2

1.6K 143 5
                                    


***


Pagi hari, shift ku telah usai. Aku bergegas mengambil tasku, tentu bertujuan untuk segera pulang.

Kriiinggg!

Namun suara dering telepon menahan niatku. Dengan perasaan yang kesal, aku mengangkatnya.

"Selamat pagi, ini dokter Jeon"

"Selamat pagi dokter Jeon, maaf mendadak. Tapi semua dokter diminta untuk ke aula oleh direktur, sekarang" suara petugas menyapa pendengaranku,

"Baiklah" dengan kesal, aku menutup telepon petugas itu. Persetan kalau dia marah.

Kenapa harus di jam pulangku? Aku juga merasa lapar dan lelah, jadi emosiku sedikit tidak terkendali.

Aku menyambar tasku dan bergegas keluar dari ruanganku.

Beberapa saat kemudian...

Aku dan beberapa dokter, perawat, petugas dan security berkumpul di aula itu. Yang dipanggil adalah para staff yang sedang tidak bertugas.

Aku lantas melihat ke arah podium.

Disana, direktur terlihat menekuk wajahnya.

"Langsung saja tanpa basa basi. Baru saja, ada seorang perawat yang ditemukan bunuh diri di ruang mayat"

Deg.

Orang-orang terlihat menahan nafas sejenak, termasuk diriku. Kenapa orang suka sekali bunuh diri disana?

"Ada saksi yang melihat dia berjalan ke lorong tempat ruang mayat pada pada pukul dua dini hari, lalu dia menghilang begitu saja. Dia adalah perawat baru, Namanya Sisy Madison. Apa kalian tidak memberitahu tentang peraturan itu!?" urat-urat di leher direktur tampak menonjol keluar. Kami semua menunduk.

"Ma-maafkan aku direktur! Itu salahku, aku lupa memberitahunya, dia baru masuk kemarin" itu Minky yang berbicara, sang kepala perawat.

"Ck! Minky! Mulai sekarang kau bukan dari bagian rumah sakit ini. Aku memecatmu!" perkataan direktur telak membungkam semua mulut. Aku melirik ke arah Minky, wajahnya pucat pasi, matanya basah.

"Dengar! Ini peringatan bagi kalian semua! Kalian harus benar-benar sampaikan peraturan ini ke seluruh rekan-rekan kalian! Kalau ada dari anggota kalian tidak mengetahuinya, maka kalian tidak akan segan-segan kupecat!" teriakan direktur itu mengakhiri sesi pertemuan itu. Lelaki itu keluar dari ruangan dengan wajah tertekuk.

"Oi! Apa itu!" Jonathan memekik di samping telingaku, membuatku terkejut.

"Apa apanya?" Tanyaku

"Itu! Itu!" Jonathan melotot, membuatku panik.

"Apa ada cicak di pakaianku?" ujarku dengan suara bergetar, aku sungguh geli karena itu pernah terjadi sebelumnya.

"Apa kau gila! Kau habis ngapain!" Jonathan memegang kedua bahuku lantas matanya tertuju pada leherku.

"Aku habis kerja! Memang apa lagi!" aku melepaskan tangan Jonathan yang bertengger pada leherku.

"Siapa yang mencium lehermu Jeon? Coba lihat sendiri! Kenapa bercaknya banyak sekali?" Jonathan lantas menyodorkan cermin kecil yang diambil dari sakunya.

Aku mengambil cermin dari tangan Jonathan, dan alangkah terkejutnya aku ketika melihat bercak-bercak kemerahan yang banyak di leherku. Aku lihat kemarin hanya satu, tapi kenapa sekarang bertambah banyak?

"Sepertinya aku sakit Jo, ayo periksa aku" Aku menarik tangannya, namun Jonathan merotasi matanya ke atas.

"Aku bukan dokter bodoh Jeon! Sekali lihat saja aku tau itu adalah bekas ciuman!" ujar Jonathan, menyebabkan aku meneguk ludah kasar.

Ada apa ini?

.
.
.

Tidak habis pikir, aku menonton rekaman cctv di ruang mayat berkali-kali.

Waktu menunjukan pukul 03.23. Ruang mayat benar-benar tidak ada gerakan, sampai di menit ke 25, seorang perawat masuk, dia Sisy. Dia tampak berdiri sekitaran dua menit diambang pintu, dia sepertinya menatap ke sudut ruang mayat. Aku memperjelas sudut yang dilihat oleh perawat itu, namun tidak ada yang aneh, hanya gelap saja. Menit selanjutnya, perawat itu mendekati salah satu meja dan mengambil sebuah pisau dari sana, lalu mengiris nadi yang ada di tangannya sendiri.

Aku mengerutkan keningku. Jelas-jelas dia memang membunuh dirinya sendiri, tidak ada orang lain disana. Mungkin dia memang berniat bunuh diri, bukan karena dibunuh oleh arwah yang keberadaannya tidak terbukti.

Kupikir, hal yang logis kalau perawat itu memilih ruang mayat sebagai tempat bunuh diri.

Ruang mayat adalah spot yang paling jarang dilintasi oleh orang-orang, penjagaannya juga tidak seketat ruangan yang lain. Jadi dia bisa bunuh diri dengan tenang disana. Lalu, mengapa orang-orang begitu heboh tentang hantu yang keberadaannya tidak terbukti itu?

Tapi disisi lain, aku juga penasaran. Apa yang dilihat oleh perawat itu di sudut ruangan? jelas-jelas dari cctv tadi aku melihat arah matanya mengarah kesana. Seperti dihipnotis, sorot matanya menjadi kosong setelah melihat ke sudut itu.

Hari ini aku mengambil shift malam lagi, apa aku harus ke ruang mayat untuk mengecek langsung apa yang ada di sudut ruang mayat yang gelap itu? Mungkin ada petunjuk bukan? Jika aku bisa mendapat petunjuk dan menjelaskannya secara logis, dongeng bodoh dan peraturan ruang mayat itu bisa terhapus kan?

Jujur, dongeng itu membuat semua staff resah. dan akupun sebagai dokter yang selalu berpikir logis menjadi terganggu.

Baiklah, aku akan tidur dulu dan kembali bekerja lagi nanti malam.

Jika kalian masuk ke kamarku yang berada di rumahku ini, kalian bisa melihat selimut tebal berwarna pink yang sangat nyaman! Aku tidur dulu!

.
.
.

Aku melihat pasien dari kamar 404 yang sedang berdiri di luar jendela.  Dia mengamati semua kegiatanku,  tentu saja aku tidak nyaman. 

"Kembalilah ke kamarmu, aku sedang banyak kerjaan" aku lantas menutup gorden dan kembali duduk di depan laptopku.

Aku merinding, sumpah! Ketika aku menutup gorden, aku melihat sekilas pasien itu tersenyum miring padaku!

Aku tidak bisa begini lagi! Pasien itu mencurigakan! Aku harus melaporkannya!

.
.
.

Setelah aku melakukan cek ke semua pasien yang ada dalam penangananku, aku kembali ke ruanganku dan melihat ke jam tanganku.

Pukul 03.10 dini hari.

Aku berdiri di depan ruanganku, dan langsung membalikan badan, menuju ke suatu tempat. Mungkin kalian sudah tau?

Ya, ruang mayat.

Jika kalian berada di rumah sakit ini bersamaku, kalian akan merasakan kedinginan yang sangat, aku mengeratkan jaketku. Tetap berjalan ke tujuan.

Tep.

Beberapa menit kemudian, aku berdiri di depan ruang mayat. Aku melirik ke arah jam tanganku.

Pukul 03.15

Aku menatap tajam ke arah pintu ruang mayat yang terkunci rapat. Di tanganku sudah ada kunci dingin yang aku pegang erat.

Glup

Aku meneguk ludahku kasar,

Aku lantas membuka pintu dengan kunci itu.

Kudorong pintu ruang mayat itu dengan cepat.

Kriiieeettttt










Tbc...

HOSPITAL GHOSTWhere stories live. Discover now