kalamat

16 1 0
                                    

"Ma.... Rega udah gede, bahkan hitungannya mungkin sudah tua. Rega tak ingin menjadi beban mama seterusnya. Rega bisa melindungi diri Rega sendiri. Dan Rega berhak memutuskan sendiri. Dan Rega memilih...."

Semua orang diruangan itu terdiam, menunggu apa yang diputuskan olehnya.

"Rega memilih menerima takdir Rega" ucapnya tanpa Ragu.

"PUJA AMMA" seketika seluruh diruangan itu kecuali Yena, berucap syukur mendengar keputusan Rega.

"Oh sayang...." Apakah ini bentuk kekecewaan dari ibunya karena pilihan mereka tidak sejalan?

"bagus Rega, pilihan yang tepat" betapa bangganya Kufar mendengar keputusan itu. "baiklah saudariku, urusan kita sudah selesai. Kami pergi dulu"

Kufar dan Dane kembali berubah menjadi sosok seperti sebelumnya, tanduk dikeningnya muncul kembali.

"tiga hari lagi akan bulan purnama penuh, aku kira itu waktu yang tepat untuk kita melakukan Kalamat. Kalian tenang saja, aku dan Dane akan menyiapkan segalanya"

Kemudian kedua sayapnya terkepak, lalu entah sihir transformasi apa yang ia gunakan, keduanya berubah menjadi seekor burung hantu beterbangan meninggalkan kediaman mereka.

Rega terdiam, ia menyimpulkan kedua tangannya didepan wajah. Ibu dan tantenya mendekat kearahnya, lalu mengelus lembut punggungnya.

"kamu yakin sayang dengan keputusan ini?" Tanya ibunya.

Ia menatap ibunya, menatap lekat mata itu yang sepertinya dipenuhi kecemasan. Ia kemudian menyunggingkan senyuman, seolah meyakinkan ibunya. " iya mah, Rega tidak ingin membuat mama dalam masalah"

Yena memeluk anaknya sambil meneteskan air mata. "maafkan mama sayang" sekali lagi ia meminta maaf.

"Sudahlah Yena, tidak ada yang perlu ditakutkan lagi" Runa mencoba menghibur kakaknya.

Akhirnya percakapan panjang itu berbuah dengan Rega yang memutuskan menjadi parakang, menerima takdir yang telah tergaris dalam kitab kehidupannya. Ibunya kemudian berdiri didepannya sambil tangannya diletakkan tepat 5 centi diatas kepalanya. Rega bingung, apa gerangan yang dilakukan ibunya.

Mulut ibunya komat kamit melafalkan mantra sihir, ada semacam aura biru keluar dari tubuh Rega. Yena baru saja mengangkat sihir penghalang dari tubuh Rega.

Rega kembali kekamar, ia menghempaskan dirinya dipembaringan. Matanya kosong menatap langit-langit kamar. Pikirannya berkecamuk memikirkan apakah keputusan yang ia ambil tadi adalah keputusan yang benar. Ia sadar, bahwa dalam dirinya tak pernah mau menerima takdir itu. bagaimana bisa ia membiarkan dirinya menjadi makhluk sejahat itu?

Kenapa ia tidak lahir dari darah malaikat? Atau paling tidak, ia tercipta dari makhluk yang memiliki karakter baik saja. Apakah kedepannya ia mampu menjalani hidup dalam kegelapan seperti itu? ahhhh ia sepertinya belum mampu menjadi makhluk sejahat itu. Apakah Tuhan kemudian akan memaafkan dirinya yang telah menjadi hamba makhluk paling laknat itu?

Senyumnya kemudian terkembang saat pikirannya sampai mengilas balik sosok paman dan sepupunya yang ia lihat tadi. Ia sebenarnya tak seratus persen menolak takdir itu. ia tak sabar menantikan perubahan dirinya. Sosok parakang, bukanlah sosok yang buruk menurutnya, bahkan sangat keren. Ia memengangi dahinya yang nanti akan ditumbuhi tanduk. Oh sungguh perasaan menggebuh-gebuh dalam dirinya, ia tidak sabar lagi menunggu semua itu terjadi.

"Oh tidak...tidak...." Ia menggelengkan kepala keras-keras. "apa yang sedang kupikirkan?" Apakah ini pertanda bahwa darah iblis telah bekerja didalam nadinya?

Rega menghembuskan nafas panjang, dalam batinnya ia masih berharap, mungkinkah makhluk sepertinya masih bisa menempati surga? Apakah Tuhan akan memaafkan dirinya ketika ia tetap menjadi orang baik. Meski dalam identitas parakangnya, tetapi ia tetap berada di ajaran Tuhan. Apakah sebegitu saja cukup?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 15, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Demon CreatureWhere stories live. Discover now