Chapter 46

25.2K 1.5K 56
                                    

Kasih komentar yang panjang untuk chaper ini guys 🥰 tekan vote dulu baru bisa di baca

***

Hito sendiri mengernyit saat merasa sakit pada lututnya yang lukanya pasti akan semakin parah. Ia tidak berani bangun, apa pura-pura pingsan saja? Ia malu dengan Lia.

"Pak tidak apa-apa?" tanya supir sambil memegang tangan Hito, Hito menghempaskan tangan supir itu. Percuma dipegang ia tetap terjatuh juga.

Berusaha kuat, Hito langsung membuka mobil dan langsung masuk.

"Geser cepat!" Lia berucap dengan mata yang melotot, ia tidak mau Hito dekat-dekat dengannya bukan karena tubuh Hito yang kotor tapi ia masih tidak bisa melupakan semua kelakuan suaminya itu.

Hito menatap memelas pada Lia yang terlihat sangat kesal dengannya. Hito pun menggerakan tubuhnya agar menjauh dari Lia saat pandangan Lia terlihat jijik melihatnya.

Selama perjalanan tidak ada hal yang dibicarakan karena Lia tidak membalas beberapa pertanyaan Hito. Hingga sekarang hanya Hito yang sejak tadi mengajak bercanda dengan Rian hingga anak bertubuh mungil itu sejak tadi ketawa.

Lia hanya bisa memandang pemandangan indah di depannya dengan tatapan sendu.

"Nggak sakit gendong Rian? Dia sudah besar begini."

"Lukanya sudah lumayan kering, kan gendongnya sebelah kanan."

"Yakin gapapa?" tanya Hito lagi hendak memastikan.

"Hm." Lia mengalihkan pandangannya ke luar jendela, pertanda Lia tidak ingin diajak bicara lagi.

"Gimana kalau aku panggil pengasuh aja?"

Lia mengela napasnya gusar, apa tidak bisa Hito diam saja. Biasanya juga Hito tidak banyak bicara. Ia sedang malas untuk berkomunikasi dengan Hito.

"Jadi kamu maunya gimana?" tanya Hito lagi, ia berusaha mengajak Lia bicara. Tapi tujuannya memang serius ingin memanggil pengasuh saja demi kenyamanan Lia selama proses penyembuhan.

"Tidak usah."

"Dulu kamu minta pekerja untuk pekerjaan rumahkan? Bukannya kamu mau? Biar aku panggilkan?"

"Aku nggak minta pengasuh Rian aku cuman minta orang yang bantu bersihin rumah. Lagipula aku udah nggak butuh apapun."

Masih teringat dengan jelas saat di mana ia yang kelelahan menjaga Rian yang masih bayi meminta Hito untuk memanggil pembantu malah dimarahi, mengatakan bahwa Lia hanya tahu menghabiskan uang.

"Maaf, aku akan panggilkan tiga orang."

Lia hanya diam tidak peduli, menolak juga Hito sangat keras kepala. "Kita sudah sampai, sebenarnya ini rumah pemberian Kak Dellia buat aku bukan rumah sewa. Aku berbohong tadi karena tidak mau kamu kembali menghina aku, pemberian ini sudah aku tolak. Jika kamu tidak suka dengan pemberian ini katakan saja pada abangmu." Tentu Lia harus tahu diri, bisa saja Hito tidak suka dengannya yang menggunakan harta pemberian keluarganya.

Hito meremas tangannya, kenapa bukan ia yang seharusnya membelikan rumah atas nama Lia. Kenapa malah keduluan keluarga abangnya. Ia akan membicarakan ini dengan Adam, ia akan membayar untuk harga rumah ini.

"Boleh masuk?" tanya Hito saat di depan pintu pagar.

"Nggak boleh, pulang sana," balas Lia.

"Ini sudah seminggu, dan aku tetap pada pendirian aku untuk tetap bersama kamu. Aku cinta sama kamu."

"Susah tau buat nerima kamu lagi." Lia mendorong Hito pelan agar menjauh dari area pagar. Ia menatap ke arah Jean yang membuka pintu pagar, ia meminta tolong untuk membawa Rian ke kamarnya. Kata Dellia, Jean memang dipekerjakan saat ia di rumah sakit untuk mengurus rumah.

"Kamu masih cinta kan sama aku?" Hito menatap Lia dengan serius, entah kenapa ia benar-benar merasa jika Lia sudah berubah. Lia tidak sama lagi dengan Lia yang sebelumnya menjadi istrinya, biasanya Lia akan sangat bergantungan dengannya.

Lia menatap Hito dengan serius juga, lalu mengedikkan bahunya.

"Tidak tahu, rasanya seperti sudah memudar."

Hito menunduk sedih, ia sadar ini semua karena ulahnya. Ia berharap rasa cinta Lia bisa kembali seperti semula.

"Biarkan aku mencoba untuk mengembalikan cinta itu. Kamu maukan kita tetap bersama?"

"Tidak tau Hito." Lia mencoba untuk tidak menatap wajah Hito, tidak tau kenapa dalam lubuk hatinya ia ingin kembali dengan Hito melihat sifat Hito yang sudah berubah, hanya saja ia takut membuka kepercayaan kembali pada suaminya yang  malah bisa saja kembali membuatnya semakin sakit hati. "Tidak tau kedepannya bagaimana hanya saja sangat sulit untuk percaya kalau kamu benar-benar cinta sama aku."

Senyuman lebar terpampang, ia memegang pipi Lia. "Aku bakalan bikin kamu yakin sama aku."

Suara ponsel Lia membuat Hito memberi jarak, ia menatap penasaran ke arah ponsel Lia.

"Terima kasih kamu sudah membuat surat izin kepada pihak rumah sakit, lain kali kita bisa bertemu aku akan mentraktir."

Hito tidak tahu apa yang dikatakan pria yang tidak salah namanya Gio karena suara ponsel Lia yang kecil.  Hito mematung saat mengingat siapa Gio, pria itu yang ia temui di mall. Hito yang tidak suka langsung menarik ponsel Lia.

"Tidak usah menghubungi istriku." Belum selesai Hito berbicara, Lia langsung merebut ponselnya dan langsung mematikan sambungan teleponnya dengan Gio. Nanti ia akan kembali menghubungi Gio.

"Kamu apa-apaan! Nggak sopan!"

"Aku nggak suka ya kalau kamu bertemu dengan pria itu."

Lia tidak peduli dengan Hito, ia langsung masuk ke dalam pekarangan rumah. Ia malas untuk kembali adu mulut.

"Kamu yakin tinggalin aku di sini?" tanya Hito saat Lia yang malah meninggalkannya dan sudah masuk ke dalam pagar dan hendak mengunci pintu pagar.

"Kenapa harus tidak yakin?" tanya Lia heran.

"Aku luka ni." Hito menunjukan lutut dan lengannya, lukanya ini bisa ia tangani sendiri hanya saja ia ingin Lia memperhatikannya.

"Kamu dokter kenapa rawat diri sendiri tidak bisa."

Hito mengangguk pelan, benar ia seharusnya tidak merepotkan. "Iya benar kamu juga pasti akan kerepotan nantinya, aku akan kembali nanti."

Setelahnya Hito masuk kembali ke dalam mobil yang mengantar mereka tadi. Hito sendiri sedikit merasa lebih tenang, walaupun tidak bisa langsung kembali satu rumah setidaknya ia mengetahui di mana Lia akan tinggal.

***

"Berhasil ditangkap?" tanya Hito saat  orang suruhannya menghubunginya. Ini sudah tengah malam pasti ini informasi yang penting. Setelah berbicara selama hampir sepuluh menit, ia sudah bisa mengambil kesimpulan jika paman Lia itu melarikan diri ke luar negeri.

"Tangkap dia secepatnya, lalu pastikan dia tidak akan pernah bisa ke luar dari penjara." Setelahnya Hito langsung mematikan ponselnya, setelah ini Lia akan aman. Ia akan memberi tau Lia besok bahwa penjahat itu sudah diketahui keberadannya. Jika sudah begini sangat mudah bagi suruhannya untuk menemukan Devri.

Setelahnya Hito melempar ponsel kesembarangan arah dan langsung memejamkan matanya. Tubuh yang terasa sakit di beberapa sisi, punggungnya juga sangat parah sakitnya. Tadi tidak sesakit ini, tubuhnya pasti membiru.

Rasa lelah membuatnya cepat tertidur, ini tidur termudah yang bisa ia capai setelah beberapa hari. Mungkin juga karena tubuhnya yang sakit, besok Hito akan kembali berusaha untuk mendapatkan hati Lia kembali.

***

Target 1100 Vote + 200 komen + 30 Followers aku bakalan double up hari ini

Mungkin sebagaian dari kalian ada yg lupa vote untuk part awal cerita ini, boleh dong kalian vote kembali dari chaper pertama. vote guys ya dari chapter pertama sampai chapter terakhir.

- part 47-sampai end (part 55) dengan jumlah kata 12.031 = 20 ribu (paket hemat).
-yang mau E-booknya bisa juga langsung wa aja 🥰

kelanjutan dari chapter ini sampai end bisa langsung wa  ke nomor ini ya = ‪+62 838‑6394‑7842 Yang tidak sabar menunggu bisa di pesan ☺️

Hidden MarriageWhere stories live. Discover now