10: This Day

60 16 13
                                    

vantaesticbaby

Hari ini paling dinanti. Cerah mentari sanggup semakin menghangatkan hari. Bahagia menyelimuti. Tumbuh dari hati dua insan lantas semua ikut menikmati.

Denting bel gereja pagi hari kali ini sanggup membuatku membeku sendiri. Di cermin tadi pagi-pagi sekali, bayangan gagah terpatri. Namun nyatanya wajahku saat ini pucat pasi.

Bukan.

Bukan aku tidak bahagia untuk hari ini. Hanya saja debaran jantungku tak cukup terkendali bahkan untuk melewati pintu ini.

Di balik pintu ini, kuyakin tidak sedikit orang yang menanti. Oh, tentu. Kehadiran seorang Kim Taehyung adalah klimaks dari cerita perjalanan hidup ini. Dan ketika mengingat hal itu, hatiku mencelos kembali.

Oh, Tuhan. Kuatkan hamba-Mu.

Bagaimana bisa seorang yang selama ini menunggu kedatangan hari gembira ini malah melangkah masuk saja tak mampu?

Ayolah, Kim Taehyung, ini hari yang kau tunggu-tunggu!

Kuyakin di dalam kan kaujumpai seraut wajah manis tersenyum cerah menghadapmu. Pikirkan! Mungkin saja saat ini dia tengah gamang menanti kehadiranmu.

Kutarik nafas dalam-dalam. Lantas memutuskan mendorong pintu dan masuk ke dalam.

Langkah pertama, kakiku gemetar.

Langkah selanjutnya bibirku bergetar.

Dalam setiap langkah menujumuㅡdapat kudengar decak kagum wanita lain yang iri terhadapmu.

Ya. Hari ini aku akan terus berjalan lurus padamu. Menatap manik mata kesukaanku sepuas yang kumau.

Betapa indah dirimu bahkan meski dalam jarak yang jauh. Kukepal erat kedua tanganku hingga berpeluh. Semakin mendekatimu semakin pula rasanya aku ingin bersimpuh. Tapi tak jadi kulaksanakan mengingat gereja adalah tempat suci dimana dua hati resmi berlabuh.

Kukuatkan diri untuk tidak rubuh.

Maka saat langkah ini tiba-tiba terpaku, kusadari satu hal bodoh yang selama ini tidak terlihat olehku.

Bahwa kata sempurna pun tak dapat mendefinisikan dirimu.

Kau Maha Sempurna. Dalam balutan gaun pengantin putih dan pipi merona.

Kau Maha Sempurna. Pahatan Tuhan paling indah yang pernah ada.

Hwang Yubi adalah karya indah yang nyata.

Aku tersenyum, kau pun jua. Menyambutku dengan hangat tatap mata. Terlalu hangat hingga dapat kulihat matamu berkaca-kaca.

Jangan!

Jangan ada air mata di hari bahagia.

Karena satu tetes saja mutiara itu jatuh dari asalnya, aku tidak yakin dapat melanjutkan semua sandiwara.

Niatku kembali berjalan mendekatimu terurung. Aku baru saja terlempar kembali ke dalam pahit realita tak berujung.

Maka terkutuklah pepatah yang berkata, "Wanita baik untuk pemuda yang baik."

Karya indah sepertimu memang haruslah bersanding dengan karya indah yang laik.

Agar sepadan, kata mereka. Lebih tepatnya mereka yang tidak menganut paham bahwa cinta akan lebih indah jika berbeda.

Namun bersandingnya dirinya disampingmu pun tak luput dari salahku. Salahku selalu mengabaikanmu. Salahku tak pernah menganggap bahwa perlakuan manismu adalah bukti perasaan lebih dari seorang sahabat kecilku.

Ya, aku memang selalu berkata bahwa hari ini adalah hari yang paling kutunggu. Namun saat itu kukira pangeranmu adalah aku.

Bukan lain siapapun.

Bukan pula Hwang Minhyun.

Hipnotisme Jiwa ✔Där berättelser lever. Upptäck nu