4

1.8K 150 19
                                    

***

Sudah seminggu aku tidak bekerja.

Aku drop hingga harus menghuni kamar rawat inap di rumah sakit Angel's flower. Ya, di rumah sakit tempatku bekerja itu.

Jonathan telah memeriksaku, katanya aku kelelahan dan dehidrasi, juga anemia.

Separah itu kah sampai aku harus di rawat inap?

Oh ya, aku juga sudah melaporkan kejadian di ruang mayat waktu ini dan kelakuan bejat pasien 404 itu kepada pihak rumah sakit, supaya juga pasien itu dijebloskan ke penjara. Aku marah sekali. Namun kenapa mereka seolah mencueki laporanku? Berkali-kali aku menanyakan kabar tentang laporanku apakah sudah diproses atau belum? Tapi jawabannya selalu tidak jelas. Seperti sekarang.

"Jo, apa sudah ada tindakan dari rumah sakit tentang laporanku itu? "

Lihat, Jonathan memasang wajah terkejut, lalu menundukan kepalanya.

Aku mendengus.

"Baiklah, jika rumah sakit tidak mau memprosesnya. Aku akan melaporkan hal ini ke polisi" ujarku.

"Jeon... bagaimana aku bilang ya? "

"Apa Jo! Bilang! Kalau tidak, aku akan mencabut infus ini! " ancamku.

"T-tunggu Jeon! Baiklah, baiklah. Aku akan bilang" Jonathan menggeser tempat duduknya agar lebih dekat dengan ranjangku.

Aku menatap Jonathan tajam. Sedangkan Jonathan tampak meremat ujung jas dokternya.

"Jeon....sebenarnya, kamar 404 itu sudah tidak dihuni dari sebulan lalu... "

Deg

"Apa kau bercanda Jo! Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri! Aku sempat mengantar pasien itu ke ruang 404! Dan di tangannya pun dililit gelang 404!" Tidak, aku benar-benar pusing sekarang.

"Jeon, kamar 404 itu tidak difungsikan karena peralatannya dan fasilitasnya rusak. Kamar 404 itu adalah salah satu kamar di bangunan yang paling tua. Jadi itu wajar kan?" Jonathan meraih pundakku, mengusapnya pelan.

"Ta-tapi Jo..."

"Sstt...Jeon, aku mengerti. Kau pasti melihatnya kan?" pandangan Jonathan tiba-tiba menggelap, membuatku meneguk ludah kasar. Sial! peredaran darahku mengalir sangat cepat. Ujung jari tangan dan kakiku begitu dingin.

"Ya, aku melihat pasien 404 sialan itu memperk*saku! Akan ku jebloskan dia ke penjara!" ujarku menggebu dengan nafas yang naik turun,

Sedangkan Jonathan hanya menggeleng.

"Jeon, kau tidak bisa memenjarakan hantu. Dia...pasien 404 yang bergentayangan itu dulunya adalah lelaki yang bunuh diri di ruang mayat, lalu menghantui rumah sakit ini. Kau...sepertinya telah berurusan dengan makhluk dunia lain karena melanggar jam mereka..." ujar Jonathan penuh penekanan, semakin membuat tubuhku merasa begitu dingin, kepalaku pusing.

"A-apa? Kenapa aku baru tau kalau dongeng ruang mayat itu berhubungan dengan kamar 404?"

"Jeon, karena orang-orang tau kalau dirimu itu tidak suka hal-hal yang berbau tidak logis. Jadi teman-teman lain enggan bercerita hal ini denganmu. Bahkan kau juga telah melanggar jam itu kan? Direktur tau dan dia marah, tapi untungnya dia tidak memecatmu karena kau salah satu dokter terbaik...." Jonathan menjelaskan pelan-pelan, dia terlihat begitu sabar menghadapi kekeraskepalaanku ini.

"Oke, oke. Kalian tetap mempercayai pasien 404 itu hantu? Aku punya buktinya! Kau bisa lihat cctv saat aku diperk*sa! malam itu! Dia benar-benar menyentuhku! Kau juga yang memeriksaku kan! Ada banyak bercak di tubuhku! Dan bagian bawahku juga terluka!" Aku benar-benar belum percaya. Aku merasakan sendiri pasien 404 itu nyata!

HOSPITAL GHOSTWhere stories live. Discover now