Part ¤4 KOMIK INU-YASHA

40 0 0
                                    


SEKARANG hari Sabtu, hari terakhir hukumanku membersihkan kelas juga hari terakhirku puasa nonton TV dan jadi anak pingitan. Masa depan yang cerah menungguku setelah hari ini. Sebagai kebahagiaan awal, pagi ini aku dapat paket dari Oom Hilman, teman papanya Edwin yang kerja di perusahaan penerbitan. Isinya komik-komik baru, salah satunya adalah komik Inu-Yasha edisi terbaru yang sebenarnya baru akan beredar di toko buku minggu depan. Aku senang banget mendapatkannya. Inu-Yasha komik favoritku. Aku nggak pernah absen ngikutin setiap edisinya.


Pelajaran matematika hari ini sudah berjalan sekitar setengah jam. Pak Rio sedang menjelaskan soal mean dan modus dalam statistika, sementara aku ngantuk berat dan hampir mati kebosanan. Di sebelahku, Wulan menyimak pelajaran dengan antusias seolah itu film terbaru Keanu Reeves.


Diam-diam, aku mengeluarkan komik Inu-Yasha dari tasku. Aku harus diselamatkan dari serangan kantuk ini sebelum tertidut di kelas lalu dapat masalah. Situasi aman terkendali. Semua anak lagi serius mendengarkan Pak Rio, nggak ada yang akan memerhatikan apa yang kulakukan. Lagi pula, deret pinggir bangkuku nomor tiga dari belakang dan letaknya di pinggir, dekat jendela.


Setelah membaca lima halaman pertama, aku langsung terseret ke dalam petualangan InuYasha dan kawan-kawan untuk menumpas siluman. Kantukku terbang entah kemana. Aku nggak sabar dengan sekelilingku. Aku merasa berada di dunia para siluman, bukan di ruang kelas yang super membosankan.


Brak!

Seseorang memukul mejaku, membuatku terlonjak dan menjatuhkan komik yang sudah kubaca setengahnya. Kuangkat kepalaku, dan kulihat sosok siluman berwujud guru matematika yang sedang menatapku dengan wajah marah. Ooh, gawwwaaaatttt!


"Kamu nggak tahu sekarang sedang jam pelajaran?" Mata Pak Rio memandangku marah. "Ngapain kamu tadi?"


"Saya baca komik Inu-Yasha edisi terbaru yang sebenarnya baru akan beredar di toko buku satu minggu lagi, Pak," jelasku, dengan nada bangga yang nggak disengaja. Tawa teman-teman yang tadi tertahan meledak tanpa menghiraukan Pak Rio yang lagi marah. Sial! Kenapa sih aku nggak bisa nahan diri? Mampus deh!


"Memangnya di sana ada bagian cerita yang perlu dihitung mean dan modusnya? Misalnya berapa kali Inu-Yasha kalah oleh Naraku atau berapa kali Miroku mengelus bokong Sango?" Pak Rio menyebut nama-nama tokoh dalam komik itu.


Seisi kelas langsung terdiam. Aku melongo heran. Hah? Guru rese ini tahu cerita Inu-Yasha? Ha ha ha, ini baru berita!


Pak Rio tampak salah tingkah dan menyesali ucapannya. Dalam hati, aku tertawa melihat ekspresi mukanya. "Sudahlah, yang jelas, kamu dihukum karena tidak memerhatikan pelajaran dan membawa komik ke sekolah." Pak Rio kembali serius. "Sebenarnya saya bosan berurusan dengan kamu. Tiga kali pertemuan dalam seminggu dan sekarang kamu melakukan kesalahan yang ketiga kalinya. Kamu punya hobi bikin masalah saat jam matematika, ya? Atau cuma waktu saya yang ngajar?"


"Ti-tidak, Pak!" jawabku gugup. Aku takut kejadian kali ini membuat orangtuaku menerima undangan ke sekolah dan mendapat laporan tentang ulahku. Mama bisa memasungku di kamar.

 

"Saya hampir kehabisan ide gimana menghukum kamu." Pak Rio mengembuskan napas kesal. "Sekarang serahkan komik itu lalu berdiri di pojok depan kelas. Hari Senin serahkan catatan tentang semua materi yang saya jelaskan hari ini, lengkap dengan hitungan dan gambargambarnya. Dan satu lagi, kerjakan juga semua soal latihannya!"

MATEMACINTAWhere stories live. Discover now