Part ¤2 Senin Yang Hebat

54 2 0
                                    



HARI senin ini terasa dua kali lebih nyebelin daripada senin-senin biasanya. Selain karena ada tiga pelajaran berhitung di jadwal pelajaran hari ini Matematika, Fisika, dan Kimia. Dan hari ini pertama puasaku nonton TV dan keluar rumah.


"Hei, Rin!" sambut Wulan begitu aku tiba di bangkuku. Umum, pintar, tapi agak pemalu dan tertutup. Sikapnya lemah lembut dan sopan. Pokoknya cewek abis deh. Beda banget sama aku yang cuek, tomboi, dan hobi bikin ulah. Tapi, walau beda karakter, kami komapk banget lho. Kami juga kompak soal dapat "panggilan" guru. Wulan sering dipanggil buat urusan sekolah, misalnya dipanggil buat ikut lomba mewakili sekolah atau kepilih jadi siswa teladan, sementara aku sering dipanggil karena ketahuan bolos atau bikin masalah di kelas. Makanya, para guru nggak asing dengan kami berdua.


Seperti biasa, Wulan datang lebih awal daripada aku. Dia tampak rapi kali pagi ini. Rambut lurus sebahunya diikat ekor kuda, kacamata minus bertengger di hidungnya, dan seragamnya yang tersetrika rapi kelihatan kinclong. Beda banget dengan penampilanku. Rambutku pendek dengan potongan ala jepang yang "nggak jelas", seragamku kadang-kadang kusut karena nggak sempat disetrika, dan aku juga sering kelihatan berantakan karena biasanya berangkat buru-buru kalau bangun kesiangan.


"Kenapa muka lo kusut gitu, Rin?" Wulan memerhatikanku.


"Lo nggak tahu, ya? Ini kan hari pertama dia dapat hukuman bersihin kelas lantaran bulan lalu berhasil mencahin rekor jadi murid yang paling sering telat," jelas Putri yang duduk di bangku sebelah, mengingatkanku pada hukuman itu. Badanku terasa lemas. Sekarang, hari Senin ini jadi tiga kali lebih buruk dibandingkan Senin-Senin sebelumnya.


Putri juga sahabatku. Dia tipe cewek yang berbeda dari aku atau Wulan. Putri itu cewek modis yang fashionable abis. Dia peka banget sama yang namanya tren. Nggak heran kalau dia punya cita-cita jadi desainer. Tapi menurutku, dia lebih cocok jadi model. Tubuhnya jangkung, dengan rambut panjang bergelombang yang sering digerai. Bentuk wajahnya oval dan cantik banget. Banyak cowok yng naksir Putri, tapi sampai sekarang dia belum punya pacar. Mungkin lantaran dia terlanjur kecantol sama seorang cowok. Namanya Steve, dia vokalis Alkali, band SMA yang cukup beken di kota ini.


Banyak cewek yang bilang Steve itu keren, cakep, dan sebagainya. Tapi menurutku, dia cuma cowok kurus cerewet yang kadang nyebelin banget. Steve itu sahabatku. Ngerti, kan?


"Lo udah bikin PR matematika, Rin?" tanya Wulan. Dia adalah beken pengingat PR-ku. Pernah suatu kali dia nelepon aku jam satu malam buat ngingetin soal PR Kimia karena siangnya dia lupa nelepon. Akhirnya, aku begadang ngerjain PR itu. Aku nggak tahu harus bersyukur atau nyesel karena sudah diingatkan.


"Bu Karuni kan mulai hari ini cuti melahirkan. Jadi ngapain kita ngerjain PR statistika ribet itu? Jawabku malas. "Tapi guru pengganti Bu Karuni datang pagi ini," lapor Wulan. "Alah, guru baru. Hari pertama paling sibuk memperkenalkan diri dan nyeritain keluarganya, ngebanggain anak-anaknya, "ujarku meremehkan.


"Semoga aja begitu. Mudah-mudahan dia nggak kayak Bu Karuni yang hobi memangsa murid yang nggak ngerjain PR," lanjut Putri.


Bel berdering. Kami beranjak menuju lapangan untuk upacara bendera. Sinar matahati pagi yang menyengat seolah nggak bertoleransi dengan keadaanku sekarang.

MATEMACINTAWhere stories live. Discover now