BAB XXV: Attack!

8.1K 590 12
                                    


Attack!

Erza menuruni anak tangga sambil melihat kearah ruang tamu, gadis itu mendengar dua orang sedang bercengkrama didepan sana. Saat dia mempercepat larinya, tanpa sadar kakinya tersandung karpet hingga membuatnya terjungkal kedepan.

"Hampir saja" ucap Reon menghela nafas.

Erza membuka matanya, padahal ia sudah siap merasakan sekeras apa lantai rumahnya dan sesakit apa karpet itu menyentuh kulitnya. Walaupun ia tak terlalu berpengalaman tentang rasa sakit, tapi ia ingat pernah merasakannya.

Setidaknya dibeberapa waktu terakhir ia pernah ingat bagaimana rasa sakit, meski tidak ingat kapan.

Reon membantu gadis itu berdiri lalu tersenyum. "Kau tidak apa apa Erza?" tanyanya sambil memiringkan kepala, menatap Erza yang masih membeku ditempat.

"Woah, apa kau seorang pelari?" heboh Vano yang terkejut melihat kejadian didepannya dan segera menghampiri mereka sambil membantu menyadarkan gadis itu.

Reon hanya tersenyum sambil mengatakan alasan apapun yang terlihat wajar bagi manusia seperti Vano. Mengabaikan Erza yang menatap mereka berdua bertanya tanya.

"Bagaimana kalian bisa saling kenal?" sela Erza dengan wajah kebingungannya.

Reon dan Vano menoleh. "Dia termasuk salah satu pelanggan setia cafeku, tapi dia selalu datang saat cafe akan tutup" jelas Vano sedikit menggerutu.

Erza mengangguk angguk mendengar penjelasan yang Vano berikan, sudah paham bagaimana mereka berdua tampak sudah akrab. "Kita akan kemana?" tanya Erza langsung, ia terlalu penasaran kemana 2 orang ini akan membawanya pergi.

"Ayo kita jalan jalan ke mall" ucap Reon semangat, membuat Erza terdiam.

.

.

.

Erza hanya bisa terpaku menatap gedung pencakar langit itu, bahkan setelah turun dari mobil Vano gadis itu masih tetap terpaku disana. Gedung sebesar perusahaannya itu tak pernah dilihatnya sedekat ini, Erza tidak pernah sekalipun masuk kedalam tempat seperti ini.

Sungguh ini adalah yang pertama kali baginya. Ia beralih menatap papan sponsor beberapa produk, entah itu baju, sepatu, buku, atau apapun itu. Lalu orang yang berlalu lalang masuk juga keluar, ia benar benar tak mengerti.

"Sudah selesai menatapinya? Mau masuk kedalam?" tanya Vano penuh gurauan, ingin tertawa rasanya menatap wajah linglung sahabatnya ini.

Gadis itu tersentak dan reflek mengangguk, Reon tertawa melihat reaksi Erza yang menurutnya lucu itu.

"Tapi, aku tidak bawa uang" ucap Erza sambil menggaruk pelan pipinya yang tidak gatal, dan bibirnya tampak cemberut.

Dan kali ini Vano ikut tertawa bersama Reon. "Tenang saja Erza ada kami" ucap Reon tersenyum, menahan tawanya.

"Ya, kami yang mengajakmu. Kau bisa beli apapun disana" lanjut Vano meyakinkan.

"Tapi-"

Dan ucapan itu tak lagi berlanjut karena Vano juga Reon sudah menyeret Erza masuk kedalam tempat pembelanjaan itu.

Erza menatap binar ke sekeliling, tidak pernah melihat mall yang ternyata sangat luar biasa ramai dengan orang. Bahkan Erza sampai kebingungan sendiri ingin membeli apa, dan semakin bingung saat Vano juga Reon mulai menanyakan apa yang ia inginkan.

"Bisakah aku hanya jalan jalan saja? Aku tidak ingin merepotkan kalian" tanya Erza menatap beberapa stan makanan yang memiliki antrian yang cukup panjang.

"Lagi pula aku tidak tau harus beli apa" lanjutnya mendongak menatap Vano juga Reon bergantian.

Vano tersenyum sambil menepuk kedua bahu Erza pelan. "Jangan mengatakan hal yang tidak benar Erza, kau sama sekali tidak merepotkan" ucap Vano menyakinkan, namun wajah gadis itu masih tampak sama, menolaknya.

"Anggap saja hari ini kau ulang tahun, dan ini adalah hadiah dari kami" Ucap Reon sambil mengusap pucuk kepala Erza.

Erza tidak mengerti, sudah berapa kali ia menolak tapi dua orang ini terus memaksanya untuk membeli sesuatu yang bahkan tidak ia tau apa itu. Ia benar benar kebingungan harus mengatakan apalagi agar mereka mengerti.

Menatap raut ragu juga bingung Erza, membuat Vano mengedarkan pandangannya kesekitar dan pada akhirnya jatuh pada sebuah toko pakaian.

"Baiklah, biar kami yang memilih juga membelikannya untukmu" ucap Vano mengajak Erza juga Reon menuju toko pakaian yang menyita perhatiannya.

.

.

.

Nyawanya serasa melayang, entah kenapa kakinya terasa pegal memutari gedung ini beberapa kali bersama Vano juga Reon. Lihat saja mereka yang masih berputar putar sendiri entah itu kembali membawa makanan, minuman, atau barang lainnya.

Sedangkan Erza, gadis itu hanya duduk meratapi nasipnya yang menjadi bahan tontonan orang. Karena dia sedang berada di game zone, ditambah dengan paper bag yang berjajar rapi disekelilingnya, dan dua orang yang terus menambah jumlah paper bag itu.

Erza sampai ingin menangis saat samar samar mendengar beberapa wanita membicarakannya dengan topik yang tidak benar adanya. Padahal kenyataannya tidak seperti apa yang mereka bayangkan.

Drrrrttt dddrrrrt

Gadis itu berdiri, mengambil ponselnya yang ada didalam saku celana. Menatap nama yang tertera dipanggilan itu lalu mengangkatnya.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu Mayor?" tanya Erza sambil menegaskan suaranya agar terdengar sopan, hingga tanpa sadar mengundang perhatian beberapa orang karena mendengar suara kerasnya.

"Kapten Erza, maaf mengganggu acara liburan anda. Beberapa menit yang lalu kami mendapatkan laporan bahwa buronan S1 sedang berada di Negara anda. Kami sudah mengirimkan Alfha I juga Alfha II, namun kami belum mendapatkan kabar sampai sekarang"

Erza menautkan alisnya dalam, inisial dari buronan S1 adalah kasus yang paling sulit untuk ditangani. Seketika otaknya berpikir keras, kira kira dimana kemungkinan akan terjadinya penyerangan dari buronan S1 akan terjadi.

"Kapten Erza, anda masih disana?"

"Tentu, Mayor. Apa anda bermaksud meminta bantuan saya?" tanya Erza.

"Saya meminta bantuan ada, kapten Alfha III"

"A-"

Booam!! 

.

.

.

Tbc 

Note: Maap gk bisa up, ini akun wattpadku agak error. Entah kenapa beberapa bab tiba tiba hilang dan aku gk bisa bikin cerita (maksudku mau update) bahkan notifikasi yang biasanya selalu ada, gk ada sama sekali. Gk paham aku jadinya, yang pasti ini baru aja kembali normal...

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now