🍁 D U A P U L U H 🍁

867K 52.4K 7.9K
                                    

"Zy, lo ngapain sih beliin gue hp yang ginian. Yang lain 'kan masih banyak. Ini mahal loh. Dapat uang dari mana lo?" Kinzy memutar bola matanya ketika ia mulai jenuh mendengar ocehan Arthur. "Jan-jangan lo melihara tuyul, ya?"

Saat itu juga Kinzy memasang tampang kagetnya seserius mungkin. "Kok tahu?!"

Wajah Arthur langsung berubah pias. Dengan ketinggian nalar yang hanya setinggi mata kaki, Arthur pun mempercayai kekagetan Kinzy.

Seperti yang kita ketahui, resep dari bertahannya sebuah hubungan adalah saling mempercayai satu sama lain. Dan disini Arthur berperan sebagai Romeo yang sangat setia. Hingga kapasitas berpikirnya yang hanya 0,0000000001kb sangat terlihat tampak di mata indah Juliet.

"Zy?" Arthur masih memasang wajah piasnya.

"Iya, ini tuyulnya ada di depan gue." Arthur tampak berpikir. "Lo kira gue gak tahu apa kalo tiap malam elu ngambil rokok yang udah gue sita, terus lu nyebat di balkon?!"

"Zy, lo tahu?" Tanya Arthur polos.

"Enggak. Gue gak tahu!" Jawab Kinzy kesal. Kadang ia selalu bertanya-tanya. Bagaimana mungkin ayah mertuanya rela menyerahkan perusahaan se-Asia-nya kepada Romeo berotak cetek seperti Arthur.

Arthur tersenyum mendengarnya sambil bernapas lega. "YAIYALAH GUE TAHU! LU KALO NGOBROL PAKE APA SIH?! KAYAK ORANG GEJALAAN TAHU GAK?!"

Arthur dapat melihat Kinzy yang sudah mulai mengambil remote ac yang sedang dekat dengan jangkauan Kinzy. Buru-buru Arthur langsung cabut sambil memeluk ponsel barunya.

Arthur pun berhenti ketika sudah sampai di sofa ruang tengah. Ia mendaratkan bokongnya disana. Ia membaringkan tubuhnya. Ganti baju? Udah lupa Arthur mah. Lebih enak main hp.

Arthur mulai menghidupkan ponselnya dan beradaptasi dengan ponsel barunya.

Hal pertama yang dilakukan Arthur pada ponselnya adalah mendownload beberapa aplikasi sosial yang ia butuhkan. Terutama LINE.

Setelah proses pendownloadan selesai, Arthur langsung log in dari akun lamanya. Yang benar saja, selesai log in ada ribuan pesan yang sudah memenuhi inboxnya.

Arthur tidak akan membukanya satu-persatu. Capek. Dengan lihai, Arthur langsung membuat group lain dengan undangan yang langsung dikirim kepada 46 orang. Dan yang 46 itu adalah cewek-cewek yang tak kunjung mendapat kepastian.

Sedangkan sisa memori yang masih sangat banyak akan ia isi dengan game.

Lima belas menit ia berselancar di ponsel barunya, Kinzy keluar dari kamar mereka sambil membawa buku kumpulan soal lalu mendekati Arthur.

Kinzy menepuk betis Arthur yang sedang selonjoran diatas sofa. "Geser," ucap Kinzy singkat.

Arthur yang mendengar ucapan Kinzy pun lantas melirik Kinzy lalu menggeser kakinya untuk memberikan tempat duduk buat Kinzy.

"Jangan lupa belajar, dua minggu lagi UAS." Kinzy berkata sambil membuka buku yang ia bawa tadi.

"Iya," jawab Arthur tanoa mengalihkan atensinya dari ponsel.

"Mentang-mentang dibeliin hp mahal belajarnya lupa!" Arthur langsung menatap sebal kearah Kinzy.

Arthur bangkit dan duduk di sebelah Kinzy. "Nyil, beneran deh. Lo kesambet apaan dah sampe beliin gue kayak ginian?" Arthur masih bingung sambil mengisyaratkan menunjuk ponselnya.

Kinzy tidak langsung menjawab. Ia masih diam dan menunduk menatap buku soal yang ia buka sejak tadi.

"Emm, lo udah baik banget sama gue."

Bad Boy Is A Good Papa [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon