BAB LVII: Demon Blood 5

3.3K 347 12
                                    

Demon Blood

Alex tersenyum melihat itu, dia mulai mengerti bagaimana caranya mengendalikan gadis itu.

Sedangkan Selina merengut karena tidak dihiraukan sedari tadi. "Kau mendengarkanku Alex?" marah wanita itu.

"Ya, ambil uang itu. aku harus pergi ke perusahaan sekerang" ucap Alex bangkit dan pergi begitu saja.

"Alex!" teriak Selina tidak terima saat ditinggalkan begitu saja. Bahkan Alex tak sedikit pun menoleh kearahnya saat dia berteriak.

Selina berteriak kesal setelah itu sambil melemparkan beberapa piring dihadapannya. Kenapa sejak kedatangan gadis itu ditempat ini, tidak ada lagi yang peduli kepadanya. 'Semua karena gadis itu!' batinnya.

'Kau tinggal membalasnya Selina' sahut suara acuh itu.

Wanita itu terdiam mendengar suara wolfnya. 'Kau tidak ingat seberapa kuat gadis itu!' marah Selina.

'Oh, jadi kau takut' ejek wolfnya sambil menertawakannya. Dan lagi lagi Selina terdiam, apa yang wolfnya katakan itu memanglah benar. Ia sangat marah kepada gadis itu dan takut disaat yang bersamaan, bagaimana kalau gadis itu memukulnya seperti dia memukul Alex.

Ia tidak bisa membayangkannya. Itu pasti sangat menyakitkan dan akan membuat ruam hitam ditubuhnya.

'Pengecut' ejek wolfnya lagi membuatnya semakin kesal.

'Diamlah! Memang apa yang bisa kau lakukan'

Terdengar wolfnya tertawa kembali. 'Hey, sekuat apapun gadis itu. Dia hanyalah seorang manusia, aku akui dia hebat. Tapi saat dia menendang Alex, saat itu Alex juga sedang lengah' jelasnya, Selina yang terdiam hanya bisa mengangguk angguk membenarkan perkataan wolfnya.

'Kau pintar juga' puji Selina kepada wolfnya sendiri.

'Itu karena kau terlalu bodoh' jawab wolf itu sambil memandangnya remeh. Wanita itu hanya bisa tersenyum, setidaknya dia mendapatkan sedikit bantuan juga petunjuk sekarang.

Dan yang harus dilakukannya sekarang adalah mempersiapkannya selagi gadis itu pergi ke kota bersama dengan 2 omeganya.

.

.

.

Sedangkan ditempat lain, terlihat seorang pria berjalan menyusuri hutan yang penuh kabut. Sendirian, bahkan tanpa menatap kedepan dia terus berjalan sambil sesekali menarik nafasnya.

Wajahnya terlihat pasrah dengan apa yang dilakukannya, pria itu juga terlihat putus asa secara bersamaan. Menunggu Albert yang tidak kunjung bisa menggunakan titipan Levana membuatnya lelah, dia lelah menunggu tanpa melakukan apapun.

Ia lelah jikalau hanya harus berpegang dengan harapan tanpa usaha, semua itu akan terasa sia sia dan lama. Amon khawatir dengan keadaan Erza didalam sana, perlakuan Alex kepada Erza terbilang cukup kejam. Dan tanpa dampingan darinya, Albert, ataupun Lina, gadis itu bisa menjadi buas sewaktu waktu.

Menggantikan tugasnya sementara kepada 2 omega kecil bukanlah hal yang bagus, apa yang bisa mereka lakukan jika iblis didalan tubuh Erza bangkit. Mereka tidak bisa melakukan apapun, mereka bisa mati saat itu juga.

Sekali lagi Amon menarik nafasnya, mencoba fokus untuk tetap berjalan melewati hutan penuh kabut itu. Ia bahkan tidak bilang kepada siapapun saat berniat masuk kedalam tempat ini, masuk kedalam gerbang sebuah tempat yang lama tak dikunjunginya.

Tersenyum tipis, sebenarnya Amon tidak yakin dapat melewati tempat ini. Kabut itu bukanlah kabut biasa, saat kau menghirupnya mereka akan tau maksud juga tujuanmu disini. Semakin buruk niatmu, poton pohon itu akan berpindah tempat, membuatmu tersesat didalam sana lebih dalam.

Sniper Mate: Demon Bloodحيث تعيش القصص. اكتشف الآن