Pierre Tendean ?

379 5 6
                                    


Hari itu adalah hari pertama aku tinggal di Bandung, cuaca Bandung yang dingin membuat diriku menggigil kedinginan. Rasa malas untuk mandi harus aku lawan karena hari ini adalah hari pertamaku masuk ke sekolah yang baru. Beruntung, Tama sama-sama kelas 8 Smp yang membuat Ayahku memutuskan untuk mendaftar aku di sekolah yang sama dengan Tama.

Meski sudah bejaket tebal dan sarapan Bubur ayam hangat, tubuhku masih saja menggigil karena dinginnya udara Bandung, mungkin tubuhku belum beradaptasi dengan suhu disini. Ketika biasanya hidup di kota Surabaya yang panas kini tinggal di salah satu kota terdingin di Indonesia.

Aku diminta untuk berangkat sekolah bareng Tama, aku mendatangi rumah tama sekitar pukul setengah 7 pagi, untuk jaga-jaga keterlambatan.

Tok tok tok

" Pagi, Tama nya ada " kataku sambil mengetuk pintu.

" eh, Kamu anaknya Alex ya, masuk nak " Kata Tante April, Maminya Tama.

" Oh, hey Pierre Tendean, apa kabarmu " Sapa Om Purnayasa yang tengah merokok di ruang tamu.

" Pierre Tendean ? Siapa dia Om, Aku kan Thymoty, bukan Pierre Tendean " Ralatku

" Oh aku tau kamu Timo, tapi kalau Om liat wajah kamu, jadi ingat pahlawan revolusi Kapten Pierre Tendean. Coba aja serching di google " kata om Rexy.

Benar saja ketika aku mencoba serching di mbah google, aku merasa wajahku sedikit mirip dengan beliau. Ya semoga saja aksi Heroiknya tertular padaku.

" Oh iya Om Tama ada ? " Kataku.

" Tuh dia " sambil menunjuk anaknnya yang sedang menuruni tangga.

Aku terkejut melihat Tama dengan santainya turun sambil telanjang dada tanpa ada rasa kedinginan sedikitpun.

" Mami Kemeja Tama dimana ? " ucap Tama.

" Tanya Bi Eneng sana " Jawab tante April singkat.

" Eh ada kapten Pierre Tendean, sebentar ya, aku ambil kemejaku dulu " kata Tama.

" Tuh kan Kamu memang mirip Kapten Pierre " Kata Om Purnayasa.

Tak lama Tama sudah siap berangkat, kami pun lanjut berpamitan untuk berangkat sekolah.

" Kita naik apa ke sekolah " kataku.

" Naik ini " ujar Tama sambil menaiki Motor Trail hijau miliknya.

" Astaga, kamu bisa naik motor segede ini Tam " kataku kagum.

" Ah, Biasa aja, kamu mau coba pake " ucap Tama

" jangankan motormu ini Tam, motor metik pun aku gak bisa "

"serius kamu, masa gak bisa" kata tama sambil menyodorkan helm padaku.

" Iya, aku belum bisa,udah yuk berangkat, nanti telat lagi" kataku sambil menaiki motornya yang tinggi.

Tama pun dengan lihai melajukan motornya. Ada perasaan was was saat aku di bonceng olehnya, dia melajukan motor dengan gesit, salip sana salip sini setiap kendaraan di depannya. Tapi untung saja kami tiba di sekolah 15 menit sebelum bell masuk berdering.

" Wah gila, kamu kayak pembalap aja bawa motornya " kataku.

Tama tak menjawab dan hanya tersenyum lebar padaku.

...
To be continued




Ruang RahasiaWhere stories live. Discover now