BAB 5 Wajah Akrab

121 27 5
                                    

Setelah melakukan kesepakatan pembelian dengan Carl Paul selaku pendiri Perusahaan Linde, Muhammad dan ayahnya langsung pergi ke penginapan mereka di Selatan Munich, tepatnya di sebuah manor di dekat Danau Starnberger yang disewakan untuk berlibur beberapa bangsawan atau orang kaya disana.

Mereka pulang menaiki kereta kuda yang menurut Muhammad cukup membuat bokong tepos karena suspensi yang keras, walaupun itu sudah dibantu dengan tempat duduk super empuk.

"Ayah, kenapa kita tidak membeli sebuah manor disini? Dari pada kita repot - repot menyewa." Tanya Muhammad sambil memandangi pemandangan alam Jerman Selatan yang indah.

"Yah... Kamu tahu, membangun manor itu tidak semudah kelihatannya. Karena ini bukan wilayah kita, Prusia. Maka pengurusan tanahnya akan lebih sulit karena akan bersinggungan dengan bangsawan setempat. Lagipula pembangunan manor cukup lama dan akan menguras tabungan jika tidak bijak dalam mengaturnya." Jawab Ali yang sedang membaca buku.

"Tapi kitakan sama - sama Jerman, bukan?." Ucap Muhammad dengan nada bertanya.

"Ya, kita sama - sama Jerman. Tapi Orang - orang Bavaria tidak terlalu menyukai orang Prusia, ini mengingat perang Austria - Prusia 35 tahun yang lalu dimana Orang Bavaria menjadi korban dalam perang tersebut." Jawab Ali melanjutkan membacanya.

"Yah, kecuali yang pro Prusia yang ada di perbatasan utara." Tambahnya.

Setelah perjalanan hampir 1 setengah jam, akhirnya kereta kuda sampai di sebuah mansion bergaya barok dimana memiliki taman besar di depan, dan memiliki pancuran disana yang menambah kesan indah dan mewahnya.

Kemudian Muhammad dan ayahnya turun dari kereta, dan berjalan menuju mansion di mana Marie dan Margaret sudah menyambut mereka berdua.

"Bagaimana perjalanan bisnisnya , sayang?." Tanya Marie ke Ali sambil memeluknya.

"Ya, itu berhasil. Tuan Linde mau menjual perusahaannya dan mau bekerja di bawah kita-." Jawab Ali membalas pelukannya, tapi di potong oleh Muhammad.

"Hei! Mana pelukanku?." Celoteh Muhammad tidak puas.

"Oh ya ampun, kemari, kemari." Marie lalu melepas pelukannya dari Ali dan mendatangi Muhammad lalu memeluknya.

"Ngomong - ngomong, besok kita akan ke Wina. Ada opera yang ingin ibu tonton bersama nenek, mau ikut?." Ajak Marie ketika memeluk Muhammad.

"Opera? Opera apa itu?." Tanya Muhammad penasaran.

" 'Pesta di Saat Wabah' karya Alexandr Puskhin yang di buat drama oleh César Cui, sekarang mereka akan menampilkan drama ini di Wina Court Opera." Jawab Marie sambil mengelus kepala anaknya.

(Catatan : Cari aja "A Feast in The Time of Plague".)

"Kalian ingin menonton itu?." Tanya Ali kepada dua wanita itu dengan wajah aneh.

"Iya, itu bagus. Karena ada pesan moralnya." Jawab Marie menoleh ke suaminya.

".... Terserahlah." Ali mengangkat bahunya lalu masuk ke mansion.

Ketiga orang saling pandang lalu ikut masuk ke dalam mansion tersebut.

......

Setelah perjalanan 2 hari via kereta api, keluarga kecil itu tiba di Wien Nordwestbahnhof, sebuah Stasiun yang menghubungkan semua perjalanan dari Barat Laut ke Wina, stasiun itu cukup besar yang dapat memfasilitasi 10.000 perjalanan kereta baik penumpang atau barang, stasiun ini memiliki Desain Neo Roman dan tambahan beberapa Arsitektur Barok.

Di peron 5, kereta yang di tumpangi keluarga Türgay - Steinberg tiba. Mereka lalu turun, ketika Muhammad berjalan mengikuti kedua orang tua dan neneknya. Dia tidak sengaja menyenggol seorang anak laki - laki yang sepantaran atau 1 tahun lebih tua darinya.

German Über AllesWhere stories live. Discover now