05. HE HOLDS HER

89 29 3
                                    

05

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

05. HE HOLDS HER

* * *

"Gue tanya Lova! Semalam lo pulang sama siapa? Kenapa bisa lo udah ada di rumah tanpa—shit kita bahkan gak tau lo pergi ke mana setelah itu?"

Jessica bertanya heboh keesokan harinya ketika melihat Lova masuk ke dalam studio teater GAU. Lova sendiri tidak bisa menerima terlalu banyak pertanyaan dari temannya itu. Ia tahu mungkin kepergiannya membuat Jessica dan yang lain panik bukan main.

Lova mencoba mencari tahu, ia sudah bertanya ke mamanya tapi dia sama sekali tidak menjawab pertanyaan Lova dan lebih mementingkan kemarahannya karena Lova bisa pulang dalam keadaan mabuk seperti itu. "Aku juga gak tau, Jes, tapi—" ujar Lova namun ia kembali mengingat ucapan mamanya terakhir kali. "Kalau saja bukan teman kamu yang jaga kamu sampai antar ke rumah, mama gak tau lagi kamu pulang selamat atau nggak, Lova."

Teman? Siapa yang sudah mengantar Lova sampai ke rumahnya? Bahkan Jessica dan yang lain tidak tahu kalau dirinya pergi dari klub malam itu. Lova juga tidak tahu ia sudah berjalan keluar dari klub itu seorang diri.

"Tapi apa?" tanya Jessica penasaran. "Lo ingat siapa yang antar lo?"

Lova tidak mengingat banyak kejadian semalam ketika ia pergi keluar sendirian. Tapi ia seperti merasakan menabrak seorang laki-laki dan hal itu terasa seperti mimpi yang membuat Lova lebih berani melakukannya. Dalam mimpi itu Lova yakin ia berbicara dengan orang itu, ia mengutarakan isi hatinya tentang Roar dan kesedihannya karena Roar membencinya.

Tetapi detik berikutnya, mata Lova terbelalak lebar. Lova ingat rasanya ia telah mencium laki-laki asing itu dan dengan bodohnya ia menikmatinya sampai pada akhirnya Lova sudah tidak mengingat apa-apa lagi. Pagi itu Lova baru tahu kalau ia sudah di dalam kamarnya dan Gea, mamanya pun mulai menceramahi dirinya dengan panjang lebar.

"Kamu tau ada mahasiswa GAU yang juga datang ke klub?" Lova berbalik tanya. "Aku yakin ada cowok dari GAU yang antar aku ke rumah."

Jessica memberikan tatapan bingung. "Di sana banyak orang, Lova. Cowok dari GAU mungkin anak Seni Peran juga?"

"Nggak," ucap Lova yakin. "Bukan anak Seni Peran. Aku yakin itu. Aku akan kenal anak-anak kelas kita, Jes, dan orang yang antar aku bukan dari sini."

Jessica juga tidak tahu kalau ada mahasiswa GAU yang lain ikut datang ke klub yang sama dengan mereka. Ia mencoba berpikir untuk mencari tahu jawabannya. Satu-satunya cara yang bisa dicari adalah bertanya ke cowok-cowok Seni Peran sendiri, mungkin saja mereka mengenal ada mahasiswa GAU jurusan lain yang ikut ke dalam acara mereka.

"Arsen!" teriak Jessica ketika melihat teman sekelasnya itu berjalan di dekatnya. "Lo ikut ke klub gak semalam?"

Arsen pun mengangguk sebagai jawaban. "Ikut, kenapa?"

Jika Cinta Tidak Pernah AdaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora