Chapter 5. R U L E S

4.1K 226 4
                                    


❗️Harap bijak dalam membaca,
    tidak disarankan bila dibawah 17 tahun ❗️
_____________________________


Teriakkan Sarah yang nyaring sontak membuat beberapa penjaga yang bertugas di malam hari menatap kearah mereka berdua. Elthan dengan sikap ke-tidak peduliannya terus menggendong Sarah di bahu seperti karung sedangkan Sarah yang tidak terima di bawa paksa seperti ini terus berteriak meminta turun, kedua kaki jenjang itu juga tidak pernah absen untuk memberontak meski itu sia-sia.

Mereka telah kembali di kamar bernuansa gelap dan maskulin yang Sarah tebak milik Elthan. Dia di jatuhkan secara kasar diatas kasur dan menatap marah pada Elthan yang juga menatapnya dengan tajam. Sarah meronta begitu kedua kakinya di cengkeram dengan kuat, kaki Elthan yang menghimpitnya membuat gadis itu menahan nafas panik, Elthan berbisik,

"Sejak kau menginjak kakimu di rumahku, kau tidak akan kulepas sampai kapanpun Sarah. Bukankah aku sudah mengatakan padamu sebelumnya untuk tidak meninggalkan kamarku? Andai kau menurut, mungkin aku akan berfikir ulang untuk mengembalikanmu tapi kau membuat semuanya menjadi semakin sulit"

Kedua tangan Elthan berganti menjadi merengkuh erat tubuh Sarah, kakinya yang berotot langsung menjepit kaki Sarah yang terus bergerak meminta lepas. Bila Animal planet mengambil video mereka, Elthan dan Sarah akan terlihat seperti Ular yang sedang membelit seekor rusa.

" Tidur Sarah, tidurlah.. Simpan tenagamu, semuanya akan terasa lelah dan sia-sia, kitty" Suara Elthan yang berat terdengar bagai lullaby ditelinga Sarah, dia akui dia sangat lelah dan mengantuk apalagi dia baru saja makan. Matanya dengan perlahan menutup disertai tubuh yang terasa lunglai di pelukannya, Elthan terkekeh kecil,

" My kitty"

*****

Cahaya matahari yang berhasil menembus kamar Elthan melalui celah-celah ventilasi udara membuat Elthan terbangun lebih dulu, matanya langsung terfokus kearah Sarah yang masih terlelap seperti induk bebek di sarang.

Elthan tersenyum lagi. Entah sudah berapa senyuman yang berhasil terbit dari bibir kakunya saat ia menjumpai Sarah di pertemuan pertama mereka. Dia hanya merasa kalau senyuman itu terasa begitu mudah ditunjukkan kala matanya menatap wajah Sarah yang begitu memesona.

Seperti pagi ini, jemarinya yang besar mengelus lembut pipi Sarah yang terasa tirus, apakah dia sudah mengatakan bahwa dia bertekad untuk membuat berat badan Sarah menjadi ideal?.

Merasa bahwa seseorang mengusiknya, Sarah lantas membuka mata dan menatap rahang keras milik Elthan. Matanya kembali tertutup, niat ingin menunjukkan raut senang karena ia berfikir ibunya sedang membangunkannya lantas pudar kala menyadari bahwa ia masih di tempat yang sama. Elthan yang menyadari wajah Sarah yang kembali murung lantas mendengus pelan, ia pun bangkit dari sana dan kembali melihatnya.

" Sarah.. you belong with me" suara sapaan Elthan di pagi ini terdengar begitu arogan. Gadis itu tidak berniat menjawab, dia tidak peduli. Sarah muak berada di dekat pria itu.

" Kau harus mandi, Sarah. Sarapan akan datang satu jam lagi" dahinya mengernyit, sarapan? melihat jam dinding kamar ini menunjukkan pukul tujuh. Dia terbelalak, kuliahnya? Bagaimana dengan kuliahnya?

" Aku harus kuliah, bimbingan dosen dimulai hari ini" katanya menaikkan nada, mata pria yang tadi menatapnya datar berubah menjadi tajam.

" Tidak ada kuliah mulai hari ini Sarah, tempatmu sekarang adalah disini, dirumahku" Sarah menggeleng, maka berdua kembali memulai perdebatannya. Nyaris satu jam mereka berdebat tanpa ada yang mau mengalah, Elthan menghembuskan nafasnya frustasi, gadis ini benar-benar sangat keras kepala!.

" Mandi, sekarang!" Titahnya bagai sang raja, Sarah muak, ia marah. Maka ia menyentak tangan Elthan yang menariknya untuk ke kamar mandi lalu pergi dengan aura yang marah. Dia mengusap kasar wajahnya yang mulai di tumbuhi rambut kecil di sekitar rahang, lalu menatap kamar mandinya yang ditutup begitu keras, "Dasar keras kepala"

Sarapan sudah datang 15 menit yang lalu, melihat gadis keras kepalanya yang baru keluar kamar mandi, Elthan mendengus sebal. Gadis ini, benar-benar menguras kesabarannya, "Mengapa begitu lama Sarah?" Alis Sarah terangkat sebelah, lama? apa maksudnya itu?

" Kau, kau mandi begitu lama. Pancake mu sudah dingin, begitu pula susumu"

" Kau tidak perlu repot-repot, Mr.Braidsmith, aku tidak butuh kepedulianmu" dia menggeram, menyentak kedua tangan Sarah yang bebas, menatap tajam mata hazelnut di kedua bola mata itu seolah ia baru melihat seseorang yang membunuh ibunya, Elthan mulai kesal

Oh, ralat. Dia selalu merasa kesal, bibir kaku itu terbuka tepat di depan telinga Sarah, mulutnya pun berbisik mengatakan kalimat panjang lebarnya

" Dengar, stubborn. Selama kau berada dirumahku, ada beberapa aturan yang ku larang untuk gadis keras kepala sepertimu. Satu, jangan pernah...-jangan pernah membantah kalimatku karena ku yakin kau tidak akan suka akan apa yang aku lakukan bila kau melanggarnya. Kedua, kau dilarang untuk pergi dari sini tanpa izin dari ku. Dan ketiga, kau tidak diizinkan untuk berbicara kepada pria lain selain aku. Aturan itu berlaku selama kau tinggal disini-" Sarah menyela

" Dan kau kira aku akan mematuhi itu semua dan mau tinggal bersama mu? Hey Mr. Braidsmith, meski kau tampan dan kaya dimata ku kau tidak lebih dari rubah licik dan menyebalkan. Kau dengar itu? huh?! Aku ingin pulang, biarkan aku pergi dari sini!" Katanya kembali memberontak.

Oke, cukup, mendengar bantahan yang keluar dari bibir Sarah, ia mengeratkan cengkeraman seraya menahan amarah yang ingin meledak sebentar lagi

" Stubborn, kau akan menyesal, darling" Elthan mulai mendorong Sarah ke sofa yang terpajang di kamarnya, wajah keras itu semakin mengeras saat mendengar suara Sarah yang mengumpatnya berulang kali

" Jerk..! Jerk...! Let me out of here! LET ME OUT OF HERE!" umpatnya berteriak, kesabarannya sudah habis, maka Elthan menindih tubuh kecil itu lalu mencengkeram batang leher Sarah dengan erat,

terlihat nafasnya yang tersengal-sengal membutuhkan oksigen tapi dia tidak peduli. Sesekali gadis ini perlu diberi pelajaran agar ia mengerti apa artinya kepatuhan

" Listen, darling. Bukan kah sudah ku bilang untuk tidak membantahku, hm? Aku baru mengatakannya dan kau langsung melanggar aturan yang ku buat hanya dalam waktu tiga menit. Sekarang, bernafas sebisa mu karena aku akan melepaskan leher ini tiga menit kemudian, dengar?!"

Suaranya terdengar seperti malaikat maut, walau Sarah tidak tahu bagaimana suara Azrael. Nafasnya keluar terputus-putus, begitu sulit untuk menarik hembuskan tapi pria ini terlihat tidak peduli. Suara Sarah yang berusaha meminta tolong terdengar tercekat, Elthan terkekeh sinis,

" Hematkan nafasmu, darling. Waktumu masih dua puluh detik lagi"

Dia menarik nafasnya dengan keras begitu Elthan melepaskan lehernya, Sarah terus bernafas tak beraturan beberapa kali sampai nafasnya kembali ditahan. Bukan, bukan lehernya yang di cengkeram agar ia kembali tidak bernafas tapi mulutnya yang di bungkam oleh bibir dingin Elthan secara tiba-tiba, membuatnya melotot dan kembali memberontak. Demi tuhan dia baru bisa bernafas kurang dari sepuluh detik dan pria ini menciumnya dengan rakus? Elthan's such a bastard!

" Haah.. haah, you JERK! Get off of me!" teriaknya marah, tapi balasan yang ia terima adalah tawa mengejek yang begitu menyebalkan,

" Bibirmu nikmat, mungkin  aku akan lebih sering mencobanya"

" A-apa.. ah" kepalanya spontan terangkat begitu bibir Elthan menyentuh lehernya secara tiba-tiba, dapat dia rasakan bahwa gigi-gigi tajam milik pria itu sedang menggigitnya dan bibir dingin itu terus menghisap lehernya berulang kali, meninggalkan jejak erotis di lehernya yang putih.

Nafas tersengal, suara desahan yang tertahan dan rambut berantakan akan membuat siapapun berfikir bahwa mereka habis making out, kalau saja baju yang mereka pakai sudah terlepas dari tubuh masing-masing. Majalah manapun tidak akan ragu untuk membayar mahal foto mereka berdua yang terlihat begitu panas dan memajangnya di sampul depan seperti Time dan Vogue

" Sarah, you drive me crazy"

***

To be continue

Bound By The DevilWhere stories live. Discover now