Beat 2 : Sang Mentor

943 47 0
                                    

Dante ingat pertama kali ia menginjakkan kaki di Saturn Gallant. Langkahnya selalu dibuntuti, ibarat penjahat yang diburu, tak sekalipun merasakan udara kebebasan. Hari ini, enam staf militer di belakangnya ekstra ketat menjaga keamanannya. Sebenarnya ia jengah, tapi prosedur standar, kata Kapten Skivanov.

Hari ini, dari balik pintu besi itu, akan masuk seratus siswa yang berhasil lolos mendaftar di DJ Academy. Lebih banyak dari tahun kemarin, mengingat tahun ini daya tariknya adalah turunnya Carlo Dante sebagai mentor. Siapa yang tak kenal dia? Space DJ Soundbuzzter Club yang tak tertandingi sense of music-nya. Anak-anak muda itu, belajar mencari jati diri. Apakah mereka sanggup, atau tidak, mirip seleksi alam. Semua butuh proses dan tugas Dante memutuskan yang terbaik di antara mereka.

Dan...pintu pun terbuka. Mereka datang! Para remaja itu berjalan teratur walau tidak berbaris. Wajah-wajah muda yang bahagia, siap saling bersaing untuk menjadi yang terbaik. Semangat berbincang dengan nada pelan, tahu bahwa di depan mereka telah berdiri seorang Space DJ kebanggaan Saturn Gallant, Carlo Dante.

 Semangat berbincang dengan nada pelan, tahu bahwa di depan mereka telah berdiri seorang Space DJ kebanggaan Saturn Gallant, Carlo Dante

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mereka saling berbisik. Penasaran bagaimana bentuk tulang punggungnya, utuhkah kedua tangannya, karena menurut rumor yang tersebar, Carlo Dante memiliki tangan bionik, dan kira-kira secantik apa wajah Eyn Mayra. Banyak pertanyaan yang membuat mereka penasaran, bukan berarti Dante tidak menyadari hal itu.

"DJ Academy bukan tempat bersenang-senang. Juga bukan area pembantaian. Di Saturn Gallant kalian adalah aset. Gunakan sebaik mungkin waktu, tenaga dan pikiran untuk meningkatkan dan menguji kemampuan kalian." Kalimat Dante sangat menghipnotis kecuali seorang pemuda berambut ikal bernama Nico Xander.

"Kami masuk akademi musik 'kan? Atau...akademi militer?" Protesnya, mencengangkan yang lain.

Senyum Dante mengembang. "Oh ya, maaf, membuat kalian tegang. Untuk kalian semua yang menginjakkan kaki di DJ Academy hari ini.... Selamat datang!"

Kemudian mereka mengikuti arahan beberapa staf untuk menuju ke asrama. Asrama yang dimaksud berupa ruangan-ruangan yang dihuni per orang dan dipisah antara laki-laki dan perempuan. Sebelum berpisah, Lupita sempat menyodok pelan pinggang Nico

"Kupikir kau bakal pingsan melihat Dante secara langsung." Godanya.

"Carlo Dante mentor kita, kurasa aku akan terbiasa."

"Yeah, tentu saja. Dia harus memberimu nilai tinggi, Nico. Atau dia akan menyesalinya."

"Kita lihat saja, sampai nanti."

Di dalam kamarnya yang tak seberapa, Nico mulai mengembangkan riset. Pertama, musik Carlo Dante sendiri. Memisahkan unsur di dalamnya, memadukan irama artistik techno dalam tempo yang mampu diolah rasa, kemudian sentuhan akhir berupa petikan gitar. Semua ia gabung dalam alunan lagu dan membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk menjadikannya sempurna.

Gadis penuh aroma kegelapan itu muncul. Tersenyum melihat Nico menunggunya di depan studio. Dalam balutan seragam abu-abu tua, penampilannya cukup janggal dibanding siswi-siswi lainnya yang lebih suka menyanggul rambut panjang mereka. Lepas dari semua itu, senyumnya cantik, terkesan tulus.

SPACE DJ 2 : The Revolver GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang