Chapter 3

152 9 0
                                    

Suasana di daerah puncak makin terasa dinginnya, beberapa meter lagi mereka akan sampai di panti jompo.

"Duh, makin dingin udaranya!" Keluh Maya sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Iya nih, dingin banget!" Sambung Meisina yang tengah memeluk tasnya.

"Udara memang lagi dingin, ditambah kita lagi di daerah puncak, pastilah dinginnya bertambah" sahut Pa Erland santai.

"Hehe, iya Pa" papar Alex.

Bangunan panti jompo sudah mulai terlihat, sekilas arsitektur bangunan panti jompo tersebut terlihat seperti 'Museum Fatahillah', terdapat pintu masuk ditengah dan berjejer beberapa jendela kotak-kotak, Cat tembok yang berwarna putih bergradasi coklat muda.

Ladya, Alex, Fandi, Maya, dan Meisina satu per satu turun dari mobil berjalan perlahan menuju pintu masuk panti jompo sedangkan Pa Erland sedang memarkirkan mobilnya.

  Angin bertiup sangat kencang seperti menyambut kedatangan mereka.

"Gedungnya serem ya?" Kata Maya.

"Iya serem, bangunannya udah tua!" Seru Ladya.

"Ayo, masuk!" Ajak Pa Erland.

"Yu..yu" jawab mereka serempak.
  Kaki mereka sudah memijak di beranda panti jompo

  "Tok..tok..tok.." "Permisi.."

  "Iya" sahut suara seseorang wanita dari dalam. Kenop pintu terlihat bergerak, dan pintu pun terbuka.

  "Maaf, ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang wanita paruh baya yang memakai baju dan rok berwarna putih, yang kayaknya dia seorang suster.

  "Mmh..saya mau bertemu dengan Bu Vega!"  Jawab Pa Erland.

  "Oh, baiklah Pak, saya akan panggilkan Bu Vega, silahkan masuk dulu aja!" Paparnya.

  Selang beberapa menit, kemudian datang seorang wanita yang umurnya sekitar tiga puluh lima, dengan gaya rambut fringe mengenakan baju dan rok selutut berbahan Hyget, disusul oleh suster tadi.

  "Eh, Pa Erland!" Seru Bu Vega.

  "Bu Vega," mereka saling berjabat tangan.
  Lalu mata Bu Vega tertuju ke arah kelima  muda-mudi itu, mereka semua membalasnya dengan senyuman.

  "Eh, maaf Bu, saya Ladya" dia mengulurkan tangannya.

  "Saya Vega Bramantya!" Dengan senyumannya, Bu Vega membalas salaman Ladya.

  Lalu disusul keempat temannya bersalaman dengan Bu Vega.

  "Ini mahasiswa, mahasiswi yang akan bertugas disini, untuk merawat para lansia" "Saya harap, Bu Vega dapat menerima mereka di panti ini."  Kata Pa Erland.

  "Iya Pa Erland, kami disini dengan rasa senang hati menerima mereka disini!"

"Suster, suster disini jadi bisa terbantu dengan adanya mereka." Jelas Bu Vega dengan senyumnya.

  "Baiklah, Terima kasih Bu Vega, saya pamit dulu." "Anak-anak, bapak tinggal ya?" Papar Pa Erland.

  "Iya, baik pa" jawab mereka.

  "Mari, saya antar" Bu Vega dan Pa Erland berjalan menuju pintu keluar.

  Ladya, Alex, Meisina, Maya dan Fandi masih berada di lobi panti ditemani Suster itu. Mereka hanya tersenyum-senyum dengan suster itu.

  Tak lama kemudian, Bu Vega masuk kembali ke dalam lobi panti.

  "Suster Dahlia, tolong panggilkan Suster Irma sama Suster Wina!" Kata Bu Vega.

  "Baik Bu" Wanita itu bergegas meninggalkan lobi.

  "Ibu akan memperkenalkan kalian kepada suster yang ada disini"

  "Iya Bu"

  Tiga orang wanita yang memakai baju seragam suster serempak datang dari koridor.

  " Irma, Wina, kita kedatangan mahasiswa mahasiswi dari kota, untuk membantu pekerjaan kalian"

  "Halo, saya Wina, saya disini sebagai pengurus konsumsi dan kebersihan."

  Satu lagi, seorang suster yang dari tadi tidak menunjukan senyumnya.

  "Saya Irma, disini saya sebagai perawat para lansia."

  Mereka berlima mengulurkan tangannya dan menunjukan senyumnya, membalas senyuman kedua suster itu, kecuali suster Irma yang sangat dingin.

  "Kalian boleh kembali lagi ke pekerjaan kalian."

  Kemudian Bu Vega mengajak mereka berlima berkeliling.

  Bu Vega berjalan, dia keluar masuk ke koridor disusul Ladya, Maya, Alex, Fandi, dan Meisina. Dari kaca gedung yang dilaluinya, mereka berlima melihat seluruh pelosok panti jompo yang lumayan luas. Terdapat satu taman ditengah yang dikelilingi oleh bangunan panti.

  Disebelah timur, bangunan minimalis itu adalah dapur yang menyatu dengan ruangan cuci pakaian tempat Suster Irma bekerja. Disebelah Utara, bangunannya cukup panjang terdapat dua pintu yang didalamnya terdapat beberapa kamar para orang-orang tua. Disebelah barat ada seperti ruangan keluarga tempat para orang tua bersantai dan mengobrol. Didalam ruangan keluarga itu, terdapat beberapa ruangan lagi diantaranya 2 toilet, 3 kamar kosong dan 1 gudang.

Mereka menelusuri setiap sudut panti dengan matanya, ada 2 orang lansia yang sedang duduk-duduk santai ditemani oleh Suster Wina. Walaupun suhu sekarang cukup membuat tulang ngilu tapi mereka masih bersantai diluar.

"Suster Wina" Bu Vega berteriak pelan.
"Iya, bu" Sahutnya.

"Sebaiknya, kamu membawa Nenek Ros dan Nenek Marneli masuk kedalam, jangan lupa pakaikan selimut supaya badannya tetap hangat." Kata Bu Vega.

"Baik Bu"

"Bu, ngomong-ngomong disini ada berapa orang lansia?" Tanya Meisina.

"Oh iya, disini ada 6 orang lansia yang mesti kita rawat dan perhatikan." Jawab Bu Vega.

Akhirnya mereka sampai di depan pintu kamar yang akan mereka tempati.

"Disini kamar kalian, Alex sama Fandi di kamar itu, Maya sama Meisina di kamar ini, mmh..Ladya kamu gak apa-apa kan sendiri di kamar yang ujung."

" Iya Bu gak apa-apa" Jawab Ladya

"Masing-masing didalam kamar ada 2 ranjang."

"Kalian juga jangan pernah menyentuh kamar yang ada di ujung kiri itu!" Papar Bu Vega.

"Kenapa ya Bu?" Sahut Alex.

"Soalnya disana kotor, banyak debu, banyak serangga jadi takutnya ada serangga-serangga yang keluar!"

Mereka semua menganggukan kepalanya.
"Nanti setelah beres-beres, barang kalian, datang ke ruangan saya!"
"Baik Bu, kami segera ke sana."

Apa yang akan dilakukan Bu Vega kepada mereka??
Lanjut..

Jebakan iblis Where stories live. Discover now