Remember Me

208 3 0
                                    

"Apabila kalian bertanya siapa orang yang paling ingin aku temui, maka jawabannya adalah adik, dan kedua orangtuaku tapi, aku bahkan tidak mampu merengkuh ingatan tentang mereka, dan itu sangat menyiksa..."

Aroma senja masuk bersama semilir angin lembut menerpa wajah Micca, memberantakan rambutnya yang kecoklatan. Micca masuk dalam dunia imajinasinya ketika membaca sebuah naskah yang dikirmkan oleh seseorang yang dia kenal di salah satu media sosial yang ia mainkan. Dari cover depan yang polos itu terdapat tulisan berwarna hitam bertuliskan "World Of Eldar". Micca sekarang bekerja part time demi memuaskan hobinya di salah satu perusahaan penerbit di mana Ayah angkatnya bekerja.

Senja semakin merah, Micca meletakan naskah yang telah dia baca di atas meja belajarnya, kemudian memandang keluar melalui salah satu jendela di kamar yang sepenuhnya berantakan berisi buku-buku. Micca melamun, entah kemana pikirannya pergi sampai tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar.

"Tahun ini adalah tahun terakhir kamu sekolah Mic, kamu harus lebih fokus dalam pelajaran agar bisa masuk universitas terbaik yang kamu mau," ucap seorang wanita yang duduk di depannya menggunakan drees selutut berwarna putih gading, sembari memakan hidangan makan malamnya.

"Seharusnya Ayah melarang Micca bekerja part time di perusahaan, Ibu takut kegiatan belajarnya terganggu," lanjut wanita paruh baya itu.

"Aku Bisa, Bu... Tenang saja. Pekerjaanku tidak mengganggu kegiatan sekolah, lagian pekerjaan itu benar-benar membantuku," Micca bersuara.

"Lagi pula, Micca memiliki kemampuan untuk bekerja di situ, Ayah setuju dengan Ibu tapi juga sangat menyayangkan kalau Micca keluar. Yah... semua tergantung Micca, Ayah hanya bisa memberi support," ucap pria paruh baya  yang mereka panggil Ayah itu.

Micca kembali ke kamarnya, berjalan menuju jendela yang menghadap langsung ke taman bermain di komplek perumahannya. Lama dia memandang ke sudut taman itu, perasaannya kemudian menjadi kacau, dia menyentuh kaca jendelanya seakan menyentuh sudut kosong di taman bermain dengan jemarinya dan bergumam, "Aku tau kau ada, tapi aku tidak mampu mengingatmu... lalu kamu siapa?"

"Hei Mic, aku dengar kamu ada saingan berat loh di lomba lukis semester ini.. Sainganmu anak baru lagi dari kelas 3-4F." Lyon mengejutkan sahabatnya itu dengan tiba-tiba muncul.

"Aku punya saingan?" Tanya Micca lagi saat itu yang masih memegang sebuah buku Cerita berjudul The Magic Thief di halaman belakang sekolah yang merupakan tempat favorit anak-anak SMA itu.

"Yup, aku lupa namanya tapi dia anak Bahasa kelas 3-4F lukisannya kerennn banget, aku aja suka..." Lanjut Lyon sambil memakan coklatnya.

"Mau Lihat???" Goda Lyon dengan tatapan antusiasnya, dia tau selama 3 tahun ini Micca tidak pernah mendapat saingan berarti dalam melukis, dia menyukainya, menggemarinya karena menurut Micca hanya dengan melukis dia dapat benar-benar mengingat apa yang tidak dia ingat.

Saat itu, ketika matanya memandang lukisan yang ada di depannya, Micca terpaku seperti membeku dia kenal sosok yang ada didalam lukisan itu, kemudian percikan ingatan datang dan pergi, membuat lukisan bergerak dalam ingatannya sesuatu yang dia sangat rindukan, seseorang yang sangat dia cintai melebihi dirinya sendiri. Saat itu lyon yang baru akan menggoda Micca tentang lukisan itu terkejut, dia melihat sahabatnya yang membeku itu sedang menangis, air matanya mengalir membasahi pipi di sebelah kirinya, kemudian Lyon enggan berkata.

"Apa lukisanku ini begitu buruk hingga kau menangis?" tanya seorang pria yang kini berdiri di belakang Micca, pria berambut hitam pekat dengan mata coklat.

Cerita PendekWhere stories live. Discover now