Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hampir memasuki waktu dua minggu dan wanita di seberang jalan masih senantiasa berdiri di sana. Aku bahkan sampai hafal berapa lama waktu yang dia habiskan untuk berdiri ditimpa matahari, kurang lebih 30 menit.
Namun, hari ini aku menyadari dia berdiri sedikit lebih lama dari biasanya. Aku memutar kursiku menghadap langsung ke jendela, mengamati dengan saksama wanita di seberang jalan yang mulai bergerak meninggalkan posisinya selama dua minggu ini.
Sekarang dia berdiri dekat zebracross, terlihat ingin menyeberang jalan namun kesusahan karena lalu-lalang kendaraan yang cukup padat.
"Apa gue perlu ke bawah dan bantuin dia, ya?"
"Lah, emang enggak ada polisi di sana?" Lalu aku menyadari kalau jam makan siang baru terlewat tadi, jadi mustahil jika ada polisi yang berjaga di zebracross siang hari begini.
"Ya udahlah." Pada akhirnya, rangkaku bergerak sinergis mengalahkan perdebatan kecil yang terjadi di kepalaku.
Kenapa aku terlihat sangat baik juga bodoh di waktu yang sama dengan turun dari lantai tiga untuk membantu wanita-tidak-dikenal di seberang jalan? Entahlah, aku makin tidak mengerti dengan diriku sendiri yang bersyukur melihat sosoknya masih di sana ketika keluar area kantor.
Di seberang jalan, wanita itu terlihat mencolok dengan terusan kuning cerah yang dipakainya. Dari dekat, aku tidak menyangka ia tampak lebih menawan dari yang kukira. Aku bisa mencium wangi parfumnya yang menguar bebas di udara, wangi khas bunga yang menyegarkan.
