CHAPTER 14: A Slytherin Girl

1K 135 19
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

o-o

Malam itu, rapat prefek berjalan dengan lancar. Emma dan Tom berhasil memerankan ketua murid dengan baik berkat jurnal milik Emmyra yang Emma temukan di kamar. Tom tak banyak bicara selain mendengarkan omong kosong yang dilaporkan para prefek tentang pelanggaran ini itu. Menurut Emma, ketua murid laki-laki harusnya tak banyak bicara selain memberi perintah. Bahkan Grace dan Bas pun bersikap biasa saja, seperti tak mendapati sesuatu yang aneh. Emma yakin mereka berhasil.

Emma sudah memberitahu Tom sebelumnya tentang apa yang biasa 'mereka' lakukan di akhir pekan. Tom berkata bahwa ia akan menunggu Dan mengajaknya dulu, kalau Dan tak ikut ke Hogsmeade maka Tom tak akan ikut, demi menghindari kecurigaan Dan terhadapnya. Emma hanya menurut apa katanya. Tetapi ia belum membicarakan soal kecurigaannya pada Aleria karena tak banyak waktu malam itu. Selepas rapat, mereka harus langsung kembali ke asrama masing-masing.

Pukul delapan pagi, Tom sudah terbangun dari tidurnya. Ia mengenakan piyama berwarna abu-abu cerah. Beberapa meter tak jauh dari depan tempat tidurnya, ia melihat Dan yang masih mendengkur. Begitupun dengan ranjang di sebelahnya, Jason Smith masih berkerudung selimut, sementara di samping Dan, ranjang milik Louis Zabini sudah kosong—tak tahu apakah dia ada hubungannya dengan Blaise Zabini atau tidak, tapi mereka sama-sama berkulit gelap. Anak itu sudah bangun dan sedang mandi. Sambil menunggu Louis, maka Tom hanya memandang langit-langit kamarnya yang terkena pancaran dari danau hitam. Memandangi bayangan ikan-ikan yang berenang rendah dan beberapa tanaman aneh yang bergoyang kesana kemari. Pikirannya masih terbayang soal kejadian yang dia alami beberapa minggu lalu di rumah Chris. Tom akhir-akhir ini sering memimpikan hal itu. Dari awal dia bertemu dengan seorang penjual bunga aneh, mawar hitam yang ditakuti, dan tiba-tiba ia terbangun dari tidur seakan semua itu adalah mimpi. Apakah semua itu ada kaitannya?

"Kau sudah bangun?" Louis yang menggendong anduk di punggungnya mengagetkan Tom.

"Ah, iya, sudah. Aku akan mandi dulu." Katanya gugup, segera berjingkat dari tempat tidurnya.

"Tumben sekali kau tak merasa aneh." Tom berhenti sejenak sebelum ia mengambil perlengkapan mandi dari lemarinya. "Aneh kenapa?" Matanya melihat mata Louis yang cerah berseri-seri.

"Yah, tak apa-apa, sih. Biasanya kan kau protes sekali melihatku rajin begini di hari Sabtu." Laki-laki itu kemudian menaruh handuknya, melipat baju tidur yang sudah dipakainya.

"Ehm, jadi, kau sudah jadian dengan Diandra? Dua hari lalu?"

Louis berbalik, menatap Tom dari pintu lemarinya, dan sesaat kemudian, ia seakan menyadari sesuatu, "ah, kau membaca pikiranku."

"Sori, mate. Selamat, kalau begitu. Semoga kau semakin rajin lagi kedepannya." Kata Tom, tersenyum sumringah sambil mengambil handuknya, menepuk bahu laki-laki itu dan melompat girang keluar kamar. Ia baru saja membaca pikiran Louis yang bahkan tak ia kenal. Ia baru saja menemukan hal itu, bahwa firasatnya soal kemampuan legilimens yang dimiliki Tom itu benar. Dia bisa membaca pikiran seseorang, dan bukankah itu suatu hal yang baik?

Time Turner: First Love Never Die [Feltson]Where stories live. Discover now