9. New Journey

20 0 0
                                    

Sea melenguh pelan kala sinar matahari perlahan masuk melalui celah jendela. Matanya perlahan terbuka, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

Untuk sesaat, matanya berhenti di satu sudut. Apa yang terjadi? Gadis itu mengerang frustasi, mencoba mengingat lagi kejadian apa yang semalam terjadi. Namun nihil, ingatannya tidak dapat diajak kompromi.

Ia beranjak dari tempat tidur, sedikit memijit keningnya karena masih merasa pengar sisa minum semalam. Langkahnya terasa berat, hingga beberapa kali harus berhenti sesaat untuk menyeimbangkan tubuhnya.

Gadis itu kini tiba di dapur, mengambil segelas air putih dan menenggaknya dengan cepat. Pandangannya beralih pada meja makan yang kini diatasnya sudah tersedia berbagai jenis makanan.

Siapa? Sejak kapan?

Dugaannya hanya mengarah pada satu jawaban. Ethan, sudah pasti pria itu yang melakukannya. Haruskah ia mengganti password apartemennya? Namun kini dirinya menaruh curiga, bisa saja Ethan masuk tanpa harus tau passwordnya, mengingat bahwa dirinya bukan manusia. Sea merasa sedikit bimbang.

Sesaat kemudian, ingatannya membawa Sea kembali ke tadi malam, saat ia bertemu dengan Sean. Ah benar, gadis itu hampir melupakannya. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Haruskah ia menghubungi Sean dan menjelaskan semuanya? Ataukah ia hanya perlu diam dan membiarkan semua ini berlalu begitu saja?

"Arrgh." Sea mengacak rambutnya frustasi. 

***


Nam Jin menyesap ice americano yang tinggal setengah gelas itu dengan tenang. Pandangannya terkunci pada laptop dihadapannya, suara ketikan terdengar jelas. Pria itu sedang dalam mode sangat serius. Sementara Nam Jin sibuk dengan laptopnya, Ethan hanya berdiam diri dibalik jendela, menatap pemandangan diluar sana dengan pikiran hampa. 

"Hai kak, coba lihat kesini." Jin membuka suara.

Ethan menoleh, menatap Jin yang sudah melambaikan tangan, mengisyaratkan padanya untuk segera mendekat. Ia berdiri, dengan santai berjalan menuju arah dimana Jin berada, kemudian duduk disebelahnya. 

"Kakak lihat ini, aku lagi bikin moodboard buat photoshoot produk." Jin memberi tanda pada Ethan lewat mata agar pria itu memfokuskan pandangannya pada laptop yang ada di meja.

Yang diajak bicara hanya diam, sedikit mengangguk kemudian mengalihkan pandangan. 

"Aishhhh, begini kak, aku mau kakak yang jadi model buat brand baruku! Gimana? Tenang aja, aku pasti bayar kakak kok. Anggap aja itu sebagai kebaikan aku karena ngasih kakak pekerjaan, bukan?" Nam Jin menyeringai, merasa telah berhasil menjebak tikus dalam perangkap.

BRAK!

Suara pintu apartemen yang dibuka paksa terdengar oleh dua insan yang tengah sibuk berdiskusi, bukan, lebih tepatnya seperti komunikasi satu arah. Pandangan mereka beralih menuju sumber suara dan mendapati seorang gadis tengah berdiri disana.

"Bagaimana kamu bisa masuk?" Nam Jin membulatkan matanya tak percaya menatap sosok Sea yang kini berdiri dihadapannya.

"123456, bukannya udah jelas kamu bakal jadiin itu passwordnya?" Sea melotot, tak kalah garang dari pemilik apartemen yang tengah duduk dan masih sedikit shock. "Aku denger apa  yang kalian obrolin, kenapa harus Ethan? Kenapa dia harus jadi model buat brand barumu itu?"

"Bukannya dia perlu punya kerjaan buat menghasilkan uang? Kalian ga mungkin ngabisin sisa tabungan Kak Sea aja kan buat hidup? Apa itu bakalan cukup? Aku cuma ngasih solusi agar kita semua sama-sama bisa melanjutkan hidup." Nam Jin berucap panjang lebar.

[ON GOING] ButterflyWhere stories live. Discover now