Old City in White Planet

151 5 2
                                    

June,15th

My bed and I have a special relationship. We are perfect for each other. But my alarm clock just hates seeing us together.

Suara Ed Sheeran menyanyikan Castle On The Hill dari ponselku berhasil membuat mataku terbuka meskipun terasa sangat berat untuk membuka mata lebih lebar lagi dan gravitasi kasur yang terlalu besar namun suara itu semakin keras,semakin membuat mataku terbuka lebar bahkan memberikan efek pada tubuhku untuk segera beranjak dari kasur.

Pagi ini dengan latar tempat,cuaca,suhu,dan iklim yang berbeda aku terbangun.Berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya.Tak ada lagi tempelan glow in the dark di langit-langit atap kamar.Sekarang,aku hanya melihat sebuah lampu kuno yang sudah mati.Mungkin papa yang mematikan lampunya.Melihat di sekitar kamarku yang berubah drastis dari sebelumnya.Wallpaper bunga menghiasi dinding kamar ini.Namun aku benci motif itu.Kurang menarik saja pada pandagan mataku.
Menegakkan tubuhku di pinggiran kasur menunggu beberapa menit hingga nyawaku benar-benar kembali yang sempat hilang saat tidur.

Setelah ini hal baru akan datang di kehidupanku.Hal baru yang memang kuinginkan bukan karena paksaan atau apapun itu.Murni karena keinginanku untuk memilikinya,mengenalnya untuk masuk dalam kehidupanku.
Aku akan melihat wajah-wajah baru yang belum pernah ku lihat sekalipun.Memulai step awal lagi seperti dulu.Terasa aneh namun sangat menarik.

"Arinda sudah siap?" Suara papa memanggilku dari luar kamar.Sebelum keluar aku melihat diriku di sebuah kaca.Merapikan dasi dan menggendong tas punggung berwarna biru langit.
Seperti inikah rasanya?
Memakai kemeja atasan berwarna putih berdasi abu-abu dengan rok berwarna abu-abu juga?
Berbeda sekali rasanya saat memakai seragam sekolah saat masih di Norwich.Terkesan lebih bebas dan berwarna.

Masa inilah yang inginku rasakan seperti yang lainnya.Memakai seragam putih abu-abu.Mengukir sebuah kenangan manis maupun pahit dengan mereka.Mereka yang sekarang belum kukenal namun nanti akan kukenal dan kuingat sepanjang hidupku.
Baiklah aku siap.

Menyusul papa yang telah siap di kursi kemudi mobil yang sudah menyala mesinnya.Tinggal menarik gas saja untuk berangkat.
Aku masuk ke dalam mobil duduk di sebelah papa yang siap mengantarku ke sekolah.Sekolah baruku.

Tak kalah bagusnya dengan Norwich,Surabaya juga memiliki gedung-gedung tua peninggalan penjajahan yang menghiasi pinggiran kota.Aku tak tau pasti gedung-gedung itu terlihat begitu menyeramkan namun sangat keren.Aku dibuat terkesima oleh bangunan tua berdinding putih lusuh kotor terdapat bercak hitam atau apapun itu aku tak tau namun masih terlihat begitu kokoh.Terbukti dengan usianya yang cukup tua namun masih tetap berdiri tegak di sana menghiasi Surabaya yang mendapat gelar sebagai kota pahlawan itu.

It's amazing place.Begitu mengagumkan Indonesia.Aku yang baru mengenal Surabaya sudah dibuat kagum bagaimana jika aku mengeksplor seluruh penjuru Indonesia?

Sampai.

Sebuah gedung bersejarah.Bagaimana tidak bersejarah? Gedung ini mampu mencetak makhluk-makhluk genius.Makhluk? Benarkan makhluk? Manusia adalah salah satu makhluk,kan?

Awalnya papa akan mengantarku hingga masuk ke dalam.Namun tentu saja aku menolak.Aku bukan anak SD ataupun anak TK yang harus ditemani masuk mencari ruang kelas dan memilihkan bangku terdepan agar tidak ketinggalan pelajaran.I can do it by myself.

Berjalan menuju ruang yang kutuju.Melewati sebuah koridor yang mulai sepi karena mungkin saja bel masuk baru saja berbunyi.

Bruuk?!

"Maaf,maaf gasengaja."
Aku hanya membalas senyum tanpa berucap sepatah kata pun,lalu pergi.Berjalan lagi menyusuri koridor hingga aku menemukan ruangan itu.Got it.Tidak banyak bicara aku langsung masuk,menemui orang yang ingin ku temui untuk mengurus segala hal penting.Dan akhirnya selesai.Aku resmi menjadi salah satu siswi di sini.

Kali ini aku membutuhkan jasa pengantar untuk mencari kelasku.Kelas baru.Syukurlah,meskipun hanya seorang security yang sedang berkeliling memeriksa setiap sudut sekolah,ia sangat membantuku menemukan kelas baruku

.ooo.

Bersiaplah Arinda
Lakukan,ucapkan dengan benar

Di sini lah aku berdiri.Menghadap di depan beberapa pasang mata yang tertuju pada satu titik yaitu,Aku.

"Perkenalkan nama saya Arinda Afsheen.Salam kenal semua."singkat.Tak banyak namun terbilang cukup untuk step awal.

"Wahh blasteran ya? Darimana?"sedikit terkejut akan responnya barusan.Bagaimana dia bisa tau?
Sebelum semakin jauh,seorang guru di sampingku mengalihkan pembicaraan dengan mempersilahkan ku untuk mencari bangku yang masih kosong.Dekat jendela,tidak teralu depan dan tidak terlalu belakang juga,tepat di bawah pendingin ruangan,dan satu lagi.Begitu nyaman untuk membaca sebuah novel saat jam kosong karena jauh dari keramaian.Aku sudah bisa membaca beberapa posisi strategis untuk beberapa karakter seorang murid.

1.Pojok (sedikit ruang kosong di belakangnya)
Sudah  bisa menebak kan siapa yang akan duduk di sana?
Yups! Mereka yang kerjaannya molor,suka main gedget,benerin jambul pake kaca yang diselipin ke loker biar gak ketauan guru.
Refrensi : Beberapa novel genre teenfiction

2.Barisan tengah (best position)
Banyak yang bilang,barisan inilah yang paling strategis.Untuk apa? Melakukan ritual tentunya.Toleh samping kiri kanan,tengok depan belakang dan Got it.Sederet jawaban sudah di tangan dan siap untuk mengisi kertas putih yang belum tersentuh oleh tinta bolpoin karena memang tak tau harus menulis apa di atas kertas itu.
Refrensi : Masih sama,seputar novel genre teenfiction namun berbeda judul

3.Barisan terdepan (Albert Einstein)
Kenapa Albert Einstein? Itulah penggambaran barisan terdepan.Kalian tau sendiri,kan? Mereka,Si Albert Einstein di masa yang akan datang?
Makhluk perfectionist,gila skor(?),berkaca mata tebal(padahal sudah duduk di barisan terdepan),dan aku tidak bisa mendeskripsikan satu per satu lagi karena terlalu rumit dan panjang.Kalian bisa menjabarkan sendiri seperti aljabar.
Refrensi : Banyak hasil survey penilitian yang bilang gitu

Segera berjalan menuju bangkuku dan duduk.Karena sistem satu bangku satu siswa jadi tak ada yang namanya teman sebangku.Hanya teman sebelah yang ada.
Bukan teman cewek kali ini yang aku dapatkan.Tak masalah bagiku.Siapapun aku tak mempermasalhkan itu.Kami sempat melihat satu sama lain dan berbalas senyum.Awal yang bagus.
Tak lama setelah itu pelajaran di mulai.Sebelumnya aku telah mempersiapkan betul-betul peralatan sekolah dan buku-buku yang akan kubutuhkan untuk hari ini.

"Kita akan mempelajari BAB II,silahkan buka buku paket kalian!"

Yah aku kan belum dapet bukunya.

Tiba-tiba Bu Firna berkata kembali, "Arinda gabung sama teman sebelah ya."
Waw belum kenal juga gimana mau gabung.Dia melihat ke arahku dengan tatapan dan senyum yang masih sama dengan tadi.Tanpa meminta, ia pun menggeser bangkunya hingga tak ada jarak lagi dengan bangku ku.Ia juga menarik kursinya dan duduk.Meletakkan posisi buku di tengah,di antara aku dan dia agar lebih mudah melihatnya bersama.Sedikit canggung.

"Reza."

Singkat.Perkenalan yang cukup singkat.Setelah mengucapkan satu kata namanya ia kembali fokus ke buku.Aku tersenyum lagi menanggapi perkenalannya yang cukup singkat.Kenapa aku banyak tersenyum hari ini?

"Ar.."ucapku terputus.Aku baru ingat.Lima menit yang lalu aku baru saja memperkenalkan diri di depan kelas.Tentu saja Reza sudah tau namaku.Ahh malu rasanya.Kali ini Reza ikut tersenyum begitu pula denganku.Mungkin ia mengerti apa yang baru saja terlintas di pikiranku juga.

Ada yang janggal gak di chapter ini menurut kalian??
Kalo ada tulis aja di komen.
Si Reza cool binggo:v
Belum tau sapa yang jadi Reza di sini,masih bingung cari.

Thanks.
Give your best vomment(:

ALDEBARAN=AFSHEENOù les histoires vivent. Découvrez maintenant