5/5

347 41 24
                                    


Jeffrey didorong Joanna hingga keluar rumah. Namun pria itu tampak enggan pergi dari sana. Karena ingin tahu apa yang terjadi sekarang. Apa yang terjadi pada Joanna dan keluarganya. Hingga dia memutuskan untuk menjual hampir seluruh perabotan rumah.

"Ada masalah apa? Keluargamu terlilit hutang?"

Tanya Jeffrey setelah Joanna mendorong dirinya. Hingga punggungnya menabrak sisi pintu yang belum terbuka. Sebab sejak tadi Joanna hanya membuka satu sisi pintu saja.

"BUKAN URUSANMU! PERGI! JANGAN PERNAH KEMBALI LAGI!"

Jeffrey enggan menyanggupi. Dia bahkan mulai mendekati Joanna yang tampak marah sekali. Seolah benar-benar tidak ingin membahas hal ini. Entah karena malu atau karena hal ini.

Namun bagi Jeffrey, Joanna tidak mungkin merasa malu karena hal ini. Sebab dia kenal baik wanita ini. Joanna, dia tidak akan malu jika terlihat miskin. Mengingat dia begitu membumi dan hampir tidak pernah menghamburkan uang selama ini. Demi hal yang tidak penting.

"Kamu ada masalah, kan? Coba jelaskan! Akan aku bantu cari jalan keluar! Aku tidak akan meninggalkan kamu sendirian. Kamu tahu jika aku sangat mencintai kamu, kan? Aku tidak masalah akan semua hal yang telah kamu lakukan dengan Mega. Fine, kita anggap semuanya tidak pernah terjadi sebelumnya. Jadi, ayo ceritakan semuanya! Pelan-pelan, aku akan sabar mendengarkan."

Jeffrey menyentuh kedua tangan Joanna. Wanita itu tampak menahan air mata. Emosi yang sejak tadi memuncak juga mulai terdam. Hingga membuat Jeffrey semakin berani dan mulai memeluknya.

Memeluk wanita yang sudah berkali-kali menghancurkan hatinya. Membuatnya merasa tidak lagi diinginkan, diinjak dan direndahkan juga. Namun dia masih mau menerima wanita itu dengan tangan terbuka. Dengan perasan yang sama seperti sebelumnya.

"Ayo ceritakan pelan-pelan! Akan aku bantu kamu keluar dari masalah ini segera."

Jeffrey mendekap erat Joanna. Meski wanita itu diam saja. Tidak membalas pelukan. Namun isakan mulai terdengar.

Beberapa hari yang lalu.

Joanna baru saja mendapat kabar jika ibunya pingsan. Pasca arisan, membuatnya lekas menuju rumah sakit tempat Liana dirawat. Dengan perasaan was-was. Karena ibunya memang memiliki daya tahan tubuh rendah, namun dia tidak pernah pingsan sebelumnya.

Membuat Joanna mulai bertanya-tanya. Akan apa masalah yang terjadi sekarang. Sebab tidak mungkin Liana pingsan jika bukan karena ada masalah datang.

"Ada apa, Ma? Ada masalah apa? Kenapa sampai pingsan?"

Tanya Joanna saat melihat ibunya membuka mata. Wanita itu tampak sedih sekarang. Air matanya mulai membasahi wajah. Membuat Joanna dengan sigap mengusapnya dengan ibu jarinya.

Liana tidak menjawab dan hanya menangis saja. Membuat Joanna hanya bisa bersabar dan menunggu ibunya siap bercerita. Tentang masalah yang sedang dia hadapi sekarang.

Hingga satu jam kemudian Liana baru bersuara. Dia mengatakan jika sudah ditipu orang. Salah satu teman arisan yang kini sedang menjadi buronan.

Liana memiliki bisnis jual beli berlian. Selama ini bisnisnya selalu lancar dan hampir tidak pernah mendapat kendala besar. Sehingga dia begitu mudah percaya pada orang. Apalagi ini adalah salah satu teman arisan yang sudah dikenal bertahun-tahun lamanya.

"Mama tidak tahu kalau dia akan menipu. Dia membawa kabur uang itu. Terlambat Mama tahu kalau suaminya bangkrut dan anak-anaknya tidak mau membantu. Bagaimana ini? Uang DP pelanggan Mama sudah dibawa semua. Di rekening Mama hanya sisa 900 juta. Sedangkan uang mereka 42M totalnya. Mereka orang-orang kaya, kalau tahu uangnya hilang, Mama pasti akan dipenjarakan!"

Joanna ikut menangis saat ibunya bercerita. Karena dia juga tidak punya uang sebanyak yang ibunya sebutkan. Kecuali jika menjual rumah yang sekarang mungkin bernilai 50M. Namun rumah ini tidak mungkin dijual juga. Karena banyak kenangan di dalamnya.

"Bagaimana kalau aku jual barang-barang Mama? Tas dan perhiasan? Pasti laku mahal, kan?"

Tanya Joanna saat mencoba mencari jalan keluar. Sebab dia yakin jika barang-barang ibunya banyak yang mahal juga. Mengingat circle pertemanannya adalah orang-orang yang suka kemewahan.

Liana tidak menjawab dan menangis semakin kencang. Dia jelas tidak rela menjual barang-barangnya yang telah dibeli dengan susah payah. Namun demi tidak masuk penjara, akhirnya dia mengangguk singkat.

Merelakan barang-barang mewahnya dijual. Untuk membayar hutang. Agar dia tidak dipenjarakan.

Beberapa jam kemudian.

Joanna berhasil menjual barang-barang ibunya, meski tidak semuanya dan harga yang ditawarkan lebih murah dari harga belinya. Membuat Liana terus menangis karena tidak rela. Merasa rugi juga karena harus menjual barang-barangnya dengan harga murah.

"Sudah, Ma. Di store resminya malah lebih murah. Ini bisa untung dua sampai tiga juta kalau aku jual lewat aplikasi jual beli barang bekas. Tapi ini masih kurang banyak. Estimasi kita dapat 20M dari menjual barang-barang Mama. Sisanya dari mana? Mau jual mobil juga? Kita hanya punya satu juga yang biasa Mama pakai pergi arisan. Itu juga peninggalan Papa, sama seperti rumah. Bagaimana kalau perabotan kita jual juga?"

"Terserah! Tapi jangan murah-murah!"

"Ini sudah sesuai pasar, Ma. Lagi pula kita butuh uangnya cepat. Mama sudah diancam akan dipenjarakan kalau tidak segera mengembalikan uang mereka minggu depan, kan?"

"Tapi tidak seperti ini juga! Kenapa tidak coba pinjam di bank? Atau pinjam Jeffrey saja? Kamu ini ada pacar kenapa tidak dimanfaatkan!?"

"Jeffrey mana ada uang sebanyak itu. Dia saja baru dapat gaji dua digit selama satu tahun. Kalaupun ada tabungan, paling hanya ratusan juga. Paling banyak satu dua miliar saja. Sudah lah, ini masalah kita! Jangan libatkan orang luar!"

"Kalau begitu hutang bank!"

"Sudah aku coba, tapi harus pakai jaminan sertifikat rumah. Mama mau rumah kita disita bank gara-gara tidak bisa bayar hutang? Lebih baik kita jual barang-barang saja. Supaya rumah tetap aman. Nanti kalau keuangan sudah membaik, kita isi lagi pelan-pelan."

Liana hanya mendengus pelan. Saat ini dia berada di rumah. Karena dia sudah diizinkan pulang dan langsung membantu anaknya memotret barang-barang yang akan dijual. Bahkan, dia juga ikut membantu mengemas barang. Bersama dua ART di rumah.

Joanna masih mengutak-atik ponselnya. Dengan kamera yang sudah dikalungi juga. Karena dia benar-benar harus mendapat uang 42M dalam kurun waktu dekat. Agar ibunya tidak masuk penjara.

Sebisa mungkin dia juga tidak memberi tahu orang luar. Bukan karena malu sekarang. Namun karena tidak mau merepotkan mereka. Selagi dia bisa mengatasi ini sendirian.

"Ma, mobil Papa kita jual saja, ya? Masih kurang sekitar 5M setelah aku hitung semua. Nanti kita beli mobil yang murah-murah saja."

"TIDAK MAU! KAMU BOLEH JUAL SEMUANYA! TAPI TIDAK DENGAN MOBIL MAMA! INI HADIAH DARI PAPA!"

Joanna menarik nafas panjang. Lalu menyenderkan badan pada pilar yang ada di ruang keluarga. Lalu menatap dua ART yang masih mengemas beberapa barang yang sudah dipesan orang.

"Bagaimana kalau pinjam Jessica?"

Tanya Liana tiba-tiba. Membuat Joanna mendelik tajam. Sebab dia enggan melakukan hal ini tentu saja. Enggan meminjam uang pada Jessica, ibu pacarnya.

"Ma..."

"Mama tidak akan menyuruhmu meminjam langsung padanya! Mama yang akan datang padanya. Kamu tenang saja!"

Liana mulai mengutak-atik ponselnya. Dengan wajah pucat. Sebab dia memang yang memaksa pulang meksi belum ada 24 jam dirawat.

"Aku saja, Ma. Aku yang akan mendatangi Tante Jessica."

Joanna menarik ponsel ibunya. Sebab dia tidak mau Liana salah langkah dan membuatnya terlihat buruk di mata Jessica. Sebab dia tidak terlalu dekat dengannya. Takut, takut jika hal ini akan berimbas pada hubungannya dan Jeffrey di masa depan.

21+ comments for next chapter!!!

Tbc...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNCONDITIONALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang