First Date ( Vol. 1 )

275 19 0
                                    


....


Devan memasuki kamarnya, lebih tepat kamar apartemennya. Devan tidak tinggal bersama Ayah dan Ibunya, karena keinginan Devan yang ingin hidup mandiri, dirinya tak ingin merepotkan lagi kedua orang tuanya itu, dirinya malah ingin terus membanggakan kedua orang tuanya.

Devan duduk di pinggiran ranjangnya, sesekali lengkungan bibirnya tertarik keatas. Dirinya mengingat bagaimana reaksi Putri saat diajak kencan oleh dirinya. Ekspresi tegang terlihat dari raut wajah Putri pada saat itu, semakin tengang semakin membuat wajah Putri cantik dimata Devan.

Devan menatap jahitan yang tertutup oleh perban pada tangannya, lagi-lagi senyuman yang tergambar diwajah Devan saat ini mengingat saat Putri menjahit lukanya dengan sangat serius dan lagi-lagi menambah ketertarikannya.

cklek

Suara knop pintu bergerak, terbuka pintu kamar mandi didalam kamar Devan dan menampilkan Gio yang keluar dari kamar mandi tersebut.

Gio melihat Devan yang sudah duduk ditepi ranjang dengan melihat-lihat tangan Devan yang dipakaikan perban pada luka jahitnya.

Sepertinya Devan tidak menyadari akan kehadiran Gio. Gio sudah cukup lama di apartermen Devan dan Gio tahu betul password  apartemen Devan. Jadi tak masalah jika Gio berada di apartemen Devan.

" Biasa aja kali ngeliatnya, tahu kok yang lagi kasmaran "seru Gio yang duduk disebelah Devan.

Devan terlonjak kaget saat melihat Gio sudah berada dikamarnya, sejak kapan Gio berada dikamarnya ? batin Devan.

" Sejak kapan lo ada di kamar gue ?" tanya Devan dengan wajah datar

" Sejak lo ngejar-ngejar dokter cantik itu dilorong rumah sakit, dan gue memutuskan buat pulang karena gue gak mau ganggu. Baikkan gue ?"

Devan kembali beralih dengan melihat-lihat lukanya " B aja " dengan nada yang dingin

" Anjir Lo !. By The way , biaya administrasi luka lo gue yang talangin dulu, Lo ganti ya!"

" Ya, nanti gue transfer lewat rekening "

" Oh ya, Lo minta nomor ponselnya dokter cantik itu ?"

Devan terdiam, tatapannya kembali menatap kepada Gio. Devan baru ingat jika dirinya lupa meminta nomor ponsel Putri.

" Jangan bilang lo gak minta ?" lanjut Gio

Devan menggelengkan kepalaya pelan dengan wajah polos.

" Sejak kapan lo bego Devan ! Kok Lo gak minta nomornya ?" Pekik Gio

" Kok lo kasar sih ? Ngatain gue bego ?!" jawab Devan dengan nada tak terima dikatakan seperti itu oleh Gio.

Gio mengangkat satu alisnya " Sejak kapan lo ambekan ?"

Devan hanya mengangkat kedua bahunya, mengacuhkan pertanyaan Gio.

Gio beranjak dari tempat duduknya hendak segera pulang, karena dirinya tak ingin terlarut malam untuk pulang, apalagi jika sang ibu sudah mengkhawatirkannya jika pulang larut malam.

Gio masih menetap di rumah bersama kedua orang tua nya tidak seperti Devan yang telah memilik apartemen. Gio pun ingin mempunyai apartement jika sewaktu-waktu ia libur tugas, namun kedua orang tuanya tak menyetujui jika dia tinggal sendiri.

" Gue balik yah!" ujar Gio

Devan mengalihkan tatapannya kepada Gio sesaat setelah itu kembali melihat lagi lukanya yang dijahit oleh Putri dan menganggukkan kepalanya.

The Perfect MateWhere stories live. Discover now