Sebuah Surat untuk Kawan Senasib

60 3 0
                                    


Kita sebut saja hari itu sebagai "Selasa Hitam."

Sebagian menangis sebagian tertawa.

Ada yang berteriak, "Tuhan di pihak kita!" sementara itu yang lain berujar,"Tuhan tidak tidur!"

Jeruji besi mampu memenjarakan raga tapi tidak dengan ide.

Aku sama denganmu, kawan. Tapi engkau lebih "gila" sedangkan aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat segala perilakumu.

Aku tidak mau percaya apa yang orang-orang ini sampaikan di internet ataupun televisi.

Media sekarang hanya menjadi ladang propaganda segelintir orang.

Aku sama denganmu, kawan. Berusaha menjelaskan maksud dari apa yang kita sampaikan tapi tak seorangpun bisa mengerti.

Orang-orang ini dijanjikan surga oleh oknum yang katanya punya kavling besar di Surga sana. Mungkin mereka adalah semacam "tuan tanah" yang mampu memberikan jaminan masuk Surga kepada mereka yang penuh keraguan ini.

Mereka berteriak yakin di mulut tapi dalam hati mereka dihantui keraguan.

Dan sekali lagi segelintir  tuan tanah Surga ini berusaha meyakinkan mereka supaya ikut dengan jalan yang sama.

Yah, siapa sih dari kita yang tidak pernah tertipu dengan para tenaga penjual?

Aku sama denganmu, kawan.


Jakarta, 12 Mei 2017

Pada Suatu Hari Ketika Semua Nampak Baik-baik SajaWhere stories live. Discover now