- Pungut Manusia

478 20 1
                                    

Al memarkirkan mobil nya tepat di depan teras rumah nya, ia keluar dari mobil dan melihat lihat sekitar. Mata nya tertuju dengan pintu rumah yang terbuka, apakah ada tamu sekarang? Siapa yang ingin bertamu malam hari seperti ini.

Al berjalan cepat menuju pos satpam. Saat sudah sampai di sana terlihat seorang pria paruh baya yang sedang duduk bersantai sambil memainkan ponselnya. Al menghampiri satpam itu lalu memberikan kunci mobil nya, "pak tolong masukin mobil Al ke garasi ya." Pinta Al.

Satpam itu tersentak dan segera berdiri, "Ohh iya mas iya," jawab nya.

"Oh iya pak, ada tamu ya?" Tanya Al mengingat bahwa tadi pintu rumah nya terbuka lebar.

"Bukan mas, tadi bapak pulang, katanya sisa kerjaan nya di cancel dadakan semua karna di telpon dek Vian," beritahu satpam itu.

Al yang mendengar itu jelas mengangkat sebelah alisnya bingung, apakah ada terjadi sesuatu di rumah? Jika iya kenapa Vian tidak memberi tahu nya. Tapi memang saat ia pulang tadi ia tidak sempat melihat keadaan Vian, ia hanya mengganti baju nya lalu keluar lagi untuk mengerjakan beberapa tugas bersama Bayu. Dan baru sekarang ia pulang.

Al mengangguk pelan, "yaudah Al masuk ya pak," ucap nya. Al berlari kecil untuk segera masuk ke dalam rumah nya. Baru tiga langkah ia menginjakkan kaki nya ke dalam rumah Al malah di buat terkejut melihat pemandangan di ruang tamu sekarang. Terlihat Vian yang tergeletak di tengah lantai ruang tamu dengan gumaman yang tidak jelas, ada juga ayah nya malah sibuk dengan laptop nya, dan jangan lupakan ada seorang gadis yang duduk di sofa dengan menundukkan kepalanya.

"Al pulang..." Ucap Al memberitahu kepulangan nya. Semua nya yang ada di ruang tamu reflek melihat Al, Teruma ayah nya yang bernafas lega ketikan melihat kedatangan anak sulung nya.

Vian segera duduk, "Aba--"

"Diem kamu! Lama lama papa buang juga kamu ini!" Potong Bramana cepat.

"Papa ihh!" Protes Vian seraya kembali membaringkan tubuhnya di lantai.

"Papa kenapa pulang? Dia siapa?" Tanya Al. Banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan, tapi hanya dua pertanyaan itu yang penting baginya untuk ditanyakan sekarang.

"Sini duduk dulu." Ajak Bramana pada anak sulung nya itu. "Kamu Vian! Sini pijitin kepala papa, pusing papa ngurus kamu ini."

Vian dengan terpaksa berdiri, ia menghentakkan kaki nya di setiap langkah, menunjukkan bahwa diri nya kesal saat ini.

"Kenapa nih?" Tanya Al penasaran.

"Itu tuh adek kamu nemu cewek di pinggir jalan, malah dia pungut dia bawah ke rumah." Dumel Bramana.

Vian yang sedang memijit kepala ayah nya itu dengan kesal memperkuat pijitan nya.

"Papa jangan gitu ya, pangat pungut pangat pungut, di kira kucing apa." Ucap Vian.

Al beralih melihat gadis yang duduk di sofa seberang nya. Gadis itu diam tidak bergeming, seperti nya ia malu.

"Lo pungut di mana ini?" Tanya Al pada Vian.

"Bang! Jangan bilang pungut dong, orang dia manusia bukan kucing!" Seru Vian semakin kesal.

"Yaudah, lo dapet dari mana ini cewek?"

"Tadi Vian lihat dia di halte, katanya dia sesat karna dia baru di sini, dia juga mau aja ikut Vian. Yaudah Vian pungut deh." Dengan bangganya Vian menyebutkan kata pungut itu.

Al menghela nafas, "jadi mau di gimanain ini?" Tanya Al.

"Sup aja sana, pusing papa! Banyak ini pekerjaan papa yang papa cancel buat ginian doang!" Jawab Bramana.

"Sap sup sap sup, di kira kucing, dia manusia pa!" Sahut Vian.

"Lama lama kamu papa panggang Vian, jadi Vian kriuk entar.." ujar Bramana dengan memijit kepala nya yang terasa pusing.

Al geleng geleng dengan keadaan yang sekarang.

"Udah, biar Al jemput Alanza ke sini aja, biar dia yang urus ini. Supaya dia ada temen nya juga." Ucap Al mengakhiri perdebatan.

"Nah ide bagus itu, sekarang ada trend tiktok baru juga," senang Bramana.

Vian menatap ayah nya itu sinis, " apasih pa, kekanak-kanakan banget." Degus Vian.

"Ohh mau duit jajan nya kurang?" Tanya Bramana berbalik dan menatap Vian.

"Trend ya mana pa? Ayok kita buat, entar buat nya pakai hp Vian aja, hp Vian kan Ipong lima belas promek, gak kek hp papa android." Jawab Vian dengan senyum lebar.

"Jangan salah, Android gini bisa beli harga diri kamu ya." Ujar Bramana bangga.

"Dih, mentang kaya. Papa di jemput malaikat maut itu harta papa buat Vian juga akhirnya." Songong Vian.

"Kamu lupa kalo kamu anak bungsu hah? Itu Abang mu gede gitu gak liat apa. Lagian ya biasa nya yang muda itu lebih rawan di jemput malaikat, apalagi ini akhir tahun." Balas Bramana.

Vian tersenyum tipis, "Bau tanah sok banget."

"Vian... jangan berlebihan." Tegur Al yang tetap fokus pada ponsel nya.

Vian hanya cengengesan mendengar teguran Al, sedangkan Bramana tersenyum songong karna merasa di bela.

"Udah Al otw dulu, jemput Alanza." Ucap Al seraya beranjak dari duduk nya.

°°°

Our love story Where stories live. Discover now