Chapter 5

117 8 2
                                    

01.00 AM
Hujan deras turun malam itu, petir bergemuruh kencang, sinar petir menembus kaca jendela yang ditutupi tirai transparan.

Terlihat Ladya sedang tertidur pulas

"Uhuk..uhukk" terdengar suara batuk Ladya, dia perlahan membuka matanya kemudian dia bangun dari tidurnya dan beranjak dari kasur.

pelan-pelan dia berjalan menuju pintu keluar kamar, lalu menarik kenop pintunya.

Dengan keadaan linglung penuh kantuk Ladya memaksakan dirinya untuk berjalan menuju toilet yang ada di pintu sebelah kiri, daerah yang dilewati Ladya memang minim cahaya yang membuatnya susah untuk berjalan.

"Hadeuhh gelap" paparnya

"Crreekk.." Ladya membuka pintu toiletnya dan masuk ke dalam.

Selang beberapa menit, Ladya pun keluar dari toilet dan hendak kembali ke kamarnya

"Tokk..tok..tok"

Ladya kaget, seketika langkahnya berhenti di sebuah pintu berwarna coklat tua, terdengar suara ketukan didalam ruangan itu. Ladya memutarkan kenop pintunya, tapi ternyata terkunci.

"Tok..tok..tok" "halloo!" Ladya membalas ketukannya, tapi tidak ada jawaban. Tiba-tiba..

"Tokktokktok..tokktokktok" terdengar suara rentetan ketukan pintu didalam ruangan itu.

"Hahh!!" Ladya memundurkan tubuhnya, jantungnya berdegup kencang. Bulu kuduknya merinding.
Kemudian Ladya berlari meninggalkan tempat itu.

Sesampainya Ladya dikamar, dia sangat ngos-ngosan dia sangat kaget mengalami peristiwa tadi.

"Bukannya ruangan tadi itu gudang?"
"Gak mungkin ada orang didalamnya"

Lalu dia kembali tidur untuk bersiap esok pagi.

07.30 AM
Para muda mudi sudah siap untuk bekerja, sudah rapih menggunakan seragam berwarna biru bergradasi putih yang diberi oleh Bu Vega.

Maya dan Alex sudah berada di ruang makan, Maya tengah menyuapi makan kakek Brahma dan Alex menyuapi Kakek Joni.

"Ayo kek makan ya, supaya kakek sehat" ujar Maya.

"Yo, kek makan" sambung Alex.

"Nah minumnya udah ada tuh teh manis anget ya kek" ujar Maya sambil menyunggingkan bibirnya.

"Iya neng, makasih" jawab kakek Brahma dengan suara agak bergetar, disusul dengan senyuman kakek Joni.

Disalah satu kamar lansia, Ladya dan suster Irma sedang merawat salah satu lansia bernama Oma Neli yang tengah terbaring sakit.

"Cek infus nya" ucap suster Irma dengan mata yang mendelik.

Ladya segera mengecek infusnya, tiba-tiba Oma Neli melotot lalu memegang tangan Ladya dengan sangat erat.

"Hah!!" Ladya kaget.

"Mmm...mmhhh" Oma Neli seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Astaga" suster Irma langsung bergegas menuju kasur dan melepaskan genggaman tangan Oma Neli.

"Oma, tenang Oma, tarik nafas Oma" ucap suster Irma.

Ladya melongok kaget sambil memegang dadanya dan menghembuskan nafasnya.

"Kaget? Kalau gak sanggup masih bisa mundur kok!"

"Saya sudah biasa seperti itu!" Kata suster Irma dengan ketus.

"Sust.." omongan Ladya terpotong.

"Sudah! sekarang beri Oma Neli obat"

Dengan masih ada rasa kesal terhadap suster Irma, Ladya pun menyiapkan obatnya.

~segitu dulu ya, maaf up nya dikit😂 nanti dilanjut lagi chapter selanjutnya!! Byee..eh Jan lupa Vote dan coment nya

Jebakan iblis Where stories live. Discover now