1.|Prolog

268 13 8
                                    

New day, but not the atmosphere...

[22-07-2020] To be precise, Monday.

In Astro'id Star School [ASS]

Hari biasa tepatnya di hari Senin, dengan tubuh yang penuh berbagai luka dan banyak sekali meninggalkan trauma yang cukup hebat bahkan sedikit lagi mendekati depresi lalu... Sorry, gila?.

Tapi bagi sosok seorang anak laki-laki umur sekitar 14 tahun ini bahkan dia hampir dibuat gila karena itu, Her name is Taufan. Yes, Elkairo Taufan Rafaello.

Sosok laki-laki yang bisa dibilang cukup, yah... Lumayan bahkan dari tinggi badan dan yang lainnya juga bisa dibilang sempurna. Tapi... Sekarang tidak lagi, ia menjadi sosok yang tertutup bahkan disetiap jam istirahat Taufan mengurung diri disebuah ruangan kosong. Dimana tempatnya? For now it's still a secret.

Seperti biasa Taufan berangkat harus lebih awal agar anak-anak tukang bully itu tidak melihatnya, jika salah satu dari mereka melihatnya maka... tamat lah sudah harinya no, semenjak saat itu hari-harinya sudah berantakan.

Sebenarnya Taufan adalah anak angkat dari seorang janda dan duda belum mempunyai anak sama sekali, mereka lumayan crazy rich tapi karena tidak Sudi memiliki anak yang lemah seperti dirinya dia jadi sering mendapatkan kekerasan yang mengakibatkan terjadinya perubahan secara mental. Benar-benar kejam.

Flashback...

"Upan!" Panggil seseorang.

"Eh halin! Maaf-"

"Stop. Aku mau tanya sesuatu..."

"T-tanya... A-apa?"

"Hmm, hari ini ibu kamu dirumah?"

"I-iyaaa... Kenapa?"

"Aku mau nginep, bolehkan?".

"T-tapi halin-"

"Shutt...! Aku gamau ngeliat kamu kesakitan lagi... Aku ga tega... Pliss untuk kali ini aja..."

Halilintar dengan wajah yang penuh harap menatap Taufan sambil memegang tangan sahabatnya yang terlihat dibaluti dengan perban, perban itu menyelimuti beberapa bagian tubuhnya ya pasti ini tindakan kekerasan. Yaitu dirumahnya sendiri.

Setelah dia pikir-pikir tidak ada cara lain, Taufan tidak ingin dipukuli lagi oleh ibunya bahkan hingga diperban seperti ini.

Taufan menggangguk pelan, tapi tetap menundukkan kepalanya kebawah.

"Okee, nice thanks yaaa. Aku cuma khawatir kalau ibu kamu pukulin kamu lagi... Paham?"

"Iyaaaa... Paham..." Lirih Taufan yang menahan air matanya

"Good boy, udah jangan nangiss aku ada disini... You're strong upan..."

Halilintar memeluk tubuh Taufan erat-erat hingga tangisannya pun pecah saat Halilintar memeluknya. Pertemanan seperti ini sangat indah bukan?.

Tapi seorang anak yang mengintip di balik tembok dan melihat keakuran mereka berdua hanya bisa terdiam melihat sahabat birunya lebih mempercayai hali dari pada dirinya, apakah ini yang disebut teman biasa? Berbeda dari sahabat.

Sejak kejadian mengenaskan itu dirinya sempat dijauhi oleh seluruh teman-temannya disekolah, bahkan guru-guru pun sampai ada yang membencinya tapi tidak semua hanya beberapa. Namun... Baginya sangat sakit hanya ada satu teman yang masih mau berteman dengan sosok seperti dirinya.

In Psychological Threats-SMC [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang