6.

5.2K 731 11
                                    












Sebelum benar-benar akan meninggalkan semuanya. Vero memutuskan untuk pergi jalan-jalan sebentar. Mannaf memilih penerbangan malam karena siangnya masih sibuk mengurus segalanya.

Saat ini Vero lagi ada di lesehan tempat anak remaja seperti nya nongkrong. Ia memesan nasi goreng petaya kesukaannya. Nasi yang di goreng tanpa sayur maupun telur, campur suiran ayam di goreng bersamaan dengan nasi, tentu saja itu permintaan dirinya.

Vero tak suka sayur jenis apapun. Telur pun ia tak suka. Vero condong menyukai makanan yang berat akan karbohidrat dan lemak. Terbukti dari tubuhnya yang dulu agak berisi.

"Wah enak banget! The best pokoknya!" komentarnya antusias ketika satu suapan masuk ke dalam mulutnya. Awalnya dia ragu rasanya akan sama seperti di warung lesehan favoritnya dulu. Ternyata rasanya sangat pas dengan lidahnya.

"Aku suka ini. Aku hidup kembali." katakan Vero lebay, tetapi sesuka itu dia dengan nasi goreng. Vero merasa sudah sangat lama ia tak memakan makanan favoritnya ini.

Puk

Ditengah ia menikmati makanannya. Seseorang menepuk pundak Vero membuat pemuda itu menghentikan suapan nya. Dia menoleh kesamping untuk mengetahui siapa yang telah mengganggunya.

"Enak banget keknya sampek ga sadar gw disini?" ujar seorang pemuda yang Vero tak kenal.

Vero menaikkan satu alis. "Siapa?" tanyanya.

Pemuda itu terkekeh pelan merasa lucu dengan becandaan Vero. "Tumben lo mau makan disini Rey? Biasanya lo makan di cafe tempat kita nongki."

"Lagi pengen aja." Mungkin pemuda di sampingnya ini merupakan salah satu teman Reygan. Entahlah, dia tak ingat. Ya mau ingat dimana kalo di cerita hanya di ceritakan ciri-ciri tanpa visual. Salahkan saja Celine, karena nya ia agak susah menebak karakter.

Tapi bodo amat lah, lagian dia akan meninggalkan Negara yang otomatis akan meninggalkan alur. Vero tak peduli meski posisinya sebagai kekasih protagonis lelaki akan membuat alur hancur berantakan.

"Sendirian aja?" tanya pemuda itu basa basi.

Vero pun tak keberatan menjawab. Lagi pula, dia bukan orang yang gampang risih jika itu bukan sesuatu yang ia benci. "Iya, abang lagi ngurusin skripsi," jawabnya sembari memakan kembali nasi nya.

"Vino kemana?"

Vero mengendikkan bahu. "Ya mana gw tau. Gw bukan Tuhan yang tau keberadaan dia." okay, katakan dia sedikit sensi jika itu menyangkut Vino.

Pemuda di samping Vino tergelak juga merasa heran. Tak biasanya temannya itu keluar tanpa kekasihnya atau mantan? "Sensi amat. Kek cewek pms lo." Vero acuh mendengar ledekan itu.

"Gw denger-denger, lo putus sama Vino?"

"Iya."

"Kenapa? bukannya kemaren lo cinta sampek posesif banget ama dia? Gw deket sama tuh bocah, lo hajar gw sampek babak belur."

"Kepo lo."

"Btw nama lo siapa?"

"Lo beneran lupa sama gw?"

"Gw bukannya lupa. Tapi, muka lo ga sepenting itu buat gw ingat nama lo."

Bibir pemuda itu berkedut. Kenapa temannya ini berubah total. Jika dulu menyebalkan sampai ingin dia tenggelamkan ke sungai, sekarang berkali lipat menyebalkan sampai ia ingin menenggelamkan temannya kedasar lautan.

"Nama gw Eric." akhirnya pemuda itu atau Eric menjawab dengan perasaan dongkol.

Vero hanya mengangguk. Dalam benaknya dia berkata 'Ohh Eric, salah satu lelaki normal di cerita ini toh'

"Ini aneh sih, gw sampek kaget waktu denger lo putus sama Vino. Tapi di sisi lain gw seneng temen gw balik ke jalan yang lurus tanpa belok," celetuk Eric menyampaikan pendapat nya. Dia terkekeh pelan. Eric tau jika hubungan Reygan dan Vino kandas karena Vino yang memutuskan hubungan.

Eric hanya basa basi untuk mendapatkan kepastian yang jelas.

Eric memang sepenuhnya menerima jika beberapa temannya menyimpang. Tetapi dia juga sering mencoba untuk membuat temannya balik ke jalan normal. Tetapi yang Eric dapat hanyalah sebuah pukulan karena mereka merasa terhina dan merasa Eric bukan teman sejati, terutama Reygan.

Reygan sangat mencintai Vino. Eric tau Reygan sampai menentang keluarganya demi Vino. Eric juga tau betapa Reygan mencintai Vino. Meksi awalnya Vino lah yang mengejar Reygan hingga temannya itu luluh dan jatuh kepelukan Vino.

Tak bosan Eric selalu mengingatkan teman-temannya untuk kembali normal. Hingga akhirnya dia sering di kucilkan dan tak di anggap. Eric tak masalah dengan itu, selama temannya mau kembali ke jalan normal.

Vero terkekeh sinis ketika mengingat karakter Eric. Pemuda di sampingnya ini di takdirkan mati secara misterius. Penyebab kematiannya tak ada yang tau. Polisi setempat tak ada yang meneruskan kasus kematian Eric seakan ada penyokong dari belakang mereka.

"Entahlah, gw seperti dapat pencerahan aja." yang aslinya, jiwa Reygan terganti dengan jiwa Vero. Jika bukan karena itu, Reygan masih akan bersama Vino hingga melakukan hal yang sangat jauh. Berhubung intim contohnya.

"Gw ngerasa hubungan ini ga bisa di terusin. Apalagi lo juga tau kan, keluarga gw terutama abang gw sangat menentang hubungan kita."

Eric tersenyum. "Bagus deh. Gw turut seneng dengernya."

"Btw gw bakal pindah," ucap Vero. Dia merasa Eric harus tau ini. Dia sengaja tak memberitahu siapapun jika ia akan pindah. Permintaan surat pindah dari sekolah pun papanya mengurus diam-diam seperti permintaan nya.

Eric terkejut, dia memfokuskan diri ke arah Vero. "Pindah kemana Rey?"

"Ke negara XX, gw juga bakal sekolah disana."

"Anak yang lain tau?"

Vero menggeleng. "Cuma lo yang tau. Jadi jangan kasih tau yang lain." Eric hanya bisa mengangguk. Dia pun tak bertanya lebih lanjut.

"Gw harap lo bisa sukses disana Rey." Sebagai teman, Eric hanya bisa mendoakan. Meski dia sedih, namun dia bangga.








Tbc.




Menolak alur  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang