CHAPTER 20

6.8K 614 19
                                    

Kini Rayyan dan Zayyan tengah dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk pemeriksaan mingguan Rayyan.

Suasana tidak terlalu canggung lantaran Zayyan yang senantiasa mengajak sang kembaran untuk berbicara, entah itu pertanyaan random, atau pun sebuah lelucon yang keluar dari mulut Zayyan.

Sedangkan Rayyan hanya bisa menggelengkan kepala, ia tidak habis pikir, bagaimana bisa selama 30 menit perjalanan sang kembaran tidak henti-hentinya berbicara, bahkan dia yang mendengarkan saja terasa lelah.

"Sudah kak, diam lah! Apa kau tak lelah berbicara terus sedari tadi?" Ucap Rayyan dengan nada bergurau.

"Tentu saja tidak, bukankah kau juga menyukainya huh?!" Dengus Zayyan sebal.

"Tidak tuh?!" Jawab Rayyan dengan nada mengejek, Zayyan berdecak dan menggerutu dalam hati.

Sedangkan Rayyan tersenyum tipis, inilah alasan ia selalu menggoda sang kakak, yaitu ingin melihat wajah cemberut yang kakaknya miliki.

Tanpa disadari, kini mereka telah tiba di kawasan rumah sakit, mereka berdua berjalan bersama menuju ruangan dokter Fahri yang selalu melakukan tes mingguan untuk Rayyan, tujuannya agar mereka mengetahui perkembangan perihal kondisi tubuh Rayyan.

Sebelum melakukan serangkaian tes, mereka terlebih dahulu menunggu di dalam ruangan sang dokter, selagi dokter Fahri melakukan pemeriksaan pada pasiennya yang lain.

Rayyan merasakan rematan pada jari-jari tangannya, apa lagi saat ia merasakan sesuatu yang basah di balik telapak tangan miliknya.

"Kak, bisakah kau tenang?, di sini aku yang melakukan pemeriksaan bukan kakak!" Pekik Rayyan mulai jengah dengan tingkah sang kakak.

"Tentu, tapi bagaimana jika hasilnya lebih parah dari minggu sebelumnya?" Tanya Zayyan cemas.

Rayyan terkekeh pelan, lihatlah kakaknya ini, padahal dirinya yang melakukan pemeriksaan, tapi kenapa kakaknya yang bersikap berlebihan?

"Kak dengarkan aku, selama aku masih bisa bernafas.... itu berarti aku masih sehat dan baik-baik saja, sudah lah tidak usah di pikirkan lagi!" Yakinnya lalu mengakhiri suasana yang mulai canggung.

Senyap, sesaat setelah Rayyan mengucapkan kalimat itu, entah kenapa Zayyan merasa tidak terima atas ucapan sang adik, memang benar, selama adiknya bernafas ia bisa bernafas lega, namun bagaimana jika hasil pemeriksaan hari ini penyakit yang di derita sang adik menjadi semakin parah?, ia tidak akan siap untuk mendengar dan menerimanya, apa lagi hubungan mereka baru membaik belakangan ini, Zayyan tidak siap jika ada sesuatu yang membahayakan kehidupan adiknya, dan membuat mereka kembali menelan pahitnya pil kehidupan.

Suara pintu terbuka mengalihkan fokus kedua anak kembar yang berada di dalam ruangan tersebut, sosok dokter Fahri telah datang setelah melakukan tugasnya di ruangan yang lain.

"Maaf telah membuat kalian menunggu, tadi dokter ada pasien darurat." Ucap sang dokter sembari menuju ke kursi miliknya.

"Baiklah Ray, mau lanjut ngobrol atau melakukan tes?" Tanya dokter Fahri, karena sebelumnya, saat ia menuju ke ruangan kerjanya terdengar percakapan dari dua pemuda yang sekarang berada di hadapannya.

"Langsung saja dok, seperti biasanya kan?" Tanya Rayyan yang mendapat anggukan, segera Rayyan berjalan menuju bangkar yang telah tersedia di dalam sana lalu merebahkan tubuhnya.

Dokter Fahri mulai melakukan beberapa prosesur pemeriksaan pada tubuh Rayyan, seperti pengambilan darah, cek tekanan darah, laju jantung, dan masih ada beberapa hal lagi, dokter Fahri harus ekstra teliti dalam menjalankan pemeriksaan, karena salah sedikit saja bisa berimbas pada kehidupan dari seorang Rayyan.

the twins sick figure (END) Onde histórias criam vida. Descubra agora