1/1

867 50 25
                                    


Jeffrey menatap wanita berkaos putih di depannya. Joanna, wanita berambut hitam panjang agak bergelombang yang digerai asal. Dengan curtain bangs yang menutupi hampir setengah wajah.

"I miss you so bad!"

Seruan Joanna membuat Jeffrey melepas genggaman pada koper hitam. Lalu merentangkan kedua tangan. Ingin menyambut pelukan si wanita.

"I miss you more, Sayang!"

Balas Jeffrey setelah mendekap erat tubuh mungil pacarnya. Wanita yang 30 cm lebih pendek darinya, 2 tahun lebih muda darinya dan agak lebih dewasa darinya. Karena sejak kecil, Joanna memang kerap mengikuti berbagai kegiatan sosial di sekitar.

Entah di lingkungan rumah maupun di sekolah. Tidak heran jika Joanna memiliki banyak teman dan cukup terkenal di kalangan teman-teman Jeffrey juga. Sebab wanita itu memang pandai bersosialisasi dan menarik atensi orang.

Setalah dirasa cukup melepas rindu dengan si pacar, Joanna mulai melepas pelukan. Menatap lekat-lekat wajah pria yang sudah enam tahun dipacari olehnya. Tanpa ada masalah yang berarti di dalamnya. Apalagi acara putus nyambung seperti gaya pacaran ala anak remaja.

"Kamu kurusan, ya? Di sana tidak makan?"

Tanya Joanna sembari menangkup kedua pipi Jeffrey. Dia merasa khawatir. Sebab pria ini tampak kurus sekali. Seperti tidak makan berhari-hari.

"Aku di sana sibuk sekali. Tidak sempat makan seperti di sini. Makan hanya pagi karena siang sampai malam aku harus mengurus pasien di rumah sakit."

Iya. Jeffrey seorang dokter muda, spesialis penyakit dalam. Selama satu bulan ini dia menjadi sukarelawan di Papua. Karena ada bencana alam dan membuat hatinya tergerak untuk membantu bersama rekan-rekan dokternya di sana.

Sebenarnya Joanna ingin ikut serta, namun tidak bisa karena ibunya sakit. Sehingga dia yang harus menemani. Mengingat hanya dia yang si ibu miliki.

Joanna kembali memeluk pacarnya. Membuat Jeffrey terkekeh dan mulai membalas pelukan juga. Sembari mengusap pinggang si wanita.

Sesekali dia juga tersenyum guna membalas sapaan rekan-rekan dokternya yang baru saja lewat. Sembari menatapnya dengan wajah menggoda. Namun tidak berani bersuara karena takut mengganggu kegiatannya dengan si pacar.

9. 30 PM

Jeffrey perlahan melepas pelukan wanita di sampingnya. Karena dia mulai lapar. Sebab dia sudah tidur hampir lima jam. Belum makan karena dari bandara langsung ke apartemen dan melepas rindu dengan pacarnya.

Jeffrey mulai menuruni ranjang, hanya terbalut boxer saja. Membuatnya lekas meraih kaos yang masih ada di lantai kamar. Karena dia malas mengambil baju ganti di lemari pakaian. Toh, dia hanya ingin mengambil beberapa camilan di kulkas yang kemarin sudah diisi oleh Joanna.

Ceklek...

Jeffrey membuka kulkas dan melihat berbagai bahan makanan yang sudah tersusun rapi di sana. Dari buah, sayur, hingga aneka camilan manis yang biasa dimakan saat stress saja. Namun masih dalam batas yang wajar dan tidak berlebihan.

Jeffrey meraih apel merah dari kulkas. Tanpa dicuci dan langsung digigit cepat. Sebab dia tahu jika Joanna pasti sudah mencucinya.

Karena selain pandai bersosialisasi, Joanna juga pandai mengurus rumah. Meski di rumah ada ART juga. Namun wanita itu tumbuh begitu mandiri karena sering berada di luar rumah. Pernah ikut pramuka, pecinta alam dan bahkan kerap ikut acara menjadi sukarelawan mengajar di pedalaman juga. Tidak heran jika dia selalu berpenampilan sederhana meski berasal dari keluarga berada.

Ya. Itu yang membuat Jeffrey begitu suka Joanna. Karena merasa jika mereka begitu cocok bersama. Sebab memiliki kemiripan. Sama-sama suka membantu sesama tanpa melihat strata sosial mereka.

UNCONDITIONALWhere stories live. Discover now