First Date ( Vol.2 )

370 25 0
                                    

Putri berdiam diri , terduduk ditepi ranjangnya, terlihat wajahnya terlihat sedang kebingungan.

Pasalnya bagaimana bisa dirinya meng-iya- kan Gita meminjam flat shoes yang akan dirinya pakai untuk kencan pertamanya dengan Devan. Bukan kencan,tetapi hanya bertemu biasa tidak lebih dari itu semua.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 sedangkan dirinya belum siap apa-apa dan bahkan belum sama sekali mandi.

Dirinya terpaku pada wedges dan sepatu sport yang terletak rapih di rak sepatu.

Jujur, dirinya bukanlah tipikal wanita feminim seperti wanita-wanita biasanya. Memakai wedges jika hanya ada acara- acara khusus dan resmi. Selebihnya ia lebih senang memakai flat shoes.

Namun tidak mungkin pula dirinya memakai sepatu sport untuk bertemu dengan Devan. Ini bukan lah lari disiang hari.

Putri berdiri dari duduknya dan dress tanpa lengan berwarna putih dan juga jaket berwarna peach.

Dress tersebut sengaja di letakkan tepat diatas ranjang, dirinya langsung berlari menuju kamar mandi. Jika terus-terusan memikirkan dirnya akan memakai sepatu apa tidak akan ada akhirnya.

°°°°

Angga sedari tadi mengamati ponselnya,hari ini jadwal dirinya libur bersamaan dengan Putri.

Dirinya berniat untuk mengajak Putri keluar, namun sudah beberapa kali dirinya menulis pesan namun di hapus kembali.

Dirinya bingung sendiri akan kalimat ajakan kepada Putri, pasalnya Putri jarang mau jika diajak keluar.

Saking sibuk dengan pekerjaan , sekali nya mendapatkan hari libur akan mereka manfaatkan untuk merebahkan tubuhnya.

Pada akhirnya, Angga melenparkan ponselnya sembarang di atas ranjangnya dan merebahkan tubuhnya terlentang dikasur empuk miliknya.

Dia menyerah, biarkanlah jika ada yang mengatainya tidak gentle , toh pada akhirnya walaupun dirinya jadi mengajak Putri untuk jalan, dia tahu apa yang akan di jawab Putri.

" Sorry Angga, Aku lagi kepengen diem di rumah. Praktek kemaren cukup melelahkan. "

Bahkan sampai-sampai Angga pun hafal akan pelafalan dari jawaban Putri, saking seringnya mengirim seperti itu.

Seorang lelaki paruh baya memasuki kamar Angga tanpa mengucapkan apa-apa.

Angga yang melihat sang Ayah pun beranjak duduk mengubah posisinya yang baru saja berbaring.

" ada apa Pah ?" Tanya Angga yang melihat Papahnya duduk dipinggirnya.

" Kamu sudah cari tahu tentang Kakak kamu ?" suara berat terdengar dari mulut Papah Angga.

Arman, Papah Angga seorang dokter pula, namun 2 tahun yang lalu beliau pensiun saat Angga baru saja menjadi dokter di Rumah Sakit Merdeka.

Angga menggelengkan kepalanya

" Angga belum sempat Pah, Papah kan tahu sendiri. Untuk Angga diam di rumah aja seminggu sekali, jadi Angga belum bisa cari keberadaan dia. "

Arman mengangguk " Papah paham, hanya saja Papah ingin segera bertemu dengan Kakak mu itu. Dia bahkan hampir mirip dengan mu saat kalian masih kecil "

Arman memutuskan untuk berpisah dengan Ibu nya Angga, karena perbedaan persepsi dan Ibunya Angga yang tidak tahan dengan sikap Arman yang selalu ingin menang sendiri.

Ibu nya Angga memutuskan untuk membawa Kakak nya Angga dan Arman yang membawa Angga.

" ngomong-ngomong, hubungan mu dengan Putri bagaimana ?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 27, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Perfect MateWhere stories live. Discover now