16. Panggilan dari Nara

12.6K 1.7K 87
                                    

 
Kai terbangun dengan sekujur tubuh kaku dan terasa berat. Yang dilihatnya pertama kali adalah plafon putih bersih, sebelum ia menoleh ke samping dan mendapati ketiga sohibnya; Genta, Urey dan Rakhan yang duduk bersamaan di sofa tanpa suara.

Meski tenggorokannya terasa kering, cowok itu pun membuka suara, “Lo pada mikir apa?”

Genta, Urey dan Rakhan pun menoleh. Raut wajah mereka terlihat samar di mata Kai. Namun, pergerakan Genta yang segera bangkit menghampirinya terlihat sangat jelas.

“Gue panggil dokter.” Ujar Genta. “Anjing, gue takut lo mati, Kai.” Lanjut Genta dengan nada menahan tangis.

“Nyatanya gue bisa nyahutin ucapan lo sekarang.” Sahut Kai.

“Darah lo banyak banget, gue sempat mikir hal yang sama kayak Genta.” Timpal Urey.

“Sebanyak apa?”

“Jaket lo, semuanya basah sama darah lo.” Jawab Rakhan. “Merah semuanya, Kai.”

“Air.” Ucap Kai lirih.

Genta pun dengan sigap mengambil air dan memberi minum Kai dengan sedotan. Setelah dirasa cukup ia pun berhenti.

“Jaketnya ada dimana, Kha?”

“Laundry.” Jawab Rakhan.

“Itu jaket kebanggaan lo jadi gue suruh laundry dan bayar lebih mbanya dibanding langsung dibuang.” Jelas Genta.

Kai pun menarik napas lega mendengarnya.

Tak lama ketukan pintu terdengar. Seorang Dokter pun memasuki ruangannya, Kai pun mulai diperiksa setelah siuman tadi. Kata Dokter, luka yang Kai terima dari benda tajam lumayan parah. Dia terkena dua puluh jahitan di bagian perut dan kehabisan banyak darah. Dia juga tidak diperbolehkan melakukan aktivitas berat dan dianjurkan banyak beristirahat sampai kondisinya pulih.

“Gue masih penasaran, kenapa lo bisa kena sajam nyasar. Lo kebetulan di lokasi pas tawuran apa gimana?” Tanya Urey.

Kai menghela napas pendek. “Gue cuma lewat, pas mau kabur malah kebawa arus yang tawuran sampe ke tengah terus gue kena celurit.”

“Gue kira lo udah balik kampus, anjir.” Ucap Rakhan.

Kai terdiam sejenak lalu menyahut, “Gue beli dessert box buat Sheanna dulu.”

Semuanya mendadak hening. Perihal Sheanna, cewek itu berambut emas karena memiliki keturunan Swedia. Bahkan mampu membuat seorang Kaiden jatuh cinta pada pandangan pertama kala itu. Namun, semuanya berubah. Keberadaan Sheanna semakin samar, cewek itu menutup hubungan dengan mereka dan menikahi orang lain.

“Mau sampai kapan lo nepatin janji konyol itu?” Tanya Genta sembari mendesah lelah. “Dia udah nikah sama orang lain. Hidupnya bukan tentang lo lagi.”

“Ya, gue tau.” Kai menjawab.

“Tau apa?”

“Tau kalau gue—belum bisa lepasin Sheanna,” Kai mengurungkan niatnya, meralat ucapannya. “Harus ganti orangnya.”

“Nah! Keputusan yang bijak, bro!” Seru Urey.

“Lo harus move on, masih banyak cewek cakep di dunia ini.” Ujar Genta.

PrivilegesOnde as histórias ganham vida. Descobre agora