28

54 5 1
                                    

Ranaya

Aurellia Ranaya atau Naya panggilannya. Selama hidupnya dia selalu hidup enak. Tidak pernah kekurangan. Dan mengganggap remeh orang-orang di sekitarnya. Karena itulah yang di ajarkan oleh kedua orangtuanya.

Karena itu Ranaya selalu memilih kekasih yang satu level kelas sosialnya atau lebih tinggi.

Enrico jelas incaran yang menggoda. Dari awal, dia tahu Enrico tidak pernah berhubungan serius dengan para mantannya. Karena itu dia tidak pernah mengharapkan sesuatu yang lebih dari Enrico.

Tapi tidak begitu dengan Dani, Papanya. Menurut sang Papa, mau main-main atau serius, Enrico salah satu laki-laki potensial untuk jadi pasangan. Dan Ranaya suka tidak suka harus setuju.

Masalahnya muncul saat mereka berpacaran. Enrico baik. Sangat baik malah. Tapi Enrico tidak pernah melewati batas norma padanya. Ranaya jelas jenuh dengan hubungan seperti itu dan bermain-mainlah dia dengan beberapa pria di belakang Enrico. Apakah Enrico tahu? Ranaya sendiri tidak tahu.

Nesya mengusap puncak kepala Ranaya sayang. Sekalipun Nesya bukan Mama kandung Ranaya tapi dia menyayangi Ranaya seperti anaknya sendiri.

"Naya, Mama yang bilang sama Papa masalah Enrico ya?"

Ranaya menghembuskan nafasnya berkali-kali. Pertemuan tadi membuat Ranaya binggung. Di satu sisi dia tidak bisa melepaskan Enrico karena pria itu bisa menstabilkan kondisi perusahaan. Di sisi yang lain, semua pria di sekitar Ranaya tidak ada yang sebaik Enrico. Tapi Enrico jelas tidak main-main dengan ancamannya. Dia tahu pasti Enrico bisa menjatuhkan dirinya begitu saja.

"Ma, Papa butuh suara Tante Sheila sama Om Kelby biar nggak di turunin dari jabatan sekarang. Kalau aku klarifikasi aku udah putus lama sama Enrico, saham perusahaan Papa bisa turun nilainya. Dan pemegang saham. . ."

Nesya menghembuskan nafasnya perlahan. Sejujurnya tanpa masalah Ranaya, perusahaan Dani akan jatuh juga.

"Itu bukan urusan kamu sayang. Papa pasti bisa menangani masalah perusahaan sendiri."

"Ma?"

"Papa tidak bisa menangani perusahaan sebaik kakak-kakaknya yang lain. Itu yang pasti. Kenapa sampai saat ini Papa hanya sebagai Direktur yang di bayar. Ya karena Papa memang tidak sepintar itu dalam mengelola perusahaan."

Ranaya takut hidup susah. Itu alasan sebenarnya. Setelah lulus dari jenjang Universitas, Ranaya memilih bekerja santai sebagai travell bloger. Otaknya tidak sepintar itu untuk bekerja di perusahaan. Dan Dani selalu memanjakannya. Membebaskannya untuk menjalani hidup. Hanya Vanka yang menjadi polisi mengingatkannya.

"Nggak usah takut kita miskin, sayang. Mama masih bisa mengihupi kamu sekalipun Papa kamu tidak duduk sebagai Direktur lagi."

"Mama memang bukan Mama kandung kamu. Tapi kamu tumbuh bersama Mama, mana mungkin Mama tega kamu hidup dengan Papa berdua." Vanka memeluk Ranaya erat.

Tidak sekali dua kali Naya berfikir Nesya akan membuangnya. Keluarga inti Nesya memang menerimanya secara terbuka. Tapi tidak dengan keluarga besar Nesya. Bagi mereka pendidikan dan karir itu penting. Dan Naya tidak biaa memenuhi itu semua.

"Sekarang kamu klarifikasi ya. Bilang sama Sheila dan teman-teman kamu kalau kamu sudah lama putus dari Enrico. Biarin Enrico bebas mencari pasangannya. Begitu juga kamu."

~ Dream Wedding ~

"Halo, gua Aurellia Ranaya. Hari ini gua mau sedikit cerita. Dari dulu gua selalu hidup semau gua. Karena bagi gua orangtua gua bisa menghidupi gua, ngapain gua harus susah. Sampai ketika gua mengganggap semua orang yang status sosialnya lebih rendah dari gua itu adalah mainan. Gua tidak jarang bermain fisik pada mereka. Di sini gua mau minta maaf sama semua orang yang pernah gua sakitin baik fisik atau psikis."

Ranaya tersenyum kecil, "Gua juga mau klarifikasi kalau gua udah lama putus dari Enrico. Iya Enrico Geraldo. Kalau di tanya alasana selama ini gua kenapa bohong? Simple sih, gua nggak rela Enrico pacaran sama perempuan lain. Menurut gua, gua ini udah paling pas buat dia. Keluarga gua berada, gua cantik, dan orangtua Enrico suka sama gua. Tapi gua lupa, cinta kan nggak bisa di paksa. Sekalipun gua nikah sama Enrico siapa yang jamin gua bisa bahagia sama dia. Sorry buat Enrico atau perempuan-perempuan di luar sana yang pernah gua sakiti karena Enrico. Please kasih gua kesempatan buat berubah. Makasih."

Edginee menggelengkan kepalanya melihat chanel youtube yang tengah jadi perbincangan akhir-akhir ini.

"Loe ngerasa nggak sih kalau Ranaya ini manipulatif. Minta maaf nya kaya nggak tulus." ujar Ivory sambil memotong steak di depannya.

Freya mengangguk setuju. Sedangkan Kaerys menggeleng pelan.

Hari ini Edginee memang pergi makan dengan Freya, Kaerys, dan Ivory. Gallen sendiri tengah di rumah Caiden. Akhirnya setelah drama yang panjang, Caiden dan Ivory memutuskan untuk mengenalkan Gallen pada keluarga Caiden.

Caiden sendiri menerima Gallen dengan senang hati. Ivory adalah cinta pertamanya, sekalipun bukan pacar pertamanya. Tapi dari Ivory dia tahu arti cinta, bertanggung jawab, penerimaan, dan kehilangan.

"Nggak boleh gitu dah. Siap tahu Ranaya ini beneran minta maaf." sahut Kaerys, sang bunda baik hati.

"Dih! Gua sih berharap gitu. Loe bilang gua aja kalau tuh mantan-mantan Enrico bikin ulah sama loe Gi. Gua abisin dah." gerutu Freya kesal.

Nasib Freya dan Edginee ini nyaris sama. Dirga juga punya mantan banyak yang entah kenapa gagal move on pada Dirga.

"Hahaha. . . Salah-salah Enrico yang di abisin Freya bukan mantannya." celetuk Ivory yang di angguki setuju oleh Kaerys.

Mereka tahu betul perjuangan Dirga mendapatkan Freya.

"Gua denger-denger Enrico minta maaf sama semua mantannya ya?" tanya Freya penasaran.

Edginee membulatkan kedua bola matanya bersamaan, "Masa? Gua nggak tahu sih."

"Gua tahu dari Dirga. Ada temen SMA Dirga kan yang jadi mantan Enrico. Dia cuap-cuap gitu di Instagram sama Tweeter kalau dia abis di minta maafin sama Enrico gara-gara Enrico mau pacaran tenang sama pacarnya yang sekarang."

"Sirik ya loe?" goda Ivory pada Freya. "Dirga mana mau begitu. Mendingan dia tendang tuh mantan-mantannya dari jangkauan mata di banding ketemu terus minta maaf."

"Iya! Kesel gua. Tapi gua salut sih sama Enrico." sahut Freya sambil tertawa. "Mantannya kan banyak ya, dia abis berapa hari tuh minta maaf begitu."

"Hahaha. . ." Ivory dan Freya tertawa setuju.

Kaerys mengusap punggung Edginee pelan. Senyumnya mengembang lebar, "Sekarang bagian loe yang harus jujur sama diri loe sendiri. Loe nyaman nggak sama Enrico. Jangan denial lagi ya."

Edginee mengangguk singkat. Dia memang sudah memikirkan ini berulang kali. Mau di bawa kemana hubungannya dengan Enrico.

~ Dream Wedding ~

J.F.E.L

TBC

Dream Wedding ☑️Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz