Double T

1.9K 131 31
                                    


Ted tidak suka kenyataan bahwa Tara mengembalikan uang yang tidak seberapa itu. Terlebih setelah pergi selama dua tahun, Tara baru sanggup mengembalikan setengahnya. Ted tidak yakin Tara baik-baik saja di luar sana.

Keesokan harinya Ted akhirnya memutuskan untuk mengunjungi ayah Tara. Ia tersadar dengan sikap berlebihannya. Bahkan saat ia masih sangat marah dengan kepergian ibunya, ia selalu menyempatkan diri untuk melihat ayah Tara. Sedangkan dua tahun terakhir Ted sama sekali melupakan pria itu.

“Sudah bebas bagaimana maksudnya?”

Ted yakin tidak salah mendengar. Baru saja petugas disana memberikan informasi kebebasan ayah Tara. Dengan sabar ia menunggu petugas yang sudah biasa mempertemukannya dengan ayah Tara. Ted melihat dua orang pria berseragam menghampirinya.

“Apa maksudnya pria tua itu sudah bebas?”

“Hukumannya 15 tahun penjara jika kau lupa?”

“Ini bahkan belum 15 tahun!” Ted menghitung diam-diam.

“Kau lupa beliau beberapa kali mendapat pengurangan hukuman? Ditambah lagi kelakukannya selama di sini termasuk sangat baik.” Jelas pria berseragam kecoklatan itu.

Ted mengangguk mengerti. Sungguh seperti waktu berlalu begitu cepat.

“Kenapa tidak ada informasi pembebasannya? Aku walinya bukan?” Ted seakan baru teringat kenyataan itu.

Pria di hadapannya memperhatikannya dengan seksama hingga rasanya Ted sedikit risih. Ted memang cukup akrab dengan petugas itu. Ia memberi kode seakan memberi pertanyaan.

“Aku tidak tahu ada masalah apa antara kau, gadis bernama Tara, dan pria tua itu. Selama dua tahun ini kau tidak lagi melakukan kunjungan. Tara yang selama ini mengunjunginya ditambah kenyataan pengakuan Tara kalau pria tua itu adalah ayahnya, walinya bisa berubah.”

“Tanpa persetujuanku?” Ted bertanya lagi.

“Beberapa hal memperbolehkan Ted. Dalam hal ini kau tidak lagi mengunjunginya untuk waktu yang lama.”

“Kapan dia bebas?”

“Tadi pagi.” Ted tak bisa menahan rasa terkejutnya lagi. Ini bahkan baru jam sebelas, batinnya.

“Dia sudah menjalani hukumannya dengan pantas, Ted. Waktunya kau melepaskan kemarahanmu.” Nasihat terakhir sang petugas.


Bukan kemarahan yang mereda yang Ted dapati pada dirinya. Saat ini ia menyetir untuk kembali ke pusat kota. Pikirannya malah kembali pada waktu yang kembali memunculkan kemarahan di dalam hatinya. Kemarahan pada diri sendiri.

Saat melewati jalanan yang sama, tempat Ted mengungkapkan kebenaran pada Tara dua tahun lalu, benaknya semakin nelangsa. Tatapan ketidak berdayaan Tara saat menyadari ayahnya adalah pembunuh. Ted yakin, saat itu ia meluapkan kebenciannya pada Tara.

“Sial!”

Ted membanting setir dengan kasar. Itu adalah perbincangan terakhir mereka. Tak ada permintaan maaf dan Ted pergi keesokan harinya, meninggalkan Tara hingga dua bulan lamanya.

“Ya, Bil?”

Panggilan Nabila mengalihkan perhatiaannya.

“Ok. Jangan Sarinah Bil, bising. Di Epic ya?”

Traktiran yang dijanjikannya kemarin terpaksa batal saat mood Ted tidak menentu menerima transferan Tara. Diarahkannya mobil ke pusat kota.

Ted berlama-lama di parkiran, sengaja menunggu Nabila. Tidak lama setelahnya, mobil merah Nabila berhenti di samping Ted. Tangannya terangkat untuk menyapa.

Sweet MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang