2. She

11 1 1
                                    


Suara bising kendaraan mengembalikan si lelaki dari alam mimpinya. Matanya mengerjap ketika sinar matahari menerobos ke pelupuk matanya. Tak lama berselang kesadaran itu kembali. Kini indra penglihatannya berubah menjadi tajam tatkala banyak sorot mata aneh berlalu lalang. Dia mencoba berdiri tuk pergi.

Tatapan kosong menjadi tema hari ini. Beberapa kali si lelaki menabrak orang-orang yang melewatinya. Tentu bukan kata maaf yang terucap, melainkan kebisuan yang tercipta. Jangan lupakan berbagai umpatan orang-orang padanya. Mereka kesal karena si pelaku berusaha enyah dan menghilang.

Melewati sebuah restoran. Perut si lelaki merespon untuk meminta makan. Barulah sadar, mulai kemarin perut ini belum dibumbui asupan. Ragu dan bimbang, tetap saja langkahnya merangkak ke dalam restoran. Ternyata ada kesalahan, tempat ini hanyalah sebuah kedai. Belum genap dua kaki masuk dengan sempurna. Untuk ke sekian kalinya dia menabrak seseorang. Selanjutnya dentingan piring pecah yang terdengar. Suasana berubah menjadi kacau. Bukan khawatir pada orang di depannya, mata si lelaki malah menatap seseorang yang mendekat ke arahnya. Dia menampakkan wajah merah menahan amarah.

"Park Hyerim! Apa yang kau lakukan??"

"Maafkan aku ahjussi. Aku tidak sengaja. Maaf, aku benar-benar tidak sengaja"

"Tuan apakah anda baik-baik saja?", tanya seorang lelaki paruh baya.

Lelaki itu mengangguk tanda bahwa keadaannya baik.

"Silahkan anda duduk disini tuan. Maaf atas ketidaknyamanannya", pinta lelaki tersebut.

Si lelaki menurut dan duduk ditempat yang ditunjukkan.

"Segera bereskan semua ini Park Hyerim!"

Penegasan setiap kata tampak sekali pada kalimat akhir. Si pelayan perempuan hanya bisa mendesah pelan. Dan dia mulai membersihkan hal-hal yang menimbulkan kekacauan.

Pesanan si lelaki tlah tiba. Tepat sebelum dia akan duduk, dia juga memesan makanan. Tapi si lelaki hanya diam memandang makanan itu. Harusnya dia langsung melahap makanan lezat di depannya. Tapi dia hanya diam mematung. Datar tanpa ekspresi itulah gurat wajahnya kini.

Pyaaarrr..

"Apa itu? Arrgh, Park Hyerim kau! Apa kau berusaha menghancurkan tempat ini hah?"

"Maafkan aku ahjussi. Sungguh maafkan aku. Maafkan aku"

"Mulutmu itu bisanya hanya maaf maaf saja. Sadarkah berapa banyak barang yang sudah kau pecahkan?"

"Maafkan aku ahjussi. Aku mohon"

"Sudah, aku tidak tahan denganmu. Kau ku pecat. Sekarang pergilah"

"Tolong ahjussi tolong maafkan saya. Silahkan potong gaji saya untuk kerugiannya. Tapi tolong jangan pecat saya. Tolong jangan pecat saya. Pekerjaan ini sangat penting bagiku"

"Gajimu bahkan hampir habis untuk mengganti seluruh apa yang kau perbuat. Sudah pergilah. Dan ini gajimu"

Lelaki paruh baya dialah si pemilik kedai, dia menarik tangan perempuan itu untuk segera keluar dari tempatnya. Sedikit berlebihan memang saat ada kedai kecil yang memperkerjakan seseorang. Tapi kedai ini tak sepi pengunjung. Kebanyakan pesanan untuk acara tertentu. Jadilah si gadis tersebut memilih bekerja di tempat tersebut.

Lamunan si lelaki tertunda akibat pertunjukan dramatis tadi. Matanya menatap punggung si gadis yang perlahan menghilang dari pandangannya.

"[Your Story and My Story]--Be Our Story"Where stories live. Discover now