[Four]

62.4K 5K 394
                                    

Redy melangkah gontai menuju pintu rumahnya. Sesekali cowok itu menguap, pertanda bahwa kantuk mulai menyerangnya. Ia melirik arloji di tangannya sekilas. Pukul 9:17. Ternyata, cowok itu sudah menghabiskan waktu enam jam hanya untuk nongkrong dengan teman-temannya.

Redy melepas sepatunya asal-asalan lalu mengetuk pintu. Beberapa detik kemudian, Bibi datang dan membukakan pintu untuk Redy. Wanita baya itu dengan sigap merapikan sepatu Redy yang dilepas oleh pemiliknya dengan asal-asalan.

"Masih ada makanan nggak, Bi?" tanya Redy seraya menghempaskan diri di sofa lalu melepas kaus kakinya dan melemparnya ke sembarang tempat.

"Udah abis, Den. Semuanya dimakan sama temennya Den Aldan," jawab Bibi setelah menutup pintu dan menguncinya dua kali.

Redy memberengut bingung. "Temen Aldan? Dia udah datang kesini?"

Bibi cuma balas mengangguk singkat lalu memungut kaus kaki kotor milik Redy tadi. Setelah itu, ia bergegas pergi menuju tempat pencucian baju, meninggalkan Redy yang masih berkelut dengan pikirannya.

Temen Aldan beneran udah kesini? Batin Redy. Penasaran, cowok itu pun menanggalkan backpacknya di sofa dan bangkit dari duduknya. Dengan mengendap-ngendap, Redy menghampiri sebuah pintu di sisi kiri ruangan, tepatnya sebuah pintu yang ada di sebelah kanan kamarnya.

Setelah memastikan kalau Bibi masih ada di tempat pencucian baju, Redy menempelkan telinganya ke daun pintu. Cowok itu berniat untuk menguping sesuatu di sana, apapun itu, yang membuktikan kalau teman Aldan memang sudah ada disini, sedang melakukan aktivitasnya.

Sudah hampir 20 detik Redy menguping, namun nyatanya belum terdengar sesuatu dari dalam sana. Redy menarik kembali telinganya dan menegakkan tubuh. Kalau memang teman Aldan udah ada disini, tapi kenapa kamarnya malah sunyi senyap? Apa teman Aldan itu lagi ada di luar rumah? Membeli sesuatu di warung, misalnya?

Tanpa memikirkan lebih lanjut jawaban atas semua pertanyaan yang ada di kepalanya, Redy melangkah menuju dapur, hendak mengecek camilan yang masih tersisa di kulkas. Tapi, sesuatu yang tergeletak di lantai ruang TV langsung menghentikkan langkahnya.

Seorang cewek, dengan tinggi kira-kira 160 cm, sedang telungkup di lantai dengan buku-buku berserakkan di depannya. Cewek itu memakai piyama bergambar Dora the Explorer, membuat Redy melepas ringisan ngeri bercampur geli. Wajahnya tertutupi oleh rambut, sehingga Redy sulit menebak apa yang sebenarnya dilakukan cewek berpiyama Dora itu. Tapi, kalau dilihat dari napasnya yang teratur, Redy menduga kalau cewek itu tengah tertidur.

Redy berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Berasa rumah sendiri aja," gumamnya seraya berjalan melewati cewek itu menuju dapur. Ia membuka kulkas lalu matanya menyapu ke sekeliling. Kerutan samar tampak pada dahi Redy begitu ia menemukan tak ada satupun camilan dan makanan ringan yang tersisa dalam kulkas. Kok makanan gue raib?! Pekiknya dalam hati.

Cowok itu berbalik, hendak menanyakan perihal raibnya semua camilan kepada Si Bibi yang ada di tempat pencucian baju. Namun, matanya langsung terkunci pada bungkusan-bungkusan makanan ringan yang ada di dekat cewek berpiyama Dora tadi. Selain itu, masih ada juga tiga buah kaleng soda milik Redy yang tergeletak di sembarang tempat.

Melihat itu semua, mulut Redy refleks menganga lebar. Cowok itu memungut salah satu kaleng soda lalu melihat isinya. Kosong. Tanpa sadar, Redy meremas kaleng tersebut lalu menjatuhkannya, membuat cewek berpiyama Dora itu lansung terjaga karena mendengar suara dentuman yang cukup keras.

"Apa?! Kenapa?! Ada maling?!" racau Kara sambil celingukan dengan mata setengah terpejam.

"Kulkas gue kemalingan!" balas Redy sinis. Cowok itu menatap jutek ke arah Kara yang tengah mengucek matanya.

Shades of BlueWhere stories live. Discover now