🍁 E N A M 🍁

916K 63.5K 8.1K
                                    

"Mau kemana?" Tanya Kinzy ketika melihat Arthur yang memakai jaketnya.

Arthur menolehkan kepalanya kearah Kinzy yang baringan di ranjang sambil memainkan ponselnya. Ya, mereka sedang berada di kamar yang sama. Tapi tenang saja, Arthur berani jamin kejadian yang kemarin tidak akan terulang lagi.

"Mau main sama yang lain. Gapapa 'kan?" Tanya Arthur balik dengan sedikit tak enak hati.

"Jam tengah sembilan?" Kinzy menatap Arthur dengan isyarat 'yang benar saja'.

"Iya, lagi pula gue udah janji sama yang lain." Jawab Arthur sambil mengambil dompet dan mencek isinya.

Kinzy diam sejenak, "lo udah gak sebebas dulu lagi, Thur."

Arthur mengerti maksud Kinzy pada bagian 'tidak sebebas dulu'. Mengingatkan bahwa Arthur sudah menikah.

"Iya, tapi gue udah janji. Ini juga apartemennya aman kok."

"Serah deh," Kinzy kembali memainkan ponselnya. Hingga ia kembali menegakkan kepalanya, "plis lo gak usah ikut, perasaan gue gak enak."

Walaupun Kinzy bencinya setengah mati pada Arthur, tapi ia juga masih punya hati. Dan perasaanna kini benar-benar tidak enak.

"Perasaan lo aja kali. Yaudah, kal--"

"LO GAK PERGI ATAU GUE IKUT SAMA LO?!" Kinzy sudah bangkit dari baringnya.

"Zy, please." Arthur kali ini tidak bermain-main dengan mengejek Kinzy dengan panggilan aneh.

"Gue tau kalo kita nikah itu terpaksa. Dan bisa dibilang tidak boleh mencampuri urusan masing-masing. Tapi gue merasa kalo sesuatu yang gak baik bakal kena sama elo!"

"Kan cuma perasaan lo doang. Belum tentu bakal terjadi."

"GUE IKUT ATAU LO SAMA SEKALI GAK PERGI?!"

"Ini malam, bahaya."

"Nah, lo tahu."

"Gue laki-laki, Zy. Gue bisa jaga diri."

"Sekalipun elo laki-laki yang nguasai semua ilmu bela diri tapi kalo lo milih jalan yang salah lo bisa mati juga bego!" Kinzy sudah geram setengah mati.

"Udahlah, gue udah telat. Gue pergi!" Arthur sudah hendak berbalik.

"KALO LO MATI DIJALAN GUE CUMA BANTU TERIAK BILANG MAMPUS!" Bentak Kinzy ketika Arthur baru berjalan satu langkah.

"Lo kok gitu sih? Gue ini suami lo!" Arthur berbalik kembali menghadap Kinzy.

"Kalo lo emang ngaku suami gue, lo harusnya tanggung jawab dong. Kalo lo mati konyol dijalan gimana?! Lo gak mikir nanti gue gimana kalo lo mati?!" Kata-kata Kinzy memang sangat tajam.

"Gue udah telat, Zy." Arthur menahan emosinya.

"Main kok pake acara telat-telatan? Gue gak yakin kalo lo mau main."

Arthur menarik napasnya, "oke, gue ada masalah sama orang lain dan gue mau nyelesain masalahnya sekarang." Lalu menghembuskannya sedikit mendengus.

"Nyelesain masalah kok malem? Kalo pun malam pasti dimulainya jam tujuh. Kalo lo nyelesain masalah jam segini yang ada lo berdua malah berantem!"

"Udah keburu di-iyain, Zy."

"Itu mah elu yang bego! Gue ikut. Titik!" Kinzy mulai bangkit dari tempat tidur.

"Tap--"

"Gue ikut atau masalah lo gak selesai?" Kinzy menatap Arthur tajam.

"Yaudah." Arthur mengucapkannya dengan berat hati.

Bad Boy Is A Good Papa [END]Where stories live. Discover now