7. Nasehat Agung

832 40 0
                                    

"Kiai, ajari saya ilmu sedulur papat kalima pancer," sahut Kasman tiba-tiba.

Suara Kasman bergaung di antara derai tawa Kiai Srenggi dan muridnya. Langkah mereka pun terhenti.

"Aku akan ajarkan pada Anakmas empat nasehat, yang lebih berharga dari ilmu apa pun," ujar Kiai Srenggi mendekat sambil memegang pundak Kasman.

"Yang pertama, wong tan manut pitutur wong tuwa ugi, pan nemu duraka, ing dunya praptaning akir, tan wurung kesurang-surang3. Orang yang tidak mengikuti nasehat orang tua, akan menemui kutuk sengsara, di dunia sampai di akhirat, berakhir dengan penderitaan."

"Yang kedua, sapa wong kang gawe becik, nora wurung mbenjang manggih arja, tekeng saturun-turune4. Siapa yang berbuat kebajikan, akhirnya akan menemui kesejahteraan, hingga ke anak cucu."

"Yang ketiga, mangkono kang tinemu, awit anom amendenga laku, ngungkuri mangan lan turu sawatawis. Amekak hawa napsu, dhasarana andhap asor5. Demikianlah yang baik, sejak muda menekuni laku, mengurangi makan dan tidur. Mengekang hawa nafsu, dasarilah dengan sikap rendah hati."

"Yang terakhir, Anakmas. Nasehat apapun meskipun dari seorang yang miskin dan rendah, jika baik ajarannya, itu pantas Anakmas ikuti. Nadyan metu saking wong sudro papeki, lamun becik nggone muruk, iku pantes siro anggo6. Anakmas pegang keempat nasehat itu, niscaya akan menjadi penjaga Anakmas," terang Kiai Srenggi panjang lebar.

Kasman mengangguk puas.

"Pondok Anakmas ada di balik bukit itu. Aku pamit, Anakmas. Sampaikan salamku untuk gurumu," ujar Kiai Srenggi untuk terakhir kalinya.

"Baik, Kiai," jawab Kasman sambil mengatupkan kedua tangannya. Matanya terpejam demi menghormati kepergian Kiai Srenggi dan muridnya.

Tak berapa lama Kasman menundukkan pandangannya mengiringi kepergian Kiai Srenggi dan Airlangga, ketika tiba-tiba saja kumpulan awan hitam turun dengan cepat dan membekapnya hebat. Dadanya sesak mencoba menghirup udara dengan sia-sia dan putus asa. Hal terakhir yang diingatnya adalah saat telinganya bergemuruh dahsyat seolah ribuan liter air bah masuk membanjiri kedua gendang telinganya.

Gelap dan gelap menyelimuti.

Sedulur Papat Kalima PancerWhere stories live. Discover now