East Star

110 6 1
                                    

"Orbit is just an orbit.
Never know when the orbit started and stopped
It's running time by time."

Langit mulai menampakkan perpaduan warna indahnya. Tak pernah berubah meskipun aku berada di tempat yang berbeda sekarang.
Warna langitnya masih sama seperti terakhir kali kulihat di Norwich.

Senja terakhir di Norwich saat itu. Di bawah sebuah patung pahlawan lokal asal Norwich,Horatio Nelson Edith Cavell.

"Arinda?"Seseorang membuyarkan lamunanku. Aku terkesiap lalu merespon apa yang barusan ia lontarkan.

"Iya?"

"Kamu pulang sama Kak Abizar ya?"
Aku tidak salah dengar,kan?

Aku, pulang bersama Kak Abizar?

Orang yang baru saja ku kenal 45 menit yang lalu?

"Aku?". Tentu saja aku masih bingung. Reza memintaku untuk pulang bersama Kak Abizar. Ia yang membawaku ke sini, kenapa Kak Abizar yang mengantarku pulang? Harusnya Reza, kan?

"Sapa lagi kalo bukan kamu. Aku gabisa anterin kamu. Ada urusan mendadak."

"Kok gitu sih? Kan kamu yang bawa aku ke sini. Harusnya kamu yang anterin balik!"
Amarahku memadam. Reza bagaimana sih. Orang baru kenal sama Kak Abizar malah disuruh anterin pulang.

"Gabisa Arinda.Maaf gabisa.Ini mendadak banget." Reza kekeh tidak bisa mengantarku pulang.

Kak Abizar angkat bicara,setelah mendengar aku dan Reza yang bersitegang dan adu mulut.

"Tenang aja Arinda, aku bakal anterin kamu sampai rumah dengan selamat".

Emang dasar Reza.
Niat awalnya mengajakku keliling Surabaya, nyatanya mana? Pembual!

Mukaku mendadak kusut, tak bersemangat, mood yang terlanjur rusak karna Reza. Reza merusak akhir dari hari pertama sekolahku sekaligus hari kedua ku di Surabaya. Hate it!

Kak Abizar berlenggang menuju mobil yang terpakir tidak jauh dari hotel Majapahit. Lalu ia membunyikan klakson mobil menyuruhku segera masuk.

Sepanjang perjalanan hanya hening yang tercipta. Kak Abizar yang fokus mengemudi sedangkan aku mengalihkan pandangan ke arah balik kaca mobil. Lalu-lalang kendaraan,langit yang mulai menampakkan warna jingga, dan juga lampu jalan yang mulai menyala.

"Oh ya,di mana alamat rumah kamu?" Kak Abizar memecahkan keheningan di antara kami.

"Yaampun!" pekikku. Aku lupa,aku tak tahu alamat rumah nenek yang kutempati saat ini.

"Yaampun!" pekikku kembali, mebuat Kak Abizar menepikan mobilnya.

"Kenapa Arinda?" tanya Kak Abizar kebingungan.

"Yaampun Kak,aku lupa kasih tau papa kalau aku bakal keluar sama Reza tadi," ujarku cemas "aku juga gatau alamat rumah." Kedua mata Kak Abizar membulat. Aku gelagapan, buru-buru mencari keberadaan ponselku.

"Aduuh di mana sih? Kok gak ada?"

"Keep calm. Coba cari di antara buku-buku,biasanya keselip di situ." ujar Kak Abizar memberi saran. Got it!

Setelah menemukan ponsel,aku segera menekan tombol power nya.BOOM! Aku mendapati ponselku yang sudah tak bernyawa.Damn it!

"Ponselku mati." Kak Abizar menepuk dahinya. Ia merogoh saku kiri skinny jeans nya.

"Pake ini aja buat hubungi papa kamu." Kak Abizar menyodorkan ponselnya padaku.

"Masalahnya lagi,aku gak hafal nomor papa."

Ahh! Aku benci keadaan seperti ini.

"Okay stay calm. Di deket sini kebetulan ada Starbucks,kita bisa ke sana buat charge handphone kamu." ucap Kak Abizar begitu tenang.

.ooo.

Starbuck

Ponselku telah terselamatkan. Meskipun baru saja nyala dari mati suri nya,cepat-cepat aku menghubungi papa.

Kau bisa menebak sendiri apa reaksi papa. Ia begitu cemas,marah,kesal karena perbuatanku,dan mungkin masih banyak lagi yang dirasakan papa.Namun,rasa bersalahku sedikit berkurang setelah memberikan kabar pada papa.

Lalu pelayan datang membawa pesanan kami,Vanilla Sweet Cream Cold Brew dan Choco Frappuccino. Suasana hangat mulai tercipta antara aku dan Kak Abizar. Kami mulai menceritakan hal-hal kecil seperti pengalaman terburuk masa kecil, buku kesukaan,dan bagaimana bisa bertemu dengan Reza.

Pandangan mataku beralih kepada seseorang yang duduk tak jauh dari aku dan Kak Abizar duduk. Aku masih sangat hafal postur tubuhnya dari belakang. Memakai Hoodie biru gelap dan jeans hitam.

Tiba-tiba ia berdiri dan berbalik. Mata kami sempat bertemu namun ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah Kak Abizar lalu keluar dan pergi.

Aku yakin,itu adalah dia.
Seseorang yang kutemui saat di rooftop sekolah,menggambar sebuah galaksi gelap namun berubah menjadi seperti sebuah Andromeda. Penuh dengan ribuan bahkan jutaan kilauan bintang yang mengubah segalanya menjadi lebih bersinar. Ia juga menorehkan sebuah tulisan bergaya latin di atas muralnya bertuliskan 'Aldebaran'.

.ooo.

Come back!!
For the next part,kasih vomment dong yaa..

RESMI Jadi Kelas *
Berapa hayoo?? Buat PR.

Salam,
Aldebaran(:

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 23, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ALDEBARAN=AFSHEENWhere stories live. Discover now