[One]

250K 8K 474
                                    

"Entar malem, lo nonton turnamen gue, kan?"

Sambil sibuk mencatat materi di papan tulis, Aldan mengangguk. "Jam berapa?"

"Setengah 6," jawab Kara. "Datang, ya!"

Pergerakan Aldan yang sedang menulis tiba-tiba terhenti. Cowok itu mendongak lalu menoleh pada Kara. "Gue nggak janji," katanya pelan.

Kara melotot sambil menggebrak meja. "Lo udah janji bakalan dateng!" ucapnya keras, dengan sukses mencuri perhatian seisi kelas ke arahnya, termasuk Bu Lela.

"Datang kemana?" tanya Bu Lela tiba-tiba, menatap tajam ke arah meja Kara dan Aldan. Melihat Kara cuma menundukan kepalanya pura-pura mencatat, Aldan menggantikan cewek itu untuk menjawab.

"Turnamen basket nanti malam, Bu," ucap Aldan santai.

"Catat dulu materi, jangan banyak ngobrol!" bentak Bu Lela di keheningan. Anak-anak langsung mengalihkan pandangannya dari meja Kara dan Aldan lalu kembali mencatat, takut singa yang belum jinak itu mengamuk.

Setelah nyengir kuda dan minta maaf pada Bu Lela, Aldan langsung menyikut lengan Kara sampai-sampai tulisan cewek itu tercoret.

"Elo sih! Makanya jangan berisik!" tegur Aldan.

"Anjir, tulisan gue kecoret!" seru Kara sambil balas mencoret buku Aldan. "Nih, rasain!"

Melihat bukunya dicoret oleh Kara, Aldan melotot tak terima. Sementara itu, cewek yang duduk disebelahnya cuma terkikik geli, bersikap tak acuh.

Dari dulu, Aldan emang gak pernah bisa tenang kalau sebangku dengan Kara. Masalahnya, cewek itu selalu aja cari-cari masalah. Dari hal kecil seperti menggacul peralatan menulisnya, sampai hal besar seperti ketauan mencontek oleh pengawas. Alhasil, nggak jarang juga Aldan dan Kara keluar masuk ruang BK.

"Kara! Tadi itu gue nggak sengaja!"

"Apa? Mau gue tambahin coretannya?" Kara kembali mencoret catatan Aldan dengan pulpennya sambil menahan tawa.

"KARA!" Aldan berseru keras sambil mengambil paksa pulpen yang ada di tangan Kara. "Lo belum tau rasanya masuk jamban, bukan?!"

Suasana kelas mendadak sunyi setelah Aldan berteriak. Hampir kepala semua anak berputar ke arah cowok itu, menatapnya dengan tatapan penuh kasian.

"Mampus. Singanya ngamuk, Dan," bisik Kara pelan tanpa menghiraukan perkataan Aldan barusan. Cewek itu menatap lurus ke depan, ke tempat Bu Lela sedang duduk di kursinya. Aldan mengikuti arah pandang Kara dengan takut-takut. Selamatkan hambamu ini ya Tuhan, batin Aldan.

Bu Lela mengatur napasnya yang memburu lalu memejamkan matanya sedetik. Semua anak, termasuk Aldan dan Kara, menahan napas masing-masing dengan tegang.

"Sekali lagi saya dengar suara, kalian berdua akan saya hukum!" ancam Bu Lela ganas. Matanya melotot dan hidungnya kembang-kempis, tanda gunung berapi akan segera meletus.

Semua murid bungkam, kecuali Aldan. Cowok itu masih menyempatkan diri untuk sekedar mengangguk dan mengiyakan ucapan Bu Lela.

"Udah ah, Kar. Gue males diomelin mulu," bisik Aldan, tangannya bergerak-gerak mencari sesuatu di atas meja. "Eh, tip-ex mana?" tanyanya kemudian.

Kara mengangkat bahunya cuek. "Gak tau. Coba pinjem Anita aja."

Aldan bangkit dari duduknya lalu mencondongkan badan ke depan, berniat memanggil Anita yang duduk tepat di depannya.

"Nit, pinjem tip-ex, dong!" kata Aldan pelan, nyaris berbisik. Anita mengambil tip-exnya lalu menyodorkannya pada Aldan tanpa banyak bicara.

Shades of BlueWhere stories live. Discover now