2. Kara

3.7K 494 78
                                    

Kali ini aku tidak terlalu percaya pada suara di kepalaku. Aku mengabaikannya ketika ia mengatakan kalau gadis yang baru saja keluar itu adalah 'the one', karena, aku tidak merasakan apapun dengan kehadirannya. Tidak membuatku tegang ataupun tenang. Tidak keduanya.

Melanjutkan makananku, aku berusaha tak peduli meskipun suara dalam kepalaku meminta untuk mengejarnya.

Selesai makan aku langsung keluar, kembali ke kampus karena masih ada satu mata kuliah lagi sore nanti. Sambil berjalan, kulirik pria yang ditinggal gadis tadi, ia terlihat kesal, tapi ia juga tenang.

Cowok brengsek! Maki suara dalam kepalaku.

Stop! Stop it! Dont judge someone! Oke??! Remember what daddy sayin' aku mengingatkannya. Sudah cukup aku asal menilai seseorang yang berujung petaka kepada orang itu. Aku masuk kuliah psikologi kan untuk mengontrol ini semua.

Menatap lurus ke depan, aku berjalan ke motorku, lagi-lagi mengabaikannya yang memintaku menghajar cowok tadi. Gila aja!

***

"Lo liat gak tadi, Ian?" Tanya Kartika.

"Liat apa?" Aku balik bertanya.

"Itu anak fakultas Tenkik sama Hukum berantem."

"Udah lah, gak usah ngurusin orang berantem."

"Ihhh seru tau, katanya gara-gara cewek!"

"Buseehh!"

"Pengen deh gue direbutin kaya gitu, eksis deh langsung!"

"Hahaha apaan banget sih lo, tandanya sih itu cowok-cowok belum mateng, belom ngerti kalo ngomong baik-baik tanpa bikin keributan bisa bikin masalah kelar." Kataku.

"Tapikan seru, bikin cowok berantem."

"Ngerasa cantik lo langsung? Kaya Hellen of Troya?"

"Nah itu paham!" Sahut Kartika, kami berdua sudah sampai di perpustakaan.

"Tapi ya, katanya cewek ini pacarnya anak Teknik, yang cowo anak Hukum godain." Ucap Kartika dengan suara berupa bisikan, tidak ingin membuat keributan di perpus.

"Shhh udah ah, kita kerjain tugas dulu."

Kartika diam. Setelah mendapatkan buku yang dicari, kami berdua mencari tempat yang kosong untuk membedah buku ini.

"Maksimal 3 halaman, Ian. Udah kebanyakan, 2 halaman juga cukup." Kartika mengingatkan.

"Tapi ini penting semua tau. Kalo dipotong malah jadi kaya sinopsis."

"Emm iya sih, cuma ya jangan pas 3 halaman lah, mending 2 deh aman."

"Yaudah, lo yang pangkas aja, soalnya menurut gue ini udah padet banget." Aku mengulurkan laptopku padanya.

Ketika Kartika sedang asik mengedit, terdengar suara ribut dari luar. Beberapa mahasiswa dan bahkan penjaga perpus mendekat ke arah jendela,

"Itu pasti ribut tadi berlanjut tuh!" Kartika yang tidak ikut bergumul di dekat jendela menyimpulkan dengan yakin.

"Ceweknya anak fakultas mana sih?" Tanyaku penasaran.

"Anak Biologi. Lo bayangin deh FMIPA kan anak ceweknya biasa-biasa aja yak? Kalo yang direbutin cewek FH atau FE nah baru tuh gue yakin pasti cantik, modis gitu-gitulah,"

"Maen asal judge aja lu!"

"Hahaha biarin, belum resmi jadi psikolog ini kan gue."

"Udah?" Aku bertanya soal tugas kami.

Dunia Abu-abuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora