tiga |LAMP|

63 14 13
                                    

Terkadang hanya dengan mendengarkan suaramu saja, dinding pertahanan ini mampu runtuh karenanya.

Naya POV

Baru selangkah menampakkan kaki, perlahan namun pasti aku mundur beberapa langkah karena grogi dengan tawaran tantangan Lia.

"Aduh gimana nih? Kok gua terima aja tuh tantangan. Bisa ribet nih jadinya. Mending gua ke toilet aja lah biar aman." Batin Naya.

"Eh.. Eh..Aduh... Perut gua napa yak? Rintihku sambil mengelus perut. Berharap aktingku bagus untuk menolak tawaran secara halus

"Aelah.. Nay.. Bilang aja lu takut ngenalin gua ke bangke.. Ngaku gak lu?" Sebal Lia

"Dih.. Siapa yang takut.. Sakit beneran nih perut gua.. Su'udzon mulu lu sama gua." Keluhku sok melas dengan harap harap cemas.

"Kapan kapan aja yah ngenalin nya." Sambungku meyakinkan.

"Yeuu.." Lia kesal

"Udah ah gua pamit dulu ke toilet.. Ntar gua ke sini lagi. Bye." Pamitku dengan suara halus

Langsung dah aku ngacir ke toilet siswi. "Yaiyalah.. Masa ke toilet siswa". Sewot author. Langsungku usap gemas tangan author. " Apa sih thor, ngoreksi mulu aja. Kek gaada kerjaan bae."

Dengan tali sepatu yang belum terikat sempurna, aku pun berlari kecil menuju toilet yang letaknya tak jauh dari lapangan basket indoor.

Tak sengaja ku tengokkan kepalaku. Ada beberapa anak yang sedang berebut bola. Terlihat sosok jangkung yang tak asing lagi bagiku.

Dan parahnya lagi, kakiku melangkah dengan pandangan tetap terarah pada sosok itu. Tanpa sadar garis lengkungan tergambar samar di wajahku.

Brukk

Tiba tiba tubuhku oleng dan ambruk. Pandanganku menggelap. Namun beberapa detik kemudian terasa ada yang mengangkat setengah tubuhku dan menepuk-nepuk pipiku.

Samar samar terdengar riuh di netraku. Sebuah suara yang tak asing bagiku sedang memanggilku.

"Nay.."

**

Lia POV

"O iya namaku --" Ucapanku terjeda.

"Ya'.. "

Reflek ku menoleh ke sumber suara khas yang memanggil namaku. Ternyata Naya dengan raut wajah senang agak dibuat buat.

"Naya?" Gumamku.

" Lama bener lu di kamar mandi nya. Semedi ya lu." Tebakku.

" Enak aja. Ini nih gua dari tadi tuh mampir ke lapangan." Jelas Naya dengan nada ceria dibuat buat. Mungkin dia sedang menyembunyikan sesuatu.

"Lah? Emang jam segini ada paan? " Tanyaku lagi. Berharap Naya akan bercerita sejelas jelasnya.

"Itu loh!" Desis tak jelas Naya sambil senyum penuh makna

"Apaan sih Nay? Yang jelas kalo ngomong " Celetukku yang tanpa sadar dengan oktaf agak tinggi.

"Hehe.. Iya iyaa.. Itu loh tadi kelasnya Diven lagi tanding basket sama kelasnya Wafi. Saking serunya gua sampe lupa jalan balik ke sini.. Hehe.." Senyum Naya pun kembali terbit.

" Yang bener kalo cerita." Remehku, lagi pula aku juga tidak mengenal siapa mereka. Kecuali Diven, dia adalah seorang yang amat sangat di kenal Naya waktu ia curhat empat mata denganku.

"Suer deh.. Tadi gua sempet pingsan 5menit. Gegara kena timpuk bila basketnya." Jelasnya dengan nada meyakinkan.

"Ekhem."

Ku menoleh, ternyata kak Alfa masih belum beranjak dari tempat semula. Dan akhirnya, aku angkat bicara. Belum sempat ku bersuara,ucapanku yang akan kusampaikan terurungkan, karena bunyi yang amat nyaring menusuk setiap gendang telinga.

KRINGGGGG... KRINGGGGG..
Bel istirahat ke dua di mulai..

" Balik ke kelas yuk.. "Ajak Naya.

Tiba tiba ada yang menyambar tanganku. Dan menarik membawaku keluar dari tempat kutu buku.

***

- To be continued -

Hai Hai semua.. Teruntuk readers kuhh Maaf ya jika update ceritanya tidak terjadwal dengan jelas. Hanya memberitahukan bukan memberitempekan yaa.. Kalo update LAMP setiap hari sabtu Yups..

Fyi.

Dikarenakan author lagi sibuk. Gatau sibuk apaan.. Mungkin Sibuk ama pikiran sendiri - Lia

Mon maap sebesar-besarnya

Jangan lupa vote dan komennya yak..
TBC

Salam hangat
Author manis

Look at me,Please!! (ᴘᴇɴᴅɪɴɢ)Where stories live. Discover now