Part ¤1 "Mangga"

112 1 0
                                    


KRAK! Suara ranting patah membuatku makin hati-hati menginjak kaki di tanah. Setelah berhasil memanjat tembok pembatas halaman belakang, sekarang aku sudah memasuki pekarangan rumah Pak Karta. Sebuah rumah besar dengan halaman luas yang tampak kurang terurus. Dengan badan membungkuk, aku mengamati keadaan rumah yang berdiri beberapa meter di depanku. Seperti biasa, nggak terdeteksi tanda-tanda ada orang di dalam sana.


Pak Karta dan istrinya adalah pensiun guru. Dua minggu lalu mereka pindah ke rumah putra sulung mereka diluar kota untuk menemani cucu mereka yang sering ditinggal bekerja oleh orangtuanya.


Setelah meregangkan badan, aku menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Kayaknya misiku, seperti biasa, akan berjalan lancar sore ini.


Misi apa sih? Begini ceritanya. Di halaman rumah Pak Karta tumbuh banyak pohon buah, misalnya mangga, rambutan, juga jambu. Sudah dua kali aku metik buah di sini. Rumah ini sedang kosong, jadi menurutku nggak ada salahnya aku ngambil buah di sini. Yang kulakukan ini bisa disebut pemanfaatan hasil bumi, kan? Kasihan, pohon-pohon ini sudah ngabisin energinya untuk berbuah, tapi buahnya cuma jatuh percuma lalu busuk. Hmm.....aku benarbenar cewek manis yang baik hati! Tapi aku nggak ingin memamerkan kebaikanku. Jadi, akan sangat baik kalau nggak ada orang yang tahu tentang usahaku ini.


Aku mendongak memandang pohon mangga yang kali ini jadi sasaran misi rahasiaku. Buahnya yang besar-besar dan mulai menguning menggodaku, menggoyahkan imanku, dan meruntuhkan keraguan dalam hatiku. Dengan keahlian memanjat yang diwariskan nenek moyang kita bangsa kera (ini menurut teori Charles Darwin lho), dalam sekejap aku sudah berada di atad pohon mangga itu. Sambil bersandar di cabang pohon yang lumayan kokoh, aku mulai memetik mangga yang bisa kujangkau lalu memasukkannya ke tas plastik yang sudah kusiapkan. Aku memanjat lebih tinggi untuk mengambil buah yang menggelantung di atas.


"Monyet dari kebuh bintang mana nih, yang lepas terus nyasar ke sini?!" teriak seseoramg di bawah membuatku kaget. Tanpa sengaja, tas plastik penuh manga yang sedang kupegang terlepas.


"Adaw!" Laki-laki yang berdiri di bawah pohon memegangi dahinya.


Ups! Tas plastik itu jatuh tepat mengenai kepalanya. Yan ampun, matilah aku! Besok bisa ada berita di koran tentang penganiayaan yang dilakukan sissi kelas II SMA karena kepergok nyolong mangga. Mungkin bakal ditulis sempat terjadi perlawanan dari si pencuri sehingga terdapat luka memar di kepala si pemilik rumah. Tidak, aku nggak mau hidupku berakhir karena tindakan pemanfaatan hasil bumi ini.


"Maaf, Mas! Saya nggak sengaja." Suaraku bergetar, detak jantungku di atas normal.


"Masuk pekarangan rumah orang tanpa izin, terus sekarang sudah nangkring di atas pohon, kamu masih bilang nggak sengaja nyolong mangga?" Laki-laki brewokan yang kelihatannya berusia sekitar tiga puluh itu menatapku garang. Kayaknya dia baru bangun tidur, kelihatan dari rambutnya yang berantakan dan matanya yang tampak merah. Tapi, mungkin saja matanya merah karena dia lagi marah. Aku makin ketakutan.


"Maksud saya, yang nggak sengaja itu buah yang jatuh kena kepala Mas." Orang ini lemot juga ya, pikirku. Eh, atau jangan-jangan dia kena gegar otak gara-gara ketiban mangga tadi. Hukuman pidanaku bisa makin berat nih.

MATEMACINTAWhere stories live. Discover now