimanapun." Jin melanjutkan ceritanya, "Aku pikir kakak udah keluar jadi aku keluar. Ternyata kamu ga disana. Lalu aku nyoba masuk dan nyari kakak lagi sampai ke lantai 7."

Tangan Sea terangkat, memberi gestur pada Jin untuk sedikit memberi jeda. Gadis itu masih belum bisa memahami penjelasan lawan bicaranya. Jika Jin berada di lantai 7, harusnya ia berhasil menemukan Sea. Nyatanya, tidak ada siapapun saat itu disana.

Apa mungkin saja Jin mengarang cerita? Dengan latar belakang dirinya yang menggilai hal-hal berbau mistis, sangat mungkin untuk pria itu membuat narasi sedemikian rupa. Tapi dari raut wajahnya tidak ada kebohongan. Sea kembali menyuruh Jin untuk melanjutkan perkataannya.

"Aku tau ini kesannya kayak aku ngarang cerita tapi....pas di lantai 7 aku ngeliat cowok berdiri di ruangan. Aku takut banget kak, ngeliat wajah dia pucat. Jadi aku lari dan nyelametin diri. Aku pikir mungkin dia psikopat. Terus aku nelpon polisi buat bantu cari kakak." Jin kembali menunduk, "Maaf kak. Bahkan pas kakak hilang aku juga udah dihajar habis-habisan sama ayah."

Sea merasa iba pada Jin. Walau benar ia yang memiliki ide untuk melakukan hal itu, tetap saja tidak seharusnya ayahnya menghukum Jin hingga ia ketakutan seperti sekarang ini, jika memang itu alasannya.

"Baik. Kayaknya penjelasannya cukup." Ucap Sea.

"Kak...." Jin menyela, "sejujurnya ada hal yang bikin aku takut. Setelah hari itu, cowok aneh yang aku lihat di lab kayak ngikutin aku. Aku ngelihat dia dimanapun."

"Kamu yakin ga lagi berhalusinasi?"

Jin menggeleng kuat, "Aku kayak diteror, bahkan aku ga bisa tidur nyenyak. Anehnya, sosok itu kayak hilang pas kakak sadar dari koma kemarin. Tapi tetap aja, aku takut kalau dia datang lagi. Sekarang aku lega bisa ceritain ini, ga ada seorangpun yang percaya sama aku, keluargaku, teman-temanku, mereka anggep aku gila."

[ON GOING] ButterflyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora