Lupita meniup permen karetnya. Cukup lama ia berdiri di belakang gerombolan remaja seusianya yang sibuk melihat hasil pengumuman kelulusan. Anak-anak itu cuma difasilitasi beberapa layar kecil untuk menginput data dan password mereka untuk mengetahui lulus atau tidak setelah empat tahun mengenyam pendidikan setara sekolah menengah atas. Tidak berebut, karena satu sama lain penasaran dengan hasil temannya namun lumayan membuat panas murid lain yang menunggu di belakangnya. Termasuk Lupita.
"Hei, minggir! Giliran yang lain!" Serunya. Maka beberapa anak yang tadinya berlama-lama segera pergi.
"Dasar cewek gipsy aneh!" Ledek seseorang di antara mereka. Namun Lupita tetap bersedekap tenang sambil meletupkan permen karetnya.
Lupita, nama gadis itu. Tahun akhir di sekolah pada usia delapan belas membuat hatinya lega. Selamat tinggal dunia kekanakan, selamat datang kedewasaan. Itu karena dia tidak pernah punya teman. Dilepas paman bibinya delapan tahun lalu untuk tinggal di Grand White Base, stasiun pendidikan Saturn Gallant, membentuknya menjadi mandiri. Di saat gadis belia lain memilih warna pink atau merah, dia malah gemar dengan warna gelap atau hitam. Jadilah Lupita si gadis emo sering dianggap aneh dan dijauhi teman seusianya. Kecuali satu.Nico Xander. Cowok introvert yang sejak dulu menjadikan gitar sebagai teman bicaranya. Paling suka mengungkapkan isi hati lewat baris syair lagu karyanya sendiri. Beda setahun lebih tua dari Lupita, Nico mampu meredam emosi Lupita yang kadang meledak-ledak. Cerdas, berjiwa pemimpin, namun sayangnya dia belum menyadari hal itu. Hidupnya bisa dibilang santai.
Sama-sama kurang berbaur, membuat keduanya akrab. Membicarakan hobi, tugas sekolah atau hal-hal lain yang wajar dibicarakan remaja pada umumnya.
Jari-jari Lupita asyik menginput data Nico di atas panel hologram, lalu muncul kalimat kelulusan. Peringkat ketiga. "Pintar juga ini bocah," gumamnya, mengingat ujian kemarin betul-betul susah. Lanjut data dan password-nya sendiri.
"Lulus! Awas kalau tidak, kau kubuat rata dengan tanah!" Ancamnya pada layar kecil di depannya. Sementara dua murid laki-laki di belakangnya menganggapnya aneh karena bicara sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPACE DJ 2 : The Revolver Generation
Science FictionALHAMDULILLAH, WINNER of The Watty's 2018 : The World Builders*** So the story continues.... Konflik timbul pada generasi berikutnya di Saturn Gallant, ketika sekumpulan pemuda direkrut dan dilatih oleh Space DJ Carlo Dante. Seorang pemuda misterius...