Beat 3 : Dia yang Terlambat

714 32 44
                                    

Nico merasa belum puas. Lupita benar, musiknya belum apa-apa bila dibandingkan musik Carlo Dante yang terkenal mumpuni. Rekaman musik harus siap sebelum minggu depan untuk didengar telinga Carlo Dante. Antara kesiapan, deadline, kualitas, membuatnya setengah terburu. Hingga tiba masanya rekaman, Nico hanya mendesah pasrah.

"Yakinlah kau bisa," dukung Lupita sesaat sebelum Nico masuk ke dalam studio.

Lupita tenang tapi mental Nico berantakan. Beberapa hari lalu ia dengan lancang menantang Carlo Dante perform ke atas panggung DJ. Sekarang akankah Dante sudi memberinya nilai tinggi? Bahkan memimpikannya pun ia tak berani.

Pintu itu terbuka.

Nico tahu di balik kaca studio telah berdiri Carlo Dante yang akan menentukan nilai demo-nya, namun ia tak melihatnya. Suara seseorang memberinya aba-aba untuk mulai mengendalikan panel mixer, turntable dan peralatan lain di depannya. Diraihnya headphone, dan mulailah dia berkonsentrasi pada lagu ciptaannya.

Setelah delapan menit dua puluh tujuh detik, demo itu selesai. Headphone ia letakkan dan keluar ruangan setelah suara yang sama memgucapkan terima-kasih dan mempersilakannya pergi. Hasilnya akan ia terima enam jam lagi, menunggu semua demo siswa akademi selesai direkam.

Ada tiga puluh enam siswa yang bersaing mendapatkan perhatian Carlo Dante, dan itu tidak mudah.

Jam berganti, menit berlalu dan detik demi detik berputar mengikuti sang waktu. Sesantai apapun Lupita berusaha menenangkan sahabatnya, atau mengalihkan perhatian Nico supaya dia lebih tenang, rasanya sia-sia belaka. Berkali-kali cowok itu mengatur nafasnya. Bahkan tak lagi mendengarkan Lupita yang sibuk bercerita tentang kemajuan kelas piano-nya.

Lima jam kemudian rekaman demo selesai, selama satu jam seterusnya Dante sibuk menilai dan ketika tiba saatnya urutan diumumkan, jantung Nico berdetak lebih cepat. Lupita ternganga tak percaya memandang hasil yang terpampang di layar hologram di depan studio.

"Urutan keempat! Ini tidak benar! Kau pantas mendapatkan lebih dari itu! Aku mau protes!" Teriak Lupita tidak terima, sementara Nico menahannya supaya mengurungkan niatnya.

Dante dan dua orang mentor DJ Academy lainnya keluar studio, seketika terhenti ketika Lupita nekat mencegat Space DJ itu lalu protes terang-terangan.

"Nico pantas mendapat lebih, dia sangat berusaha karena mengagumi Anda. Dia pecinta gitar tapi rela memusatkan perhatiannya pada techno progressive demi mendapat hasil terbaik. Tidakkah Anda melihat itu? Mempertimbangkan itu?"

Nico membekap mulut Lupita dengan tangannya tapi gadis itu cepat menyingkirkannya. Sedangkan Dante dengan tenang mempersilakan dua rekannya berlalu lebih dulu. Memandang dua remaja di depannya, melepas kacamatanya.

 Memandang dua remaja di depannya, melepas kacamatanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Baiklah, sekarang dengarkan, Nona..."

"Lupita. Lupita Sanchez. Dan Nico Xander."

Nico menepuk dahinya sendiri karena Lupita menyebut nama mereka berdua.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SPACE DJ 2 : The Revolver GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang