4. let's get a divorce

36K 1.4K 66
                                    

Setelah dua hari Bella tak pulang, kini Gabriel bisa melihat wanita itu yang tengah sibuk berkutat dengan peralatan dapur. Senyum tipis terukir di bibirnya, dia tahu jika Bella pasti akan kembali ke rumahnya. Mengingat wanita itu sangat mencintainya dan tidak akan pernah pergi meninggalkan dirinya, walaupun sekarang terlihat enggan menatapnya. Namun Gabriel tetap percaya bahwa Bella tidak akan pernah pergi dari sisinya.

"Sekali murahan, tetap akan menjadi wanita murahan. Mungkin ini yang dinamakan barang murah tidak akan bisa disandingkan dengan barang mahal. Sama dengan dirimu yang berasal dari kelas rendahan, dan sekarang menjadi pendampingku. Sangat tidak cocok," Bella menghentikan langkahnya saat mendengar apa yang dikatakan oleh Gabriel.

Ia membalikkan tubuhnya dan menata sosok laki-laki yang kini juga tengah menatap dirinya. Ini kali pertamanya Gabriel memulai pembicaraan terlebih dulu dengan dirinya. Padahal biasanya meskipun Bella berbicara panjang lebar laki-laki itu tidak akan memberikan respon apapun.

"Then let's get a divorce," kata Bella dengan suara tegas.

Gabriel tutup terkejut dengan apa yang dikatakan oleh sang istri, dia mematuhi sejenak sebelum akhirnya mengalihkan pandangan ke arah lain. Jujur apa yang dikatakan oleh Bella tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Membuang nafas perlahan lalu ia kembali menatap wanita yang kini terlihat enggan untuk bertatapan dengan dirinya.

"Setelah menghancurkan semua rencana yang kubuat bersama kekasihku, sekarang kau ingin melarikan diri?" Dengan perlahan Gabriel melangkah mendekat mendekati Bella yang masih berdiri dengan berani.

"Bukankah sangat tidak tahu diri jika kau langsung pergi begitu saja setelah menghancurkan semuanya? Harusnya kau menebus segala dosa yang kau perbuat." Ujarnya, dengan tersenyum remeh ke arah Bella.

"Bukankah dengan membunuh anakku, itu sudah sangat cukup untuk menebus segala dosa yang kuperbuat? Sekarang kita sangat impas bukan? Dengan kita bercerai kau bisa melanjutkan rencanamu bersama wanita itu untuk menikah dan memiliki keluarga bahagia." Suara Bella sedikit bergetar saat mengatakan soal anak. Ia masih merasa sangat sakit, ketika berbicara tentang anaknya yang telah pergi lebih dulu.

Apalagi dirinya tidak mengetahui seperti apa janin yang selama ini ada di dalam kandungannya. Anaknya dikubur sebelum ia sadarkan diri, dan ia juga tidak tahu di mana tempat sang anak dikuburkan. Sungguh begitu menyakitkan saat mengingat kejadian naas itu menimpa dirinya. Bahkan jika bisa memutar waktu dia tidak ingin bertemu dengan Gabriel.

"Cepat kurus surat perceraiannya, aku akan membiarkanmu hidup bahagia dengan wanita yang sudah membunuh anakku." Bella segera pergi meninggalkan Gabriel yang terdiam di tempatnya.

Dengan langkah cepat bela memasuki kamarnya dan menutup pintu dengan keras. Dadanya sangat sakit saat mengingat anak yang selama ini dia harapkan kehadirannya telah pergi. Lagi-lagi ia harus ditemani dengan penyesalan, seperti malam-malam sebelumnya yang selalu membuatnya susah untuk tidur karena bermimpi tentang anak kecil yang berlari sambil memanggil dirinya.

Bella meringku di samping ranjang sambil memeluk lututnya, dengan tubuh bergetar air matanya terus mengalir membasahi pipi. Ingatan kejadian di mana ia terjatuh dari eskalator yang membuatnya kehilangan sang anak, terus berputar seperti sebuah video di kepalanya. Sesekali ia memukul kepalanya dengan keras karena rasa sakit yang dirasakan.

"Kenapa kau pergi meninggalkan ibu sendirian di dunia yang menakutkan ini?" Bella terisak dengan keras. Sambil memukul dirinya sendiri untuk menghilangkan rasa sakit pada kepala dan juga dadanya.

"Apakah kamu malu memiliki ibu sepertiku? Sehingga kamu menolak untuk dilahirkan ke dunia ini sebelum bertemu denganku?"

"Kenapa kau tidak mengajakku untuk pergi juga? Kenapa kau meninggalkanku sendirian di dunia ini?"

because of my stupidityWhere stories live. Discover now