Number two

111K 6.2K 80
                                    

Yeayy yeayy UP

Yahh belom rame nih:(

Gpp tetap up

***
Pintu ruangan yang Nora tempati atau sekarang kita panggil Alora terbuka menampil sosok pria tampan namun memasang wajah tidak suka. Alora melihat baju seragam yang di pakai pria tersebut sama dengan yang ia pakai

Alora membaca name tag yang ada di seragam tersebut. Figo Mahesa Varelie, Alora mengernyitkan dahinya ini adalah Abang kandung sang antagonis yang sangat tidak menyukai Alora ada di kehidupan nya. Alora mendatarkan wajahnya.

"Kenapa Lo tatap gue kayak gitu? Gak sopan banget Lo!" Ketus Figo.

"Masalah?" Tanya Alora dingin.

Figo mengernyitkan dahinya bingung melihat cara bicara Alora. Kemana Alora yang selalu ingin ia perhatikan dan berbicara manja. Namun kini hanya suara yang terkesan cuek dengan wajah datar.

"Berani Lo sama gue?!" Sungut Figo.

"Ngapain takut" jawab Alora santai, bahkan kini ia mengambil buah apel yang ada di atas nakas rumah sakit lalu menggigit nya.

Figo menggeram marah,"selain jalang, Lo gak punya sopan santun ya"sinisnya.

"Pujian yang indah"

Ceklek

Pintu ruangan kembali terbuka menampilkan wanita paruh baya.

"Maaf den Figo, bibi di suruh tuan jemput non Alora"

Figo mengangguk terus keluar begitu saja. Ia datang setelah selesai membayar administrasi, jika tidak di suruh Syera ia tidak akan Sudi menjenguk Alora.

"Ayo Non, mobil nya sudah di bawah".

Alora mengangguk saja, Alora penasaran. Kenapa papanya sangat membencinya, mengingat Alora hanya lah seorang antagonis sehingga kehidupan nya tidak begitu di jelaskan di dalam novel.

Alora menghela napasnya ,"makin banyak beban gue".

Saat di dalam mobil, Alora memikirkan kenapa Alora bisa masuk ke rumah sakit. Rasanya Alora yang dulu tidak sebodoh menjatuhkan itu diri sendiri ke tangga.

***
Alora tiba di depan mansion mewah, ia tidak percaya bahwa Alora  sekaya ini. Ia menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Alora Alora, daripada ngejer cowok gak guna mending habisin uang Lo, lebih bermanfaat dan membahagiakan"

"Non ayo masuk, ngapain bengong di situ" ucap bi Nina.

"Ah iya Bi" Alora menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu menghampiri Bi Nina.

Bi Nina melongo melihat tingkah nona muda nya itu, biasanya Alora tidak mau menjawab ataupun berbicara dengannya.  Alora hanya memasang wajah angkuh dan sombong kepada semua orang termasuk dirinya. Namun kali ini Bi Nina hanya melihat Alora yang berbeda.

Saat berada di dalam mansion Alora menatap sekitar yang sangat sepi.

"Kok sepi, kemana semua bi?" Tanya Alora yang membuat  Bi Nina semakin terkejut.

"Anu non, anu anu"

"Anu anu mulu Bi, anu bibi kenapa?" Tanya Alora ngasal.

"Astaghfirullah, maksudnya bibi. Tuan besar lagi di kantor, sedangkan den Figo bibi gak tau kan terakhir lihat tadi waktu kita di rumah sakit non"

Alora mengangguk,"iya ya, yaudah aku ke kamar dulu ya Bi" pamitnya, Alora melangkah ke kamar yang berada di samping kanannya.

"Anu non, kamar non Alora kan di atas"

Alora memaki dalam hati,"ah iya ya Bi. Kayaknya otak aku agak miring karena jatuh hahah" Alora tertawa paksa lalu dengan cepat menaiki anak tangga menahan malu.

Alora menutup pintu kamarnya dengan kasar dengan muka menahan malu dan memejamkan matanya.

"Sialan Lo Alora, minimal kasih ingatan tentang rumah Lo jangan beban hidup Lo mulu!" Maki Alora .

Alora membuka matanya dan seketika langsung membulat,"omaygat! Ini kamar impian gue banget"


"Gak mau mikirin beban Lo, mending gue mikirin cara habisin uang Lo!" Pekik Alora membanting dirinya sendiri di tempat tidur yang empuk.

Alora mengubah  posisinya menjadi duduk,"mending gue room tour kamar ini, gue kan Nora bukan Lora. Kuy lahh gas room tour kamar impian!" Pekiknya hebo langsung bangkit.

Ia melangkah ke meja rias,"mahalan skin care Lo daripada baju gue di rumah".

Nora di dunia nyata emang orang kaya, tapi tidak sekaya Alora. Wajar saja ia menjadi alay, karena ini semua impian Nora di masa depan.

Selanjutnya Alora melangkah menuju lemari dan membukanya, "anjir baju nya ber merek semua! Tapi terlalu terbuka , gue gak terlalu suka. Gue harus belanja sih ini, oke udah Nemu alasan buat ngabisin uang".

"Next guys kita ke kamar mandi" ucapnya ala ala YouTuber.

"Omaygat, fiks bakalan betah di kamar nih gue"  pekiknya heboh saat melihat kamar mandi tersebut.

***
Alora terbangun pukul tujuh malam, ia menggeliatkan tubuhnya. Tidurnya begitu nyenyak. Alora memegang perutnya yang berbunyi meminta di isi.

"Sabar ya cacing cacing kesayangan gue mandi dulu" Alora beranjak untuk membersihkan diri.

Selang beberapa menit Alora langsung keluar mengenakan pakaian tidur yang sangat nyaman ia pakai.

"Untung warna kesukaan kita sama" gumamnya lalu melangkah keluar kamar.

Langkahnya yang hendak menuruni anak tangga langsung berhenti kala mendengar suara riuh dari bawah. Terdengar suara tertawa beberapa cowok.

"Pasti pasukan Dajjal nih"

Alora mengendikkan bahunya, ia tidak peduli sekarang yang lebih penting adalah perutnya yang minta di isi. Tawa mereka berhenti saat melihat Alora turun.

"Masih hidup Lo?" Sinis lelaki yang bernama  Elang.

Alora dengan terpaksa menghentikan langkahnya, ia menatap Elang datar. Alora bersedekap dada,"gue rasa Lo gak buta".

Semua lelaki disana terkejut dengan nada Alora yang terkesan dingin. Karena selama ini Alora akan menampilkan nada manja ketika bertemu mereka, apalagi bertemu dengan lelaki yang duduk di ujung sofa dengan wajah datar dan dialah yang di kejar kejar oleh Alora.

"Widih mulai berani Lo!" Seru lelaki berambut ikal bernama Gerry.

"Oh jelas, Lo siapa tuhan gue? Bukan kan? Jadi gak perlu gue takuti" balas Alora santai.

Figo bangkit dari duduknya,"Lo dari tadi di rumah sakit drama terus ya, apa ini cara Lo buat pura pura melawan untuk caper ke Rey,  sampah tau gak!" Bentak Figo.

Reynald Arga Bimantara, tokoh utama di dalam novel yang Alora masukin. Cowok tampan melebihi di atas rata rata sudah tentu selalu di miliki oleh pemeran utama dalam novel, bahkan hampir semua manusia yang ada di dunia novel ini tampan.

"Caper? Dari segi mana gue caper? Coba siapa duluan yang sinisin gue? Temen Lo kan? Nah yaudah tau dong siapa yang caper"

Elang hendak menjawab namun sudah di potong duluan oleh Alora.

"Jujur, gue gak ada waktu untuk ngomong yang gak berguna sama orang yang gak berguna. Kalo kangen ngomong sama gue bilang aja kali, soalnya gak lucu siapa yang mulai siapa yang di bilang caper"

Alora melangkah santai meninggalkan ruang tamu menuju ruang makan, oke waktu nya terbuang lima menit untuk manusia tidak berguna.

GEAMA CEARCALL [transmigrasi]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora