6. Tugas yang Mustahil

796 39 0
                                    

 "Ini muridku Airlangga." Kiai Srenggi memperkenalkan pemuda di sampingnya. Pemuda tadi tersenyum kecil sambil mengatupkan tangannya di depan dada.

"Kenapa Anakmas malam-malam berkeliaran di hutan?" Tanya Kiai Srenggi.

"Kami murid Darul Ma'rifat siang tadi mendapat tugas dari Kiai Nuril Hamid," Kasman membuka cerita.

"Tugas seperti apa, Kang?" Airlangga menyahut penasaran.

"Kami diberi tugas untuk mencari dua benda yang tidak diciptakan Gusti Allah," ujar Kasman sambil menerawang mengingat-ingat tugas dari kiainya siang tadi. Kiai Srenggi dan Airlangga saling memandang dan tersenyum penuh makna.

"Dapat bendanya?" Tanya Kiai Srenggi tanpa menghentikan langkahnya.

"Tadinya saya memilih batu, Kiai. Tapi setelah saya pikir-pikir, batu itu berasal dari gunung. Gunung itu dari tanah. Tanah itu ciptaan Gusti Allah juga," sahut Kasman dengan wajah meyakinkan. Kiai Srenggi terkekeh pelan.

"Kemudian saya melihat empang di tengah hutan, di dalamnya ada ikan. Saya berpikir ikan itu muncul dari air. Tapi air itu berasal dari hujan. Hujan berasal dari langit, yang diciptakan Gusti Allah juga. Saya menyerah, Kiai," kata Kasman dengan wajah memelas. Kiai Srenggi dan Airlangga kali ini tak dapat menahan tawa mereka.

"Anakmas tidak perlu kecewa. Justru Anakmas ini berhasil menyelesaikan tugas dari guru Anakmas," terang Kiai Srenggi halus. Kasman menatap kakek di depannya dengan wajah heran.

"Mengapa demikian, Kiai?" Tanya Kasman tak puas.

"Karena memang di dunia ini, tidak ada benda yang tidak diciptakan Gusti Allah, Kang," sahut Airlangga mendahului Kiai Srenggi.

Kasman mematung dengan mulut ternganga saat menyadari hikmah dibalik tugas gurunya tersebut. Kiai Srenggi dan Airlangga tertawa berderai melihat kepolosan Kasman.

Sedulur Papat Kalima PancerWhere stories live. Discover now